ILMU HADIST


BAB I
HADIS DAN ILMU HADIS

A.     PENGERTIAN HADIS DAN SINONIMNYA
1.      Hadis
- Secara bahasa berarti Al-Jadid yang berarti sesuatu yang baru.
- Menurut istilah ;
a.  Pendapat Ulama Muhaddisin :
ما أضيف إلى النبي صلى الله عليه وسلم قولا أو فعلا أو تقريرا أو صفـة                               
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat”
b.  Pendapat Ulama Ushul :
أقواله وأفعاله وتقريراته التى تثبت الأحكام وتقـررها                                                   
“Segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi saw yang berkaitan dengan hukum syara’ dan ketetapannya.”
2.      Sunnah
-      Secara bahasa berarti :
الطـريقة محمودة كانت أو مـذمـومة                                                                    
“Jalan yang terpuji atau jalan yang tercela.”
-      Menurut istilah :
a.      Pendapat Ahli Hadis
ما أثر عن النبي صلى الله عليه وسلم من قول أو فعل أو تقرير أو صفة خلقية أو خلقية أو سيرة  سواء كان قبـل البعثـة أو بعـدهـا                                                                      
“Segala yang bersumber dari Nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, perangai, budi pekerti, maupun perjalanan hidup, baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya.”
b.      Pendapat Ahli Ushul
كل ما صدر عن النبي صلى الله عليه وسلم غير القرآن الكريم من قول أو فعل أو تقرير مما يصلح أن يكون دليــلا لحكــم شـرعي                                                                   
“Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi saw selain Al-Qur’an al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang pantas untuk dijadikan sebagai dalil bagi hukum syara’.”





c.       Pendapat Ahli Fikih
ما ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم من غير افتراض ولا وجوب  وتقـابل الواجب وغيره من الأحكام الخمسـة                                                                                     
“Segala ketetapan yang berasal dari Nabi saw selain yang difardhukan dan diwajibkan, dan termasuk hokum (taklifi) yang lima.”
3.      Khabar
-      Secara bahasa berarti Al-Naba’ yang berarti berita.
-      Menurut istilah, terdapat 3 pendapat :
a.      Sinonim dengan hadis, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat.
b.      Berita atau kabar atau segala sesuatu yang datang dari selain Nabi saw.
c.       Segala sesuatu yang datang dari Nabi saw atau dari selain Nabi saw.
4.      Atsar
-      Secara bahasa berarti :    بقيـة الشيئ    yaitu sisa atau peninggalan sesuatu.
-      Menurut istilah, terdapat 2 pendapat :
a.      Sinonim dengan hadis, yaitu segala sesuatu yang beraal dari Nabi saw.
b.      مـا أضيف إلى الصحابة والتـابعين من أقـوال أو أفعـال         
“suatu perkataan atau perbuatan yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in.”
5.      Hadis Qudsi
-      كل حديث يضيف فيه الـرسول صلى الله عليه وسلم قـولا إلى الله عـز وجـل      
“Setiap hadis yang berupa perkataan dimana Rasulallah saw menyandarkannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”
-      ما أخبر الله نبيه بالإلهام أو بالمنام فـأخبر النبي صلى الله عليه وسلم من ذلك المعنى بعبارة نفسـه   
“Sesuatu yang dikhabarkan Allah swt kepada Nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Nabi saw menyampaikan makna dari ilham atau mimpi tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri.”
Ciri-ciri Hadis Qudsi :
-      Terdapat kalimat “ قال الله  /  “ يقـول الله   “
-      Terdapat kalimat “ فيما روى عن الله تبارك وتعالى  “ /  “  فيما يرويه عن الله تبارك وتعالى
-      Redaksi lain yang semakna.
Contohnya :
عن أبي ذر عن النبي صلى الله عليه وسلم فيما روى عن الله تبارك وتعالى أنه قال يا عبادي إني حـرمت الظلم على نفسي وجعلتـه بينكم محـرما فلا تظالمـوا ..... (رواه مسـلم)                                
“Dari Abi Dzar dari Nabi saw bahwa Allah swt berfirman : “Wahai hamba-hamba-Ku, sungguh Aku mengharamkan kezaliman pada diri-Ku, dan Aku menjadikan kezaliman tersebut diantara kalian sebagai sesuatu yang diharamkan, karena itu janganlah kalian semua berbuat zalim….” (HR. Muslim)

B.      BENTUK-BENTUK HADIS
1.      Hadis Qauli
Yaitu setiap perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi saw yang memuat berbagai maksud syara’, peristiwa dan keadaan, baik yang berkaitan dengan aqidah, syari’ah, akhlak maupun lainnya.
Contohnya;
لا صـلاة لمن لم يقـرأ بفـاتحـة الكتـاب (رواه مسـلم)                                                
“Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Fatihah al-Kitab.” (HR. Muslim)
2.      Hadis Fi’li
Yaitu setiap perbuatan atau tingkah laku yang disandarkan kepada Nabi saw yang sampai kepada kita.
Contohnya;
صلـوا كمـا رأيتمـوني أصـلي (رواه البخارى)
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” ( HR. Bukhari )
كان النبي صلى الله عليه وسلم يصلي على راحلتـه حيث ما توجهت به (رواه الترميذى)
“Nabi saw shalat diatas tunggangannya, kemana saja tunggangannya tersebut menghadap.” ( HR. al-Tirmidzi )
3.      Hadis Taqriri
Yaitu setiap ketetapan Nabi saw terhadap apa yang datang dari para sahabatnya.
Contohnya;
Rasulallah bersabda : لا يصلين أحد العصر إلا في بني قريظـة (رواه البخاري)        
Sebagian sahabat memahami larangan tersebut berdasarkan tekstual hadis sehingga mereka tidak melaksanakan shalat ‘ashar pada waktunya. Sementara sebagian sahabat lainnya memahaminya berdasarkan kontekstual hadis tersebut, mereka memahaminya harus segera menuju Bani Quraizah dengan mempercepat perjalanan, sehingga dapat shalat ‘ashar di Bani Quraizah pada waktunya. Sikap para sahabat dalam memahami hadis tersebut dibiarkan oleh Nabi saw, sehingga kedua pemahaman para sahabat tersebut dapat dijadikan sebagai dasar hokum.
4.      Hadis Hammi
Yaitu setiap hadis yang berupa hasrat atau keinginan Nabi saw yang belum terealisasikan.
Contohnya; Niat Rasulallah saw berpuasa tanggal 9 ‘Asyura.
5.      Hadis Ahwali
Yaitu hadis yang berupa hal ihwal Nabi saw yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya.





Contohnya;
Sahabat Rasulallah saw yang bernama Al-Barra’ berkata :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أحسن الناس وجها وأحسنه خلقا ليس بالطويل البـائن ولا بالقصير
(رواه البخارى) 
“Rasulallah saw adalah manusia yang sebaik-baik rupa dan tubuh. Keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak pula pendek.” (HR. Bukhari)
C.      PERBEDAAN HADIS NABAWI, HADIS QUDSI DAN AL-QUR’AN
1.      Perbedaan Hadis Nabawi dengan Hadis Qudsi
a.      Pada hadis nabawi, Rasulallah saw menjadi sandaran sumber pemberitaan, sementara pada hadis qudsi Rasulallah saw menyandarkan sumber pemberitaan kepada Allah swt.
b.      Pada Hadis Nabawi, pemberitaannya meliputi perkataan, perbuatan dan persetujuan. Sementara pada Hadis Qudsi Nabi saw hanya memberitakan perkataan saja.
c.       Hadis Nabawi merupakan penjelasan dari kandungan Al-Qur’an baik secara langsung maupun tidak langsung. Sementara Hadis Qudsi merupakan wahyu langsung dari Allah swt.
d.      Pada Hadis Nabawi, lafal dan maknanya bersumber dari Rasulallah saw. Sementara Hadis Qudsi, maknanya dari Allah swt, dan redaksinya disusun sendiri oleh Nabi saw.
e.      Pada Hadis Qudsi selalu menggunakan ungkapan “  قال الله عز وجل “ atau semisalnya. Sementara pada Hadis Nabawi tidak terdapat ungkapan tersebut.
2.      Perbedaan Hadis Nabawi dengan Al-Qur’an
a.      Hadis Nabawi adalah sabda Rasulallah saw, sedangkan Al-Qur’an merupakan firman Allah swt.
b.      Hadis Nabawi bukan merupakan mukjizat, sedangkan Al-Qur’an adalah mukjizat.
c.       Hadsi Nabawi diriwayatkan secara ahad, sedangkan Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir.
d.      Kebenaran Hadis Nabawi bersifat “zhanniyu al-wurud” yakni kebenarannya bersifat relative, sedangkan kebenaran Al-Qur’an bersifat “Qath’iyyu al-wurud” yaitu mutlak kebenarannya.
e.      Membaca Hadis Nabawi tidak beroleh pahala sedikitpun, sedangkan membaca Al-Qur’an bernilai ibadah.

D.     PENGERTIAN ILMU HADIS DAN CABANG-CABANGNYA
1.      Pengertian Ilmu Hadis
Ilmu Hadis terbagi 2 :
a.      Ilmu Hadis Riwayah, yaitu :
علم يشتمـل على أقـوال النبي صلى الله عليه وسلم وأفعـاله وروايتـها وضبطـها وتحرير ألفاظـها
“Ilmu pengetahuan yang mencakup perkataan dan perbuatan Nabi saw, baik periwayatannya, pemeliharaannya, maupun penulisan atau pembukuan lafaz-lafaznya.”
Objek Ilmu Hadis Riwayah adalah periwayatan yang disandarkan kepada diri Nabi saw, baik perkataan, perbuatan maupun ketetapannya bahkan hingga sifat-sifatnya tanpa membicarakan nilai shahih atau tidaknya.
Manfaat mempelajari Ilmu Hadis Riwayah adalah untuk menghindari adanya penukilan yang salah dari sumbernya yang pertama yaitu Rasulallah saw.
Pendiri atau Tokohnya adalah Muhammad bin Muislim bin al-Syihab al-Zuhri (w.124 H), Khalifah Umar bin Abdul Aziz (w.101 H), dan Abu Bakar Muhammad bin Amr bin Hazm.

b.      Ilmu Hadis Dirayah, yaitu :
علم يعرف منه حقيقة الرواية وشروطها وأنواعها وأحكامها وحال الرواة وشروطهم وأصناف المرويات وما يتعـلق بها
“Ilmu pengetahuan utuk mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya, serta untuk mengetahui keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya, macam-macam hadis yang diriwayatkan dan segala yang berkaitan dengannya.”
Objek Ilmu Hadis Dirayah adalah keadaan para perawi hadis (baik yang menyangkut pribadinya seperti; akhlak, tabi’at, keadaan hafalannya, maupun yang menyangkut persambungan dan terputusnya asand) dan hadis yang diriwayatkannya (dari sudut keshahihan, ke-dha’ifan, dan sudut lain yang berkaitan dengan keadaan matan hadis).
Manfaat mempelajari Ilmu Hadis Dirayah antara lain;
1)      Mengetahui perkembangan hadis dan ilmu hadis sejak masa Nabi saw sampai sekarang.
2)      Mengetahui tokoh-tokoh dan upayanya dalam mengumpulkan, memelihara dan meriwayatkan hadis.
3)      Mengetahui kaidah-kaidah yang digunakan ulama hadis dalam mengklasifikasikan hadis.
4)      Mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai dan criteria-kriteria hadis sebagai pedoman dalam beristinbath.
Pendiri atau Tokohnya adalah Al-Qadhi Abu Muhammad al-Hasan bin Abdurrahman bin Khalad al-Ramahurmuzi (w.360 H) dengan karyanya “Al-Muhaddis al-Fashil baina al-Rawi wa al-Wa’iy.”
2.      Cabang-cabang Ilmu Hadis
a.      Ilmu Rijal al-Hadis
علم يعرف به رواة الحديث من حيث أنهم رواة للحديث
“Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya sebagai perawi hadis.”
b.      Ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil
علم يبحث عن الرواة من حيث ما ورد في شأنهم مما يشنيهم أو يزكيهم بألفاظ مخصوصة
“Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis dari segi yang dapat menunjukkan keadaan mereka, baik yang dapat mencacatkan atau membersihkan mereka, dengan ungkapan atau lafaz tertentu.”
c.       Ilmu Tarikh al-Ruwah
العلم الذي يعرف برواة الحديث من الناحية التى تتعلق بروايتهم للحديث
“Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis yang berkaitan dengan usaha periwayatan mereka terhadap hadis.”
d.      Ilmu ‘Ilal al-Hadis
علم يبحث عن الأسباب الخفية الغامضة من حيث أنها تقدح فى صحة الحديث كوصل منقطع ورفع موقوف وإدخال حديث فى حديث وما شابه ذلك
“Ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat mencacatkan keshahihan hadis, seperti mengatakan muttashil terhadap hadis yang munqathi’, menyebut marfu’ terhadap hadis yang mauquf, memasukkan hadis ke dalam hadis lain, dan yang semisalnya.”



e.      Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh
العلم الذى يبحث عن الأحاديث المتعارضة التى لايمكن التوفيق بينها من حيث الحكم على بعضها بأنه ناسخ وعلى بعضها الأخر بأنه منسوخ فما ثبت تقدمه كان منسوخا وما ثبت تأخره كان ناسخا
“Ilmu yang membahas hadis-hadis yang berlawanan yang tidak memungkinkan untuk dipertemukan, karena bahkan saling menghapus, dimana hadis yang datang lebih dulu disebut mansukh, dan yang datang kemudian disebut nasikh.”
f.        Ilmu Asbab al-Wurud al-Hadis
“Yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebab-sebab dan waktu Nabi saw menuturkan sabdanya.”
g.      Ilmu Gharib al-Hadis
عبارة عما وقع فى متون الأحاديث من الألفاظ الغامضة البعيدة من الفـهم لقـلة استعمـالها
“Yaitu ungkapan dari lafaz-lafaz yang sulit dan rumit untuk dipahami yang terdapat dalam matan hadis karena jarang digunakan.”
h.      Ilmu al-Tashif wa al-Tahrif
“Yaitu ilmu pengetahuan yang berusaha menerangkan tentang hadis-hadis yang sudah diubah titik atau syakalnya (mushahhaf) dan bentuknya (muharraf).”
i.        Ilmu Mukhtalif al-Hadis
علم يبحث عن الأحاديث التى ظاهرها التناقض من حيث إمكان الجمع بينها إما بتقييد مطلقها أو بتخصيص عامها أو حملها على تعـدد الحادثة أو غير ذلك
“Ilmu yang membahas hadis-hadis yang menurut lahirnya saling bertentangan, yang berkemungkinan dapat dikompromikan antara keduanya, baik dengan cara mentaqyid kemutlakannya atau mentakhsis keumumannya atau dengan cara membawanya kepada beberapa kejadian yang relevan dengan hadis tersebut.”



SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar diantara A, B, C, D, atau E !
1.      Segala yang bersumber dari Nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, perangai, budi pekerti, maupun perjalanan hidup, baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya adalah pengertian dari ……………………………. Menurut Ahli Hadis.


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


2.      Segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi saw yang berkaitan dengan hukum syara’ dan ketetapannya adalah pengertian dari ……………. Menurut Ahli Ushul.


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


3.      Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat adalah pengertian dari …………….. menurut Ahli Hadis.



A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


4.      Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi saw selain Al-Qur’an al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang pantas untuk dijadikan sebagai dalil bagi hukum syara’ adalah pengertian dari ……………. Menurut Ahli Ushul


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


5.      Segala ketetapan yang berasal dari Nabi saw selain yang difardhukan dan diwajibkan, dan termasuk hukum (taklifi) yang lima adalah pengertian dari …………………… menurut ulama Fuqaha.


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


6.      Segala sesuatu yang datang dari Nabi saw atau dari selain Nabi saw adalah pengertian …………….


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


7.      suatu perkataan atau perbuatan yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in adalah pengertian …..


A.       Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


8.      Setiap hadis yang berupa perkataan dimana Rasulallah saw menyandarkannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla adalah pengertian dari …………………………


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


9.      Sesuatu yang dikhabarkan Allah swt kepada Nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Nabi saw menyampaikan makna dari ilham atau mimpi tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri adalah pengertian ……………


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


10.  ما أضيف إلى النبي صلى الله عليه وسلم قولا أو فعلا أو تقريرا أو صفـة                              
Kalimat diatas adalah pengertian dari ………….. menurut Ulama Hadis


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


11.  أقواله وأفعاله وتقريراته التى تثبت الأحكام وتقـررها                                                   
Kalimat diatas adalah pengertian ……………. Menurut Ulama Ushul.


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


12.  ..ما أثر عن النبي صلى الله عليه وسلم من قول أو فعل أو تقرير أو صفة خلقية أو خلقية أو سيرة  سواء كان قبـل البعثـة أو بعـدهـا                                                                                      
Adalah pengertian dari ……………….. menurut Ulama Muhaddisin.


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


13.  ..كل ما صدر عن النبي صلى الله عليه وسلم غير القرآن الكريم من قول أو فعل أو تقرير مما يصلح أن يكون دليــلا لحكــم شـرعي                                                                                    
Adalah pengertian dari …………….. menurut Ulama Ushul.


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


14.  ..ما ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم من غير افتراض ولا وجوب  وتقـابل الواجب وغيره من الأحكام الخمسـة                                                                                                       
Adalah pengertian dari ………….. menurut Ahli Fikih.


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


15.  ..… مـا أضيف إلى الصحابة والتـابعين من أقـوال أو أفعـال                                                  Adalah pengertian dari ……………….


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


16.  ..… كل حديث يضيف فيه الـرسول صلى الله عليه وسلم قـولا إلى الله عـز وجـل                           
Adalah pengertian dari ………………….


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


17.  .. … ما أخبر الله نبيه بالإلهام أو بالمنام فـأخبر النبي صلى الله عليه وسلم من ذلك المعنى بعبارة نفسـه         
Adalah pengertian dari ……………..


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


18.  عن أبي ذر عن النبي صلى الله عليه وسلم فيما روى عن الله تبارك وتعالى أنه قال يا عبادي إني حـرمت الظلم على نفسي وجعلتـه بينكم محـرما فلا تظالمـوا ..... (رواه مسـلم)                                    
Adalah contoh dari …………………………..


A.      Hadis
B.      Atsar
C.      Sunnah
D.     Khabar
E.      Hadis Qudsi


19.  setiap perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi saw yang memuat berbagai maksud syara’, peristiwa dan keadaan, baik yang berkaitan dengan aqidah, syari’ah, akhlak maupun lainnya adalah pengertian dari ……………..



A.      Hadis Nabawi
B.      Hadis Fi’li
C.      Hadis Qauli
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Qudsi


20.  ..لا صـلاة لمن لم يقـرأ بفـاتحـة الكتـاب (رواه مسـلم)                                                   
Adalah contoh dari ……….


A.      Hadis Nabawi
B.      Hadis Fi’li
C.      Hadis Qauli
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Qudsi


21.  …                                                                                            صلـوا كمـا رأيتمـوني أصـلي (رواه البخارى)
Adalah contoh dari ……..


A.      Hadis Nabawi
B.      Hadis Fi’li
C.      Hadis Qauli
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Qudsi


22.  ….                                       كان النبي صلى الله عليه وسلم يصلي على راحلتـه حيث ما توجهت به (رواه الترميذى) 
Adalah contoh dari …………………


A.      Hadis Nabawi
B.      Hadis Fi’li
C.      Hadis Qauli
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Qudsi


23.  Setiap perbuatan atau tingkah laku yang disandarkan kepada Nabi saw yang sampai kepada kita adalah pengertian dari ………………….


A.      Hadis Nabawi
B.      Hadis Fi’li
C.      Hadis Qauli
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Qudsi


24.  Setiap ketetapan Nabi saw terhadap apa yang datang dari para sahabatnya adalah pengertian dari ………


A.      Hadis Nabawi
B.      Hadis Fi’li
C.      Hadis Qauli
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Qudsi


25.  ..                                                                                            لا يصلين أحد العصر إلا في بني قريظـة (رواه البخاري)
Adalah contoh dari …………………


A.      Hadis Nabawi
B.      Hadis Fi’li
C.      Hadis Qauli
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Qudsi


26.  Hadis yang berupa hal ihwal Nabi saw yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya disebut …………………….


A.      Hadis Hammi
B.      Hadis Fi’li
C.      Hadis Qauli
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Ahwali


27.  …                       كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أحسن الناس وجها وأحسنه خلقا ليس بالطويل البـائن ولا بالقصير
Adalah contoh dari ……………….

                                                                               


A.      Hadis Hammi
B.      Hadis Fi’li
C.      Hadis Qauli
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Ahwali


28.  Ilmu pengetahuan yang mencakup perkataan dan perbuatan Nabi saw, baik periwayatannya, pemeliharaannya, maupun penulisan atau pembukuan lafaz-lafaznya adalah pengertian dari ……


A.      Hadis Hammi
B.      Hadis Dirayah
C.      Hadis Riwayah
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Ahwali


29.  Ilmu pengetahuan utuk mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya, serta untuk mengetahui keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya, macam-macam hadis yang diriwayatkan dan segala yang berkaitan dengannya adalah pengertian dari ………


A.      Hadis Hammi
B.      Hadis Dirayah
C.      Hadis Riwayah
D.     Hadis Taqriri
E.      Hadis Ahwali


30.  Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya sebagai perawi hadis adalah pengertian dari ilmu …….


A.      Tarikh al-Ruwat
B.      Musthalah al-Hadis
C.      ‘Ilal al-Hadis
D.     Jarh wa al-Ta’dil
E.      Rijal al-Hadis


31.  Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis dari segi yang dapat menunjukkan keadaan mereka, baik yang dapat mencacatkan atau membersihkan mereka, dengan ungkapan atau lafaz tertentu adalah pengertian dari ………….


A.      Tarikh al-Ruwat
B.      Musthalah al-Hadis
C.      ‘Ilal al-Hadis
D.     Jarh wa al-Ta’dil
E.      Rijal al-Hadis


32.  Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis yang berkaitan dengan usaha periwayatan mereka terhadap hadis adalah pengertian dari ilmu ……..


A.      Tarikh al-Ruwat
B.      Musthalah al-Hadis
C.      ‘Ilal al-Hadis
D.     Jarh wa al-Ta’dil
E.      Rijal al-Hadis


33.  Ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat mencacatkan keshahihan hadis, seperti mengatakan muttashil terhadap hadis yang munqathi’, menyebut marfu’ terhadap hadis yang mauquf, memasukkan hadis ke dalam hadis lain, dan yang semisalnya adalah pengertian dari ilmu ……


A.      Tarikh al-Ruwat
B.      Nasikh wa al-Mansukh
C.      ‘Ilal al-Hadis
D.     Jarh wa al-Ta’dil
E.      Rijal al-Hadis


34.  Ilmu yang membahas hadis-hadis yang berlawanan yang tidak memungkinkan untuk dipertemukan, karena bahkan saling menghapus, dimana hadis yang datang lebih dulu disebut mansukh, dan yang datang kemudian disebut nasikh adalah pengertian dari ilmu ……………..


A.      Tarikh al-Ruwat
B.      Nasikh wa al-Mansukh
C.      ‘Ilal al-Hadis
D.     Jarh wa al-Ta’dil
E.      Asbab al-Wurud al-Hadis


35.  Yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebab-sebab dan waktu Nabi saw menuturkan sabdanya adalah pengertian dari ilmu …………………..


A.      Tarikh al-Ruwat
B.      Nasikh wa al-Mansukh
C.      ‘Ilal al-Hadis
D.     Jarh wa al-Ta’dil
E.      Asbab al-Wurud al-hadis


36.  Yaitu ungkapan dari lafaz-lafaz yang sulit dan rumit untuk dipahami yang terdapat dalam matan hadis karena jarang digunakan adalah pengertian dari ilmu ………………………..


A.      Gharib al-Hadis
B.      Nasikh wa al-Mansukh
C.      ‘Ilal al-Hadis
D.     Jarh wa al-Ta’dil
E.      Asbab al-Wurud al-hadis


37.  Yaitu ilmu pengetahuan yang berusaha menerangkan tentang hadis-hadis yang sudah diubah titik atau syakalnya dan bentuknya adalah pengertian dari ilmu ………………….


A.      Gharib al-Hadis
B.      Mukhtalif al-Hadis
C.      Tashif wa al-Tahrif
D.     Jarh wa al-Ta’dil
E.      Asbab al-Wurud al-hadis


38.  Ilmu yang membahas hadis-hadis yang menurut lahirnya saling bertentangan, yang berkemungkinan dapat dikompromikan antara keduanya, baik dengan cara mentaqyid kemutlakannya atau mentakhsis keumumannya atau dengan cara membawanya kepada beberapa kejadian yang relevan dengan hadis tersebut adalah pengertian dari ilmu ………………….


A.      Gharib al-Hadis
B.      Nasikh wa al-Mansukh
C.      Tashif wa al-Tahrif
D.     Mukhtalif al-Hadis
E.      Asbab al-Wurud al-hadis


39.  علم يبحث عن الأحاديث التى ظاهرها التناقض من حيث إمكان الجمع بينها إما بتقييد مطلقها أو بتخصيص عامه     
أو حملها على تعـدد الحادثة أو غير ذلك                                                                                                  
adalah pengertian dari ilmu ……………………..


A.        Gharib al-Hadis
B.      Nasikh wa al-Mansukh
C.      Tashif wa al-Tahrif
D.     Mukhtalif al-Hadis
E.      Asbab al-Wurud al-hadis


40.  .                                     .   عبارة عما وقع فى متون الأحاديث من الألفاظ الغامضة البعيدة من الفـهم لقـلة استعمـالها
Adalah pengertian dari ilmu ……………..


A.        Gharib al-Hadis
B.      Nasikh wa al-Mansukh
C.      Tashif wa al-Tahrif
D.     Mukhtalif al-Hadis
E.      Asbab al-Wurud al-hadis


41.  …. العلم الذى يبحث عن الأحاديث المتعارضة التى لايمكن التوفيق بينها من حيث الحكم على بعضها بأنه ناسخ وعلى بعضها الأخر بأنه منسوخ فما ثبت تقدمه كان منسوخا وما ثبت تأخره كان ناسخا                                              
Adalah pengertian dari ilmu ……………………….


A.      Gharib al-Hadis
B.      Nasikh wa al-Mansukh
C.      Tashif wa al-Tahrif
D.     Mukhtalif al-Hadis
E.      ‘Ilal al-Hadis


42.  علم يبحث عن الأسباب الخفية الغامضة من حيث أنها تقدح فى صحة الحديث كوصل منقطع ورفع موقوف وإدخال حديث فى حديث وما شابه ذلك                                                                                                         
Adalah pengrtian dari ilmu …………………….




A.      Gharib al-Hadis
B.      Nasikh wa al-Mansukh
C.      Tashif wa al-Tahrif
D.     Mukhtalif al-Hadis
E.      ‘Ilal al-Hadis




BAB II
FUNGSI HADIS DAN INGKAR AL-SUNNAH


A.     FUNGSI HADIS
1.      Bayan al-Taqrir
Bayan al-Taqrir atau Bayan al-Ta’kid atau Bayan al-Itsbat adalah menetapkan atau memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al-Qur’an.
Contohnya;
Rasulallah saw bersabda,
فإذا رأيتم الهلال فصوموا وإذا رأيتموه فـافطـروا (رواه مسـلم)
“Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat (ru’yah) itu maka berbukalah.” (HR. Muslim)
Hadis tersebut men-Taqrir ayat Al-Qur’an di bawah ini,
فمن شهـد منكم الشـهر فـليصمـه
“Maka barangsiapa yang mempersaksikan (pada waktu itu) bulan, hendaklah ia berpuasa…” (QS. 2 : 185)
2.      Bayan al-Tafsir
Bayan al-Tafsir adalah hadis berfungsi untuk memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat global (Bayan al-Tafshil / Tafshil al-Mujmal), memberikan batasan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat mutlak (Bayan al-Taqyid / Taqyid al-Muthlaq), dan mengkhususkan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat umum (Bayan al-Takhsis / Takhsis al-‘Amm)
Contohnya;
صلوا كمـا رأيتمـوني أصـلي
“Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat.” (HR. Bukhari)
Hadis tersebut men-Tafshil ayat berikut;
وأقيمـوا الصلاة وآتـوا الزكاة واركعـوا مع الراكعـين
“Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS. 2 : 43)
أتي رسول الله صلى الله عليه وسلم بسـارق فقـطع يـده من مفصـلالكـف
“Rasulallah saw didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong tangan pencuri dari pergelangan tangan.”
Hadis tersebut men-Taqyid ayat Al-Qur’an berikut;
والسارق والسارقة فاقطعوا أيديهما جزاء بما كسبا نكالا من الله ......
“Laki-laki dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah swt…” (QS. Al-Maidah : 3)

لا يرث المسـلم الكافـر ولا الكافـر المسـلم
“Seorang muslim tidak mewarisi dari orang kafir, dan orang kafir tidak mewarisi dari orang muslim.” (HR. Bukhari)


Hadis tersebut men-Takhsis ayat berikut;
يوصيـكم الله في أولادكم للـذكـر مثل حـظ الأنثييـن
“Allah swt mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu bagian anak laki-laki sama dengan bagian anak perempuan…” (QS. Al-Nisa : 11)
3.      bayan Tasyri’
Bayan Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
Contohnya;
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم فرض زكاة الفطر من رمضان على الناس صاعا من تمر أو صاعا من شعير على كل حـر أو عبد ذكـر أو أنــثى من المســـلمين (رواه مســـلم)
“Bahwasanya Rasulallah saw telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki maupun perempuan muslim.” (HR. Muslim)
B.      INGKAR AL-SUNNAH
Ingkar al-Sunnah adalah suatu faham yang menolak hadis atau sunnah sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an.
Ingkar al-Sunnah terjadi pada dua masa, yaitu masa klasik dan masa modern.
1.      Ingkar al-Sunnah Klasik
Ingkar al-Sunnah klasik terjadi pada abad ke-2 H / abad k-7 M, yakni pada masa Imam Asy-Syafi’iy (w. 204 H), yang dipelopori oleh sebagian kaum Zindik dengan memobilisir para penganut sekte-sekte atau aliran-aliran yang memang sedang mengalami konflik internal dan marak berkembang saat itu. Pada masa ini Ingkar al-Sunnah terdiri dari 3 kelompok, yaitu;
a.      Menolak sunnah secara keseluruhan, sehingga mereka hanya berpedoman kepada Al-Qur’an an sich.
b.      Tidak menerima seunnah kecuali yang semakna dengan Al-Qur’an.
c.       Hanya menerima sunnah mutawatir saja dan menolah selainnya.
2.      Ingkar al-Sunnah Modern
Ingkar al-Sunnah modern muncul pada abad 19 M / 13 H di India dan abad 20 M / 14 H di Mesir. Sebab munculnya adalah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat melakukan pendangkalan pemahaman ajaran agama Islam sejak awal abad 19 M.
Pokok-pokok ajaran Ingkar al-Sunnah antara lain :
a.      Hadis adalah karya Yahudi yang bertujuan untuk menghancurkan Islam dari dalam.
b.      Sumber hukum Islam hanya Al-Qur’an.
c.       Syahadat mereka adalah “Isyhadu bi anna muslimun.”
d.      Shalat bertujuan ingat kepada Allah swt.
e.      Puasa hanya diwajibkan bagi mereka yang melihat hilal saja.
f.        Haji dilakukan pada 4 bulan haram, yaitu; Muharram, Rajab, Zulqa’idah, dan Zulhijjah.
g.      Diperbolehkan mengenakan pakaian selain baju ihram saat berhaji.
h.      Rasul tetap akan diutus sampai hari kiamat.
i.        Nabi Muhammad saw tidak berhak menjelaskan tentang ajaran Al-Qur’an
j.        Tidak boleh shalat jenazah, karena tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Dll.
Alas an mereka mengingkari Sunnah sebagai sumber hukum Islam ke-2 adalah :
a.      Al-Qur’an diturunkan sebagai secara sempurna, sehingga tidak diperlukan penjelasan dari Nabi.


b.      Adanya larangan menulis hadis oleh Nabi, sebagai bukti bahwa hadis hal yang penting.
c.       Al-Qur’an bersifat qath’iy (absolute kebenarannya) sedang hadis bersifat zanniy (relative).
Para tokohnya antara lain; Sayyid Ahmad Khan (w. 1897 M), Ciragh Ali (w. 1898 M), Maulevi Abdullah Jakralevi (w. 1918 M) Ghulam Ahmad Pawrez, Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadhiyani, dll.

SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar diantara A, B, C, D, atau E !
1.      Ingkar al-Sunnah klasik terjadi pada masa …………………………………….


A.      Ali bin Abi Thalaib
B.      Imam Malik
C.      Imam Hanafi
D.     Imam Syafi’iy
E.      Imam Ahmad


2.      Ingkar al-Sunnah modern di India terjadi pada abad ……………………………….


A.      Ke-18
B.      Ke-19
C.      Ke-20
D.     Ke-21
E.      Ke-22


3.      Hadis berfungsi untuk memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat global merupakan fungsi hadis sebagai bayan …………………


A.      Tafsir
B.      Taqrir
C.      Tasyri’
D.     Tarjih
E.      Maushul


4.      Hadis mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an adalah fungsi hadis sebagai bayan ……………………………………………….


A.      Tafsir
B.      Taqrir
C.      Tasyri’
D.     Tarjih
E.      Maushul


5.      Hadis menetapkan atau memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al-Qur’an merupakan fungsi hadis sebagai bayan ………………………………..


A.      Tafsir
B.      Taqrir
C.      Tasyri’
D.     Tarjih
E.      Maushul


6.      Faham yang menolak hadis atau sunnah sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an adalah faham …………………………………….....


A.      Tafsir
B.      Taqrir
C.      Tasyri’
D.     Tarjih
E.      Maushul


7.      Berikut ini adalah para tokoh Ingkar al-Sunnah, kecuali …………………………………


A.      Sayyid Ahmad Khan
B.      Sayyid Ali Khan
C.      Maulevi Abdullah Jakralevi
D.     Ghulam Ahmad Pawrez
E.      Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadhiyani


8.      Berikut ini ajaran pokok-pokok ajaran Ingkar al-Sunnah, kecuali ……………………………
A.      Sumber hukum Islam hanya Al-Qur’an.
B.      Syahadat mereka adalah “Isyhadu bi anna muslimun”.
C.      Shalat bertujuan ingat kepada Allah swt.
D.     Puasa hanya diwajibkan bagi mereka yang melihat hilal saja
E.      Nabi Muhammad saw berhak menjelaskan ayat Al-Qur’an

BAB III
PENGHIMPUNAN DAN PENGKODIFIKASIAN HADIS


A.     PERIODISASI PENGHIMPUNAN HADIS
Mayoritas Ahli Sejarah Hadis membagi priodisasi penghimpunan hadis menjadi 7 (tujuh) periode, yaitu:
  1. Masa Turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam (‘Ashr al-wahyi wa al-takwin), yaitu dimulai Sejak diangkatnya Muhammad saw menjadi rasul sampai wafatnya.
  2. Masa Kehati-hatian dan Penyedikitan Riwayat (‘Ashr al-tatsabbut wa al-iqlal min al-riwayah), yaitu dimulai sejak awal pemerintahan Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq sampai kepada akhir pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.  
  3. Masa Penyebaran Riwayat ke daerah-daerah (‘Ashr intisyar al-riwayat ila al-amshar), yaitu dimulai sejak awal Dinasti Umayah sampai akhir abad pertama Hijriyah.
  4. Masa Penulisan dan Pengkodifikasian Hadis (‘Ashr al-kitabat wa al-tadwin), yaitu dimulai sejak awal abad kedua Hijriyah sampai akhir abad kedua Hijriyah.
  5. Masa Pemurnian, Pen-tashih-an dan Penyempurnaan Hadis (‘Ashr al-tajrid wa al-tashih wa al-tanqih), yaitu dimulai sejak awal abad ketiga Hijriyah sampai akhir abad ketiga Hijriyah.
  6. Masa Pemeliharaan, Penertiban, Penambahan, dan Penghimpunan Hadis (‘Ashr al-tahdzib wa al-tartib wa al-istidrak wa al-jama’), yaitu dimulai sejak abad keempat Hijriyah sampai masa jatuhnya kota Bagdad pada tahun 656 H.
  7. Masa Pensyarahan, Penghimpunan, Pen-takhrij-an, dan Pembahasan dari berbagai tambahan (‘Ashr al-syarh wa al-jama’ wa al-takhrij wa al-bahts ‘an al-zawaid), yaitu dimulai sejak tahun 656 Hijriyah sampai dengan Sekarang.
B.      HADIS PADA ABAD PERTAMA HIJRIYAH
1.      Hadis Pada Masa Rasulallah saw
a. Cara Rasul Menyampaikan Hadis
1) Melalui sarana majlis-majlis ilmi yang diadakan oleh Rasulallah saw bersama para sahabat.
2) Rasulallah saw menjelaskan hukum terhadap peristiwa yang ditemuinya di lapangan kepada para sahabat yang mengikutinya.
Seperti hadis berikut;
عن أبى هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم مرّ برجل يبيع طعاما فسأله : كيف تبيع ؟ فأخبره, فأوحى إليه أدخل يدك فيه, فأدخل يده فإذا هو مبلول  فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم  ليس منـا من غـشّ. (رواه أحمد)
 Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulallah saw melewati seorang penjual makanan kemudian beliau bertanya; “Bagaimana caranya engkau berjualan ?” Maka si pedagang tersebut menjelaskannya kepada Rasul. Selanjutnya beliau menyuruh pedagang itu untuk memasukkan yangannya ke dalam tumpukan makanan tersebut. Namun ketika tangannya ditarik keluar, terlihat tangan tersebut basah, maka Rasulallah saw bersabda; “Bukan termasuk golongan kami orang yang menipu.” (HR. Ahmad)

3) Rasulallah saw menjelaskan hukum terhadap pertanyaan atau peristiwa yang dialami oleh para sahabat.



Contoh;
عن علي رضي الله عنه قال كنت رجلا مذاء فأمرت المقداد أن يسأل النبي صلى الله عليه وسلم  فسـأله فقال  فيه الوضـوء. (رواه البخارى)                                                              
“Dari Ali ra dia berkata; “Aku adalah seorang yang sering mengalami keluar mazi, maka aku menyuruh al-Miqdad menanyakan (masalah tersebut) kepada Rasulallah saw. Maka Rasulallah saw menjawab, bahwa padanya harus berwudhu.” (HR. Bukhari)
4) Para sahabat menyaksikan langsung Rasulallah saw melakukan suatu perbuatan dan biasanya berkaitan dengan tata cara pelaksanaan ibadah, seperti; shalat, puasa, zakat, dan haji.
Contohnya;
عن أبى هريرة رضي الله عنه قال كان النبي صلى الله عليه وسلم  بارزا يوما للناس فأتاه رجـل فقال ما الإيمان ؟ قال الإيمان أن تـؤمن ....... (الآخر) فقـال: هذا جبريل جاء يعـلم الناس دينـهم. (رواه البخارى)
“Dari Abu Hurairah ra dia berkata; adalah Nabi saw tampak pada suatu hari di tengah-tengah manusia (sahabat), maka datang kepadanya seorang laki-laki seraya bertanya; “apakah iman itu ?” Rasulallah saw menjawab; “Iman adalah bahwa engkau beriman ......(hingga akhir)” Rasulallah saw mengatakan (kepada para sahabat), “Dia adalah (malaikat) Jibril yang datang untuk mengajari manusia tentang masalah agama mereka.” (HR. Bukhari)
5) Rasulallah saw menyampaikan hadisnya melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka, seperti saat haji wada’ dan fathu Mekkah.
Setelah menerima hadis tersebut dari Rasulallah saw atau melalui perantaran sahabat lainnya, maka para sahabat menghafalkan hadis-hadis tersebut sebagaimana halnya menghafalkan al-Qur’an.
b. Pemeliharaan Hadis pada Masa Rasulallah saw.
Faktor-faktor yang mendukung terpeliharanya hadis pada masa Rasulallah saw antara lain :
1) Menghafal Hadis.
Untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an, Rasulallah saw melarang para sahabat menuliskan hadis secara resmi, sebagaimana sabdanya;
لا تكتبوا عني ومن كتب عني غير القرآن فليمحه وحدثوا عني ولا حرج ومن كذب عليّ متعمدا فليتبوّأ مقعده من النـار.           
 (رواه مسلم عن أبى سعيد الخدري)                                          
”Janganlah kalian tulis apa saja dariku selain al-Qur’an. Barangsiapa telah menulis dariku selain al-Qur’an hendaklah dihapus. Ceritakan apa saja yang diterima dariku, ini tidak mengapa. Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Muslim dari Abi Sa’id al-Khudry)


Oleh karena itu pada masa ini para sahabat harus menghafalkan hadis-hadis yang diterimanya dari Rasulallah saw.
Paling tidak ada 3 faktor termotivasinya para sahabat dalam kegiatan menghafal hadis, yaitu;
a) Kegiatan menghafal merupakan budaya bangsa arab  yang telah diwarisinya sejak pra Islam.
b) Rasulallah saw banyak memberikan motivasi melalui do’a-do’anya.
c) Rasulallah saw seringkali menjanjikan kebaikan akhirat bagi siapa saja yang menghafal dan menyampaikan hadis kepada orang lain.


2) Menulis Hadis.
Terdapat beberapa sahabat yang menuliskan hadis dan memiliki catatan-catatannya, antara lain;
a) Abdullah ibn Amr ibn al-’Ash.
Ia memiliki catatan hadis yang dinamakan ”al-Shahifah al-Shadiqah”. Ia sempat mendapat kritikan dari kaum quraisy yang selalu mencatat apa saja yang didengarnya dari Rasulallah saw, kemudian ia mengadukannya kepada rasul dan beliau menjawabnya;
أكتب فو الذى نفسي بيده ما يخرج منه إلا الحق.            
(رواه البخارى عن عبدالله بن عمرو بن العاص)                     
”Tulislah ! demi zat yang diriku berada di tangan-Nya, tidak ada yang keluar daripadanya kecuali yang benar.” (HR. Bukhari dari Abdullah ibn Amr ibn al-Ash)
b) Jabir ibn Abdillah ibn Amr al-Anshari (w.78 H).
Ia memiliki catatan hadis tentang manasik haji. Catatannya tersebut dinamakan ”al-Shahifah Jabir.”
c) Abu Hurairah al-Dausi (w. 59 H).
Ia memiliki catatan hadis yang dikenal dengan nama “al-Shahifah al-Shahihah”, dan mewariskan kepada anaknya bernama Hammam.
d) Abu Syah (Umar ibn Sa’ad al-Anmari).
Ia memiliki catatan hadis dan memperoleh izin dari Rasulallah saw, sebagaimana sabdanya;
أكتبوا لأبى شـاه. (رواه البخارى عن أبى هريرة)                  
”Kalian tuliskan untuk Abu Syah”.
Tawafuq (kompromi) Para Ulama terhadap Hadis Larangan dan Perintah Menuliskan Hadis.
Ibnu Hajar al-Asqalany berpendapat bahwa larangan Rasulallah saw untuk menuliskan hadis itu hanya berlaku pada masa-masa turunnya wahyu dan menuliskannya dalam satu suhuf agar tidak tercampur antara al-Qur’an dengan hadis, namun jika al-qur’an tidak turun dan tidak ditulis dalam satu suhuf maka dibolehkan mencatat hadis.
Sementara An-Nawawi dan As-Suyuthi berpendapat bahwa adanya larangan menuliskan hadis pada masa itu dimaksudkan hanya bagi para sahabat yang kuat hafalannya sehingga terhindar dari kekhawatiran terjadinya kekeliruan. Akan tetapi bagi para sahabat yang kurang kuat hafalannya sehingga khawatir lupa, maka dibolehkan mencatatnya.
Ajjaj al-Khatib menyatakan bahwa terdapat 4 pendapat ulama tentang tawafuq hadis larangan dan perintah menuliskan hadis, yaitu;
1) Sebagian ulama menyatakan bahwa hadis dari Abu Sa’id al-Khudry bernilai mauquf karena itu tidak dapat dijadikan hujjah. Akan tetapi pendapat ini ditolak karena hadis Abu Sa’id al-Khudry dan hadis lain yang semakna dengannya berderajat shahih.
2) Ulama lain menyatakan bahwa larangan menuliskan hadis hanya berlaku pada masa-masa awal Islam yang masih penuh keterbatasan, namun setelah ajaran Islam berkembang luas maka penulisan hadis menjadi boleh.
3) Ulama lain menyatakan bahwa larangan menuliskan hadis itu hanya berlaku bagi para sahabat yang kuat hafalannya agar semakin terpelihara dan terlatih hafalannya, namun bagi para sahabat yang kurang atau lemah hafalannya seperti Abu Syah dan Abdullah ibn Amr ibn al-Ash dibolehkan menuliskannya.
4) Ulama lain berpandangan bahwa larangan menulis hadis tersebut berlaku untuk umum, akan tetapi bagi para sahabat yang memiliki keahlian menulis dan membaca dan tidak khawatir akan tercampur dengan al-qur’an maka larangan tersebut tidak berlaku.

2.      hadis Pada Masa Sahabat
Pemeliharaan hadis pada masa Khulafa al-Rasyidun khususnya pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khatthab dianggap sangat lamban, hal ini disebabkan karena mereka sangat ketat dan sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadis. Oleh karena itu pada masa sahabat ini dikenal dengan masa “At-Tasabbut wa al-Iqlal min al-Riwayah” (Pembatasan dan penyedikitan penerimaan riwayah hadis).
Pada masa Abu Bakar periwayatan hadis harus disertai dengan adanya kesaksian (syahadah) dari sahabat lainnya. Begitu juga pada masa Umar bin Khatthab harus menghadirkan “bayyinah” yaitu seorang saksi. Demikian juga pada masa Utsman bin Affan kehati-hatian dan ketelitiannya dalam periwayatan hadis tetap terpelihara dengan senantiasa mengingatkan kepada para sahabat lainnya agar tidak banyak meriwayatkan hadis yang mereka tidak pernah mendengarnya di masa Abu Bakar dan Umar bin Khatthab. Begitu pula halnya pada masa Ali bin Abi Thalib, beliau senantiasa mensyaratkan adanya “sumpah” terhadap orang yang meriwayatkan hadis.
C.      HADIS PADA ABAD KEDUA HIJRIYAH
Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari dinasti Bani Umayah dikenal sebagai penggagas penghimpunan, penulisan dan pembukuan hadis secara resmi atau lebih dikenal dengan istilah “Kodifikasi Hadis”, yang dilatarbelakangi oleh;
- Tidak adanya kekhawatiran bercampurnya al-qur’an dengan hadis, karena al-qur’an saat itu telah dibukukan dan disebarluaskan.
- Adanya kekhawatiran akan lenyap dan hilangnya hadis dari para penghafal dan penulisnya, karena para sahabat sudah banyak yang wafat akibat usia lanjut dan peperangan.
- Kegiatan pemalsuan hadis semakin semarak yang dilatarbelakangi oleh politik dan perbedaan mazhab di kalangan umat Islam.
- Daerah kekuasaan dan penyebaran ajaran Islam semakin meluas, sehingga membutuhkan panduan dan petunjuk pengamalan Ibadah selain al-Qur’an.
Para Tokoh Kodifikasi Hadis
Jumhur ulama sepakat bahwa ulama yang pertama kali berhasil menghimpun hadis dalam satu kitab adalah Muhammad ibn Muslim ibn Syihab al-Zuhri (w. 124 H) atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz (w. 101 H) melalui gubernur Madinah saat itu yaitu Abu Bakar ibn Muhammad ‘Amr ibn Hazm (w. 117 H).
Para tokoh kodifikasi hadis pasca Ibn Syihab al-Zuhri di berbagai daerah :
1.      Abdul Malik ibn Abdul Aziz Ibn Juraij al-Bashri (80-150 H) di Mekah
2.      Muhammad ibn Ishaq (w. 151 H) dan Malik ibn Anas (93-179 H) di Madinah
3.      Muhammad ibn Abdurrahman ibn Abi Zi’b (w. 158 H), Al-Rabi’ ibn Shabih (w. 160 H), Sa’id ibn Abi ‘Arubah (w. 156 H), dan Hammad ibn Salamah (w. 167 H) di Basrah
4.      Sufyan al-Tsauri (97-161 H) di Kufah
5.      Ma’mar ibn Rasyid (95-153 H) di Yaman
6.      Abdullah ibn al-Mubarak (118-181 H) di Khurasan/Afganistan
7.      Hasyim ibn Basyir (104-183 H) di Wasith
8.      Abdurrahman ibn ‘Amr al-Auza’iy (88-157 H) di Syam
9.      Jarir ibn Abdul Hamid (110-188 H) di Rei
10.   Abdullah ibn Wahab (125-197 H) di Mesir.
Kitab-kitab termasyhur pada abad kedua hijriyah :
  1. Al-Muwatha’ karya Imam Malik bin Anas
  2. Musnad al-Syafi’iy karya Imam Syafi’iy


  1. Al-Mushannaf karya Al-Auza’iy
  2. Al-Maghazi wa al-Siyar karya Muhammad ibn Ishaq (w. 150 H)
  3. Al-Jami’ karya Abdurrazaq Al-San’aniy (w. 211 H)
  4. Al-Mushannaf karya Syu’bah ibn al-Khajjaj (w. 160 H)
  5. Al-Mushannaf karya Syufyan ibn Uyainah (w. 190 H)
  6. Al-Mushannaf karya Al-Humaidi (w. 150 H)
  7. Al-Musnad karya Abu Hanifah (w. 150 H)
  8. Al-Musnad karya Zaid ibn Ali.
Ciri dan sistem pembukuan Hadis pada Abad ke-2 Hijriah :
1.      Pada umumnya menghimpun hadis-hadis Rasul saw, fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in.
2.      Penghimpunannay masih bercampur baur antara berbagai topik yang ada.
3.      Belum ada pemisahan antara hadis shahih, hasan, dan dha’if.
D.     HADIS PADA ABAD KETIGA HIJRIYAH
1.      Pemalsuan Hadis
Kegiatan pemalsuan hadis dimotori oleh aliran Mu’tazilah yang didukung oleh Khalifah Al-Ma’mun, Khalifah Al-Mu’tashim (w. 227 H), dan Al-Watsiq (w. 232 H).
2.      upaya Melestarikan Hadis
a.  Perlawatan (rihlah al-safar) ke daerah-daerah.
b.  Pengklasifikasian hadis kepada : Marfu’, Mauquf, dan Maqthu’.
c.   Penyeleksian kualitas hadis dan mengklasifikasikannya kepada : Shahih, Hasan da, Dha’if.
3.      bentuk Penyusunan Kitab Hadis pada Abad ke-3 Hijriah.
a.  Kitab Shahih (kumpulan hadis-hadis shahih) berbentuk Mushannaf, yaitu penyajiannya berdasarkan bab-bab masalah tertentu.  Contoh; Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
b.  Kitab Sunan (kumpulan hadis shahih dan dha’if) berbentuk mushannaf. Contohnya; Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmizi, dan Sunan An-Nasa’iy.
c.   Kitab Musnad yang disusun berdasarkan pada nama perawi pertama. Contohnya; Musnad Ahmad ibn Hanbal, Musnad Abu Qasim al-Baghawi, dan Musnad Usman ib Abi Syaibah.
E.      HADIS PADA ABAD KEEMPAT HIJRIYAH SAMPAI ABAD KETUJUH HIJRIYAH
1.      Kegiatan Periwayatan Hadis
Meskipun hadis-hadis yang dihimpu tidak sebanyak pada periode sebelumnya, namun kegiatan periwayatan masih tetap berkelanjutan yakni dengan cara menghafal.
2.      Bentuk Penyusunan Kitab Hadis
a.  Kitab Athraf, yaitu menyebutkan sebagian matan dan menjelaskan seluruh sanadnya. Contoh; Athraf al-Shahihaini karya Ibrahim al-Dimasyqi, Athraf al-Shahihaini karya Abu Muhammad Khalaf ibn Muhammad al-Wasithi.
b.  Kitab Mustakhraj, memuat hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Contoh; Mustakhraj Shahih Bukhari karya Jurjani, Mustakhraj Shahih Muslim karya Abu Awanah.
c.   Kitab Mustadrak, menghimpun hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim. Contoh; Al-Mustadrak karya Al-Hakim dan Al-Ilzamat karya Al-Daruquthni.
d.  Kitab Jami’, yang menghimpun hadis-hadis yang termuat dalam kitab-kitab hadis yang ada. Contoh; Al-Jami’ Bayan al-Shahihaini karya Ibnu al-Furat, Al-Jami’ Bayan Al-Shahihaini karya Muhammad ibn Nashr al-Humaidi.



F.       KEADAAN HADIS PADA PERTENGAHAN ABAD KETUJUH SAMPAI SEKARANG
1.      Kegiatan Periwayatan Hadis
Kegiatan periwayatan pada periode ini dilakukan denga cara Ijazah dan Mukatabah.
2.      Bentuk Penyusunan Kitab Hadis
a.  Kitab Syarah, yang memuat uraian dan penjelasan kandungan hadis dari kitab tertentu yang terkait dengan dalil nash. Contoh; Fath al-Bari karya Ibnu Hajar al-Asqalany, Al-Minhaj karya An-Nawawi, dan ‘Aun al-Ma’bud karya Syams al-Haq al-Azhim al-Abadi merupakan Syarah Sunan Abu Dawud.
b.  Kitab Mukhtashar, berisi ringkasan dari suatu kitab hadis. Contoh; Mukhtasar Shahih Muslim karya Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi.
c.   Kitab Zawa’id, yang menghimpun hadis dari kitab tertentu yang tidak termuat dalam kitab lainnya. Contoh; Zawa’id al-Sunan al-Kubra karya Al-Bushiri.
d.  Kitab Takhrij, yang menjelaskan tempat pengambilan hadis yang dimuat dalam kitab tertentu dan menjelaskan kualitasnya. Contoh; Takhrij Ahadis al-Ihya karya Al-Iraqi.


SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar diantara A, B, C, D, atau E !
1.      Kegiatan periwayatan pada pertengahan abad ke-7 ini dilakukan denga cara ………………….


A.      Ijazah
B.      Mukatabah.
C.      Tawafuq
D.     Sima’iy
E.      Ijazah dan Mukatabah


2.      Kitab menyebutkan sebagian matan dan menjelaskan seluruh sanadnya disebut kitab ……………….


A.      Athraf
B.      Syarah
C.      Takhrij
D.     Mustadrak
E.      Mustakhraj


3.      Kitab yang memuat hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim disebut kitab …………………..


A.      Athraf
B.      Syarah
C.      Takhrij
D.     Mustadrak
E.      Mustakhraj


4.      Kitab yang menghimpun hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim disebut kitab …..


A.      Athraf
B.      Syarah
C.      Takhrij
D.     Mustadrak
E.      Mustakhraj


5.      Kitab yang menghimpun hadis-hadis yang termuat dalam kitab-kitab hadis yang ada disebut kitab …….


A.      Athraf
B.      Syarah
C.      Jami’
D.     Mustadrak
E.      Mustakhraj


6.      Kitab yang memuat uraian dan penjelasan kandungan hadis dari kitab tertentu yang terkait dengan dalil nash disebut kitab ……………………..


A.      Athraf
B.      Syarah
C.      Jami’
D.     Mustadrak
E.      Mustakhraj



7.      Kitab yang berisi ringkasan dari suatu kitab hadis disebut kitab ……………………….


A.      Athraf
B.      Syarah
C.      Mukhtasar
D.     Mustadrak
E.      Mustakhraj


8.      Kitab yang menjelaskan tempat pengambilan hadis yang dimuat dalam kitab tertentu dan menjelaskan kualitasnya disebut kitab ……………………………..


A.      Athraf
B.      Takhrij
C.      Mukhtasar
D.     Mustadrak
E.      Mustakhraj


9.      Kitab Musnad adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan pada nama perawi yang ……………………..


A.      Kelima
B.      Keempat
C.      Ketiga
D.     Kedua
E.      Pertama


10.   Khulafa al-Rasyidin yang memberlakukan / mensyaratkan adanya sumpah pada setiap perawi yang meriwayatkan hadis  adalah khalifah …………………….


A.      Mu’awiyah
B.      Usman bin Affan
C.      Umar bin Khaththab
D.     Ali bin Abi Thalib
E.      Abu Bakar al-Shiddiq


11.  Khulafa al-Rasyidin yang mensyaratkan adanya bayyinah pada setiap perawi yang meriwayatkan hadis  adalah khalifah …………………….


A.      Mu’awiyah
B.      Usman bin Affan
C.      Umar bin Khaththab
D.     Ali bin Abi Thalib
E.      Abu Bakar al-Shiddiq


12.  Khulafa al-Rasyidin yang mensyaratkan adanya syahadah pada setiap perawi yang meriwayatkan hadis  adalah khalifah …………………….


A.      Mu’awiyah
B.      Usman bin Affan
C.      Umar bin Khaththab
D.     Ali bin Abi Thalib
E.      Abu Bakar al-Shiddiq


13.  “al-Shahifah al-Shahihah” adalah nama kitab yang berisi catatan hadis milik .............................


A.      Jabir bin Abdullah
B.      Abdullah ibn Umar
C.      Abdullah ibn Abbas
D.     Abu Hurairah
E.      Abdullah ibn ‘Amr


14.  “al-Shahifah al-Shadiqah” adalah nama kitab yang berisi catatan hadis milik .................................


A.      Jabir bin Abdullah
B.      Abdullah ibn Umar
C.      Abdullah ibn Abbas
D.     Abu Hurairah
E.      Abdullah ibn ‘Amr


15.  “al-Shahifah Jabir” adalah nama kitab yang berisi catatan hadis milik ………………………..



A.      Jabir bin Abdullah
B.      Abdullah ibn Umar
C.      Abdullah ibn Abbas
D.     Abu Hurairah
E.      Abdullah ibn ‘Amr



16.  Masa Pemeliharaan, Penertiban, Penambahan, dan Penghimpunan Hadis (‘Ashr al-tahdzib wa al-tartib wa al-istidrak wa al-jama’), yaitu dimulai sejak abad ………………………..


A.      Pertama
B.      Kedua
C.      Ketiga
D.     Keempat
E.      Kelima


17.  Masa Kehati-hatian dan Penyedikitan Riwayat (‘Ashr al-tatsabbut wa al-iqlal min al-riwayah), yaitu dimulai sejak awal pemerintahan Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq sampai kepada akhir pemerintahan Khalifah ………………………………..


A.      Mu’awiyah
B.      Usman bin Affan
C.      Umar bin Khaththab
D.     Ali bin Abi Thalib
E.      Abu Bakar al-Shiddiq


18.  Masa Turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam (‘Ashr al-wahyi wa al-takwin), yaitu dimulai Sejak diangkatnya Muhammad saw menjadi rasul sampai wafatnya ………………………………………..


A.      Abu Bakar al-Shiddiq
B.      Umar bin Khaththab
C.      Rasulallah saw
D.     Ali bin Abi Thalib
E.      Usman bin Affan


19.  Masa Pemurnian, Pen-tashih-an dan Penyempurnaan Hadis (‘Ashr al-tajrid wa al-tashih wa al-tanqih), yaitu dimulai sejak awal abad ketiga Hijriyah sampai akhir abad ……………………………. Hijriyah.


A.      Pertama
B.      Kedua
C.      Ketiga
D.     Keempat
E.      Kelima


20.  Masa Pensyarahan, Penghimpunan, Pen-takhrij-an, dan Pembahasan dari berbagai tambahan (‘Ashr al-syarh wa al-jama’ wa al-takhrij wa al-bahts ‘an al-zawaid), yaitu dimulai sejak abad …………………….. Hijriyah sampai dengan Sekarang


A.      Pertama
B.      Kedua
C.      Ketiga
D.     Keempat
E.      Kelima





















BAB IV
SANAD DAN MATAN
A.     SANAD HADIS
1.      Pengertian Sanad
Menurut bahasa berarti Al-Mu’tamad “ المعتمد  “ (yang bisa dijadikan pegangan).
Menurut Istilah berarti" الطريقة الموصلة إلى المتن أي أسماء رواته مرتبة "  jalan yang menyampaikan kepada matan yaitu nama-nama para perawi secara berurutan.
2.      Peranan Sanad dalam Pendokumentasian Hadis
a.  Pendokumentasian hadis pada periode sahabat dilakukan dengan cara :
1)  Learning by memorizing yaitu mendengarkan setiap perkataan Nabi saw dan menghafalkannya
2)  Learning through writing yaitu mempelajari dan mencatat hadis.
3)  Learning by practice yaitu mempraktekkan setiap hadis yang diperoleh dari Nabi saw.
b.  Pendokumentasian hadis pada periode selanjurnya dilakukan dengan cara :
1)  Sama’ yaitu guru membacakan hadis kepada murid-muridnya dalam 3 cara; lisan, mendikte, dan Tanya jawab
2)  ‘Ardh yaitu murid membacakan hadis kepada gurunya.
3)  Ijazah yaitu memberi izin kepada seseorang meriwayatkan hadis tanpa dibacakan terlebih dahulu.
4)  Munawalah yaitu memberikan sejumlah tulisan hadis kepada seseorang untuk disebarluaskan.
5)  Kitabah yaitu menuliskan hadis bagi seseorang untuk diriwayatkan kepada orang lain.
6)  I’lam yaitu memberitahu kebolehan meriwayatkan hadis kepada orang lain
7)  Washiyyat yaitu memberikan wasiyat buku atau catatan hadis kepada seseorang dan boleh meriwayatkannya kepada orang lain
8)  Wajadah yaitu meriwayatkan hadis kepada orang lain dari catatan atau buku yang didapatnya tanpa izin pengarangnya.
3.      Peranan Sanad dalam Penentuan Kualitas Hadis
Sanad hadis sangat berperan penting dalam menentukan kualitas hadis yang akan berujung pada diterimanya sebagai dalil (maqbul) atau tidak (mardud).
Kitab-kitab yang membahas tentang para perawi hadis antara lain; Tahzib al-Tahzib karya Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H), Tazib al-Tahzib karya Al-Zahabi (w.742 H), dan Tahzib al-Kamal karya Al-Mizzi (w. 742 H).
B.      MATAN HADIS
Menurut bahasa berarti “ ما صلب وارتفع من الأرض  “ (sesuatu yang keras dan tinggi dari tanah)
Menurut istilah berarti “ ما ينتهي إليه السـند من الكلام “ (sesuatu yang berakhir padanya (terletak sesudah) sanad yaitu berupa perkataan.
Matan hadis sangat berperan penting dalam menentukan kualitas hadis yang berujung pada diterimanya sebagai dalil (maqbul) atau tidak (mardud).
C.      SEBEB-SEBAB TERJADINYA PERBEDAAN KANDUNGAN MATAN
1.      Periwayatan Hadis secara Makna
2.      Meringkas dan menyederhanakan matan hadis




SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar diantara A, B, C, D, atau E !
1.      Jalan yang menyampaikan kepada matan disebut ………………..


A.      Matan
B.      Hadis
C.      Sanad
D.     Rawi
E.      Musnid


2.      Nama-nama para perawi secara berurutan dalam sebuah hadis disebut ……………………………


A.      Matan
B.      Hadis
C.      Sanda
D.     Rawi
E.      Musnid


3.      Mendengarkan setiap perkataan Nabi saw dan menghafalkannya yang dilakukan para sahabat dalam upaya pendokumentasian hadis disebut cara ……………………


A.      Learning by memorizing
B.      Learning by practice
C.      Wajadah
D.     Washiyyat
E.      Learning through writing


4.      Mempelajari dan mencatat hadis yang dilakukan para sahabat dalam upaya pendokumentasian hadis adalah merupakan metode ……………………………..


A.      Learning by memorizing
B.      Learning by practice
C.      Wajadah
D.     Washiyyat
E.      Learning through writing


5.      Mempraktekkan setiap hadis yang diperoleh dari Nabi saw yang dilakukan para sahabat dalam upaya pendokumentasian hadis merupakan cara ……………………………….


A.      Learning by memorizing
B.      Learning by practice
C.      Wajadah
D.     Washiyyat
E.      Learning through writing


6.      Guru membacakan hadis kepada murid-muridnya secara lisan, mendikte, dan tanya jawab dikenal dengan metode …………………………


A.      I’lam
B.      Sama’
C.      ‘Ardh
D.     Ijazah
E.      Munawalah


7.      Murid membacakan hadis kepada gurunya dikenal dengan metode …………………………….


A.      I’lam
B.      Sama’
C.      ‘Ardh
D.     Ijazah
E.      Munawalah


8.      Guru memberi izin kepada muridnya untuk meriwayatkan hadis tanpa dibacakan terlebih dahulu dikenal dengan metode ………………………………………


A.      I’lam
B.      Sama’
C.      ‘Ardh
D.     Ijazah
E.      Munawalah


9.      Guru memberikan sejumlah tulisan hadis kepada muridnya untuk disebarluaskan dikenal dengan metode ……………………….




A.      I’lam
B.      Sama’
C.      ‘Ardh
D.     Ijazah
E.      Munawalah


10.  Guru menuliskan hadis bagi muridnya untuk diriwayatkan kepada orang lain dikenal dengan metode ….


A.      Kitabah
B.      Sama’
C.      ‘Ardh
D.     Ijazah
E.      Munawalah


11.  Seseorang memberitahu kebolehan meriwayatkan hadis kepada orang lain dikenal dengan metode …..


A.      Kitabah
B.      Sama’
C.      ‘Ardh
D.     Ijazah
E.      Munawalah


12.  Seseorang meriwayatkan hadis kepada orang lain dari catatan atau buku yang didapatnya tanpa izin pengarangnya dikenal dengan metode …………………….


A.      Kitabah
B.      Sama’
C.      ‘Ardh
D.     Ijazah
E.      Wajadah


13.  Sesuatu yang berakhir padanya sanad yaitu berupa perkataan disebut ………………………


A.      Matan
B.      Hadis
C.      Sanad
D.     Rawi
E.      Musnid


14.  Sesuatu yang keras dan tinggi dari tanah adalah pengertian dari …………………………


A.      Matan
B.      Hadis
C.      Sanad
D.     Rawi
E.      Musnid


15.  Kualitas hadis yang  berujung pada diterima atau ditolaknya suatu hadis sangat ditentukan oleh ……….


A.      Matan
B.      Rawi
C.      Musnad
D.     Sanad
E.      Matan dan Sanad











BAB V
ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADIS
A.     ISTILAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN GENERASI PERIWAYATAN
1.      Sahabat
Yaitu setiap orang yang bertemu dengan Nabi saw, beriman dengan beliau dan mati dalam keadaan Islam.
Jumlah sahabat sangat banyak, namun ada yang dikenal dengan sebutan “Al-Abadillah” mereka adalah; Abdullah ibnu Abbas, Abdullah ibnu Umar, Abdullah ibnu Zubair, dan Abdullah ibnu ‘Amr.
2.      Al-Mukhadramun (Tabi’in besar)
Yaitu orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi saw dalam keadaan Islam, namun tidak sempat bertemu Nabi saw. Mereka antara lain; Abu ‘Amr al-Syaibani, Suwaid ibn Ghaflah al-Kindi, ‘Amr ibn Maimun al-Awadi, Abdul Khair ibn Yazid al-Khaiwani, Abu Usman al-Nahdi.
3.      Tabi’in
Yaitu orang yang bertemu satu atau lebih orang sahabat.
Jumhur ulama sepakat bahwa akhir masa Tabi’in adalah tahun 150 H. sedangkan akhir masa Tabi’ al-Tabi’in adalah tahun 220 H.
Diantara Tabi’in ada yang dikenal dengan sebutan “Al-Fuqaha al-Sab’ah”, mereka adalah; Sa’id ibn Al-Musayyab (15-94 H), Al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar al-Shiddiq (37-107 H), ‘Urwah ibn al-Zubair (w. 94 H), Kharijah ibn Zaid ibn Tsabit (29-99 H), Sulaiman ibn Yasar (34-107 H), ‘Ubaidillah ibn Abdullah ibn ‘Utbah ibn Mas’ud (w. 98 H), dan Abu Salamah ibn Abdurrahman ibn ‘Auf (w. 94 H)
4.      Al-Mutaqaddimun
Yaitu ulama hadis yang hidup pada abad kedua dan ketiga Hijriah yang telah menghimpun hadis dalam kitab-kitabnya. Mereka antara lain; Imam Ahmad ibnu Hanbal (164-241 H), Imam Bukhari (194-256 H), Imam Muslim (204-261 H), Imam An-Nasa’iy (215-303 H), Imam Abu Dawud (202-276 H), Imam At-Tirmizi (209-269 H), dan Imam Ibnu Majah (209-276 H).
5.      Al-Muta’akhirun
Yaitu ulama hadis yang hidup pada abad keempat Hijriyah dan seterusnya. Mereka antara lain; Imam Al-Hakim (359-405 H), Imam Al-Daru Quthni (w. 385 H), Imam Ibnu Hibban (w. 354 H), dan Imam At-Thabrani (w. 360 H).
B.      ISTILAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGIATAN PERIWAYATAN
Al-Muktsiruna fi al-Hadis
Yaitu para sahabat yang banyak meriwayatkan hadis yang jumlahnya lebih dari 1000 hadis.
Mereka berjumlah 7 orang, yaitu :
a.  Abu Hurairah ra, nama aslinya adalah Abdurrahman ibn Shakhruddausi al-Yamani (19 SH-59 H). meriwayatkan hadis sebanyak 5.374 (325 hadis muttafaq alaihi, 93 hadis riwayat Bukhari, dan 189 hadis riwayat Muslim).
b.  Abdullah ibn Umar ibn Khattab ra (10 SH-73 H). meriwayatkan hadis sebanyak 2.630 hadis (170 hadis muttafaq alaihi, 80 hadis riwayat Bukhari, dan 31 hadis riwayat Muslim)
c.   Anas ibn Malik ra (10 SH-93 H). meriwayatkan hadis sebanyak 2.286 hadis (168 hadis muttafaq alaihi, 8 hadis riwayat Bukhari, dan 70 hadis riwayat Muslim)
d.  ‘Aisyah binti Abu Bakar ra (9 SH-58 H). meriwayatkan hadis sebanyak 2.210 hadis (174 hadis muttafaq alaihi, 64 hadis riwayat Bukhari, dan 68 hadis riwayat Muslim)
e.  Abdullah ibn Abbas ibn Abdul Muthalib ra (3 SH-68 H). meriwayatkan hadis sebanyak 1.660 hadis (95 hadis muttafaq alaihi, 28 hadis riwayat Bukhari, dan 49 hadis riwayat Muslim)
f.    Jabir ibn Abdullah al-Anshari ra (6 SH-78 H). meriwayatkan hadis sebanyak 1.540 hadis (60 hadis muttafaq alaihi, 16 hadis riwayat Bukhari, dan 126 hadis riwayat Muslim)
g.  Sa’d ibn Malik ibn Sannan al-Ansharialias Abu Sa’id al-Khudri (12 SH-74 H). meriwayatkan hadis sebanyak 1.170 hadis (46 hadis muttafaq alaihi, 16 hadis riwayat Bukhari, dan 52 hadis riwayat Muslim).
C.      ISTILAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPAKARAN DAN JUMLAH HADIS YANG DIRIWAYATKAN
1.      Thalib al-Hadis
Yaitu seseorang yang sedang mencari atau mempelajari hadis.
2.      Al-Musnid
Yaitu orang yang meriwayatkan hadis dengan menyebutkan sanadnya, baik mengetahui maupun tidak keadaan sanad tersebut.
3.      Al-Muhaddis
Yaitu gelar yang diberikan kepada orang yang telah mahir dalam bidang hadis, baik riwayah maupun dirayah.
Mereka antara lain; ‘Atha ibn Abi Rabah (w. 105 H), Bakar ibn Muzar ibn Muhammad ibn Hakim (w. 188 H), Husayn ibn Basyir ibn Abi Hazim Qasim ibn Dunar (w. 188 H), Ibn Jarir ibn Yasir ibn Kasir alias Abu Ya’la al-Thabari (w. 305 H), dan Muhammad al-Murtadha al-Zabidi.
4.      Al-Hafiz
Yaitu gelar ulama hadis yang kepakarannya berada diatas Al-Muhaddis (mampu menghafal sejumlah 100.000 hadis lengkap sanad dan matan, sifat-sifat perawi dari segi jarh maupun ta’dil).
Mereka antara lain; Al-Hafiz Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn ‘Ubaidillah ibn Abdullah ibn Syihab al-Zuhri (w. 136 H), Al-Hafiz ibn Khaitsan alias Zubair ibn Harb al-Nasa’iy (w. 334 H), Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban (w. 354 H), Al-Hafiz Abu al-Fadhl alias Syihabuddin Ahmad ibn Ali ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Hajar Al-Asqalani (w. 852 H), dan Al-Hafiz Jalaluddin al-Suyuthi (w. 911 H)
5.      Al-Hujjah
Yaitu gelar kepakaran dalam bidang hadis yang lebih tinggi dari Al-Hafiz (mampu menghafal 300.000 hadis lengkap dengan sanad dan matannya).
Mereka antara lain; Hisyam ibn Urwah ibn Zubair ibn Awwam (w. 164 H), Hisyam ibn Zakwan al-Bashri (w. 140 H), Basyar ibn Al-Mufadhdhil ibn Lahiq (Guru Imam Ahmad ibn Hanbal w. 183 H), Muhammad ibn Abdullah ibn Amr (w. 242 H), dan Muhammad ibn Salamah al-Bazzar (w. 286 H).
6.      Al-Hakim
Yaitu gelar kepakaran di bidang hadis yang lebih tinggi dari Al-Hujjah (mampu menghafal lebih dari 300.000 hadis lengkap sanad dan matannya).
Mereka antara lain; Sufyan al-Tsauri (w. 161 H), Al-Laits ibn Sa’d (w. 175 H), Malik ibn Anas (w. 179 H), Muhammad ibn Idris al-Syafi’iy (w. 204 H), dan Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H).
7.      Amir al-Mukminin fi al-Hadis
Yaitu gelar tertinggi dalam kepakaran ulama hadis.
Mereka antara lain; Abdurrahman ibn Abdillah ibn Zakwan al-Madani (Abu Zinad  w. 131 H), Sufyan al-Tsauri (w. 161 H), Malik bin Anas (w. 179 H), Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H), dan Imam Al-Bukhari (w. 256 H).
D.     ISTILAH YANG BERHUBUNGAN DEGAN SUMBER PENGUTIPAN
1.      Akhrajahu al-Sab’ah
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh tujuh perawi hadis, yaitu; Imam Ahmad ibn Hanbal, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Al-Nasa’iy, dan Imam Ibnu Majah.

2.      Akhrajahu al-Sittah
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh enam perawi hadis, yaitu; Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Al-nasa’iy, dan Imam Ibnu Majah.
3.      Akhrajahu al-Khamsah / Akhrajahu al-Arba’ah wa Ahmad
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh lima perawi hadis, yaitu; Imam Ahmad ibn Hanbal, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Al-nasa’iy, dan Imam Ibnu Majah.
4.      Akhrajahu al-Arba’ah / Akhrajahu Ashab al-Sunan
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh empat perawi hadis, yaitu; Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Al-Nasa’iy, dan Imam Ibnu Majah.
5.      Akhrajahu al-Salasah
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh tiga perawi hadis, yaitu; Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, dan Imam Al-Nasa’iy.
6.      Muttafaq ‘Alaihi
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dengan ketentuan bahwa sanad terakhirnya (tingkat sahabat) bertemu.
7.      Akhrajahu al-Bukhari wa Muslim / Akhrajahu al-Syaikhani / Rawahu al-Bukhari wa Muslim / Rawahu al-Syaikhani
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan ketentuan bahwa sanad terakhirnya (tingkat sahabat) tidak bertemu.
8.      Akhrajahu al-Jama’ah
Yaitu hadis tersebut diriwayatkan oleh Jama’ah Ahli Hadis.

-      Al-Rawi (Periwayat) adalah orang yang melakukan periwayatan hadis atau orang yang menyampaikan hadis kepada orang lain.
-      Al-Marwi adalah sesuatu yang diriwayatkan.
-      Sanad (Isnad) adalah susunan rangkaian para periwayat hadis.
-      Matan adalah kalimat yang disebutkan setelah sanad (materi hadis).
-      Al-Tahammul wa al-‘Ada adalah kegiatan yang berkenaan dengan seluk beluk penerimaan dan penyampaian hadis.
-      Musnad adalah hadis yang diriwayatkan secara lengkap (sanad dan matan).
-      Hadis Marfu’ adalah hadis yang bersambung dan disandarkan kepada Nabi saw.
-      Hadis Mawquf adalah hadis yang disandarkan hanya sampai kepada sahabat Nabi saw.
-      Hadis Maqthu’ adalah hadis yang disandarkan hanya sampai kepada tabi’in.

Macam-macam Cara Penerimaan (al-Tahammul) dan Periwayatan (al-‘Ada) Hadis :
a.  al-Sama’ yaitu penerimaan (tahammul) hadis dengan cara mendengar langsung lafal hadis dari guru (syaikh)-nya.
Menggunakan lafal periwayatan (‘ada)سمعتحدثنـاحدثنيأخبرناقال لنا , ذكـرلنا
b.  al-Qira’ah (‘Ardh) yaitu periwayat menghadapkan riwayat hadis kepada gurunya dengan cara periwayat itu sendiri yang membacanya atau orang lain yang membacakannya dan ia mendengarkan.
Menggunakan lafal periwayatan (‘ada)قرأت على فلانقرأت على فلان وأنا أسمع فأقر به
c.   Al-Ijazah yaitu seorang guru memberikan izin kepada seseorang untuk meriwayatkan hadis yang ada padanya baik secara lisan maupun tertulis.
Menggunakan lafal periwayatan (‘ada) :
d.  Al-Munawalah yaitu pemberian kitab hadis oleh guru hadis kepada muridnya sambil berkata : “Ini hadis yang telah saya riwayatkan.”


Menggunakan lafal periwayatan (‘ada) :
e.  Al-Mukatabah yaitu seorang guru hadis menuliskan hadis yang diriwayatkannya untuk diberikan kepada orang tertentu.
Menggunakan lafal periwayatan (‘ada) :
f.    Al-I’lam yaitu seorang guru hadis memberitahukan kepada muridnya hadis atau kitab hadis yang telah diterimanya dari periwayatnya, tanpa adanya pernyataan agar muridnya meriwayatkannya kepada orang lain.
Menggunakan lafal periwayatan (‘ada) :
g.  Al-Washiyyah yaitu seorang periwayat hadis mewasiatkan kitab hadis yang diriwayatkannya kepada orang lain.
Menggunakan lafal periwayatan (‘ada) :
h.  Al-Wijadah yaitu seseorang dengan tidak melalui cara al-sama’ atau ijazah, mendapatkan hadis yang ditulis oleh periwayatnya.
Menggunakan lafal periwayatan (‘ada) :


SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar diantara A, B, C, D, atau E !
1.      Orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi saw dalam keadaan Islam, namun tidak sempat bertemu Nabi saw disebut ……………………………………….


A.      Sahabat
B.      Al-Mukhadaramun
C.      Tabi’in
D.     Al-Mutaqaddimun
E.      Al-Muta’akhirun


2.      Orang yang bertemu dengan Nabi saw, beriman dengan beliau dan mati dalam keadaan Islam disebut …………..


A.      Sahabat
B.      Al-Mukhadaramun
C.      Tabi’in
D.     Al-Mutaqaddimun
E.      Al-Muta’akhirun


3.      Orang yang bertemu satu atau lebih orang sahabat disebut …………………..


A.      Sahabat
B.      Al-Mukhadaramun
C.      Tabi’in
D.     Al-Mutaqaddimun
E.      Al-Muta’akhirun


4.      Ulama hadis yang hidup pada abad kedua dan ketiga Hijriah yang telah menghimpun hadis dalam kitab-kitabnya disebut ……………………………………


A.      Sahabat
B.      Tabi’in
C.      Al-Mukhadramun
D.     Al-Mutaqaddimun
E.      Al-Muta’akhirun


5.      Ulama hadis yang hidup pada abad keempat Hijriyah dan seterusnya disebut ……………………………..


A.      Sahabat
B.      Tabi’in
C.      Al-Mukhadramun
D.     Al-Mutaqaddimun
E.      Al-Muta’akhirun


6.      Gelar yang diberikan kepada para sahabat yang banyak meriwayatkan hadis yang jumlahnya lebih dari 1000 hadis adalah …………………......



A.      Sahabat
B.      Al-Mukhadramun
C.      Al-Mutaqaddimun
D.     Al-Muta’akhirun
E.      Al-Muktsiruna fi al-Hadis


7.      Berikut ini adalah para sahabat yang memperoleh gelar Al-Muktsiruna fi al-Hadis, kecuali ………………


A.      Abu Hurairah ra
B.      Abu Bakar al-Shiddiq ra
C.      Abdullah ibn Umar ra
D.     ‘Aisyah ra
E.      Anas ibn Malik ra


8.      Seseorang yang sedang mencari atau mempelajari hadis disebut …………………………..


A.      Al-Hujjah
B.      Thalib al-Hadis
C.      Al-Hakim
D.     Al-Musnid
E.      Al-Muhaddis


9.      Orang yang meriwayatkan hadis dengan menyebutkan sanadnya, baik mengetahui maupun tidak keadaan sanad tersebut disebut ……………………………..


A.      Al-Hujjah
B.      Al-Hakim
C.      Al-Musnid
D.     Al-Muhaddis
E.      Thalib al-Hadis


10.  Gelar yang diberikan kepada orang yang telah mahir dalam bidang hadis, baik riwayah maupun dirayah adalah ……………………………….


A.      Al-Hujjah
B.      Al-Hakim
C.      Al-Musnid
D.     Al-Muhaddis
E.      Amirul Mu’minin fi al-Hadis


11.  Gelar ulama hadis yang mampu menghafal sejumlah 100.000 hadis lengkap dengan sanad dan matan, sifat-sifat perawi dari segi jarh maupun ta’dilnya adalah …………………….


A.      Al-Hafiz
B.      Al-Hujjah
C.      Al-Hakim
D.     Al-Muhaddis
E.      Amirul Mu’minin fi al-Hadis


12.  Gelar kepakaran dalam bidang hadis yang mampu menghafal 300.000 hadis lengkap dengan sanad dan matannya adalah ………………………………….


A.      Al-Hafiz
B.      Al-Hujjah
C.      Al-Hakim
D.     Al-Muhaddis
E.      Amirul Mu’minin fi al-Hadis


13.  Seseorang yang mampu menghafal lebih dari 300.000 hadis lengkap dengan sanad dan matannya disebut ………………………………..


A.      Al-Hafiz
B.      Al-Hujjah
C.      Al-Hakim
D.     Al-Muhaddis
E.      Amirul Mu’minin fi al-Hadis


14.  Gelar tertinggi dalam kepakaran ulama hadis adalah …………………………….


A.      Al-Hafiz
B.      Al-Hujjah
C.      Al-Hakim
D.     Al-Muhaddis
E.      Amirul mu’minin fi al-Hadis


15.  Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Al-Nasa’iy, dan Imam Ibnu Majah disebut …………………………….




A.      Akhrajahu al-Syaikhani
B.      Akhrajahu al-‘Arba’ah
C.      Akhrajahu al-Khamsah
D.     Akhrajahu al-Sittah
E.      Akhrajahu al-Sab’ah


16.  Hadis yang ditakhrij oleh tujuh orang perawi hadis disebut …………………………………….


A.      Akhrajahu al-Syaikhani
B.      Akhrajahu al-‘Arba’ah
C.      Akhrajahu al-Khamsah
D.     Akhrajahu al-Sittah
E.      Akhrajahu al-Sab’ah


17.  Hadis yang ditakhrij oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Al-Tirmizi, al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah disebut ………..


A.      Akhrajahu al-Syaikhani
B.      Akhrajahu al-‘Arba’ah
C.      Akhrajahu al-Khamsah
D.     Akhrajahu al-Sittah
E.      Akhrajahu al-Sab’ah


18.  Jika suatu hadis diriwayatkan oleh enam orang perawi hadis, maka dalam istilah periwayatannya disebut ………………………………


A.      Akhrajahu al-Syaikhani
B.      Akhrajahu al-‘Arba’ah
C.      Akhrajahu al-Khamsah
D.     Akhrajahu al-Sittah
E.      Akhrajahu al-Sab’ah


19.  Jika suatu hadis ditakhrij oleh lima orang orang perawi hadis, maka dalam istilah periwayatannya disebut …………………………..


A.      Akhrajahu al-Syaikhani
B.      Akhrajahu al-‘Arba’ah
C.      Akhrajahu al-Khamsah
D.     Akhrajahu al-Sittah
E.      Akhrajahu al-Sab’ah


20.  Jika suatu hadis diriwayatkan oleh empat orang perawi hadis, maka dalam istilah periwayatannya disebut ………………………………..


A.      Akhrajahu al-Syaikhani
B.      Akhrajahu al-‘Arba’ah
C.      Akhrajahu al-Khamsah
D.     Akhrajahu al-Sittah
E.      Akhrajahu al-Sab’ah


21.  Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi, dalam istilah periwayatannya disebut ……………………


A.      Akhrajahu al-Syaikhani
B.      Akhrajahu al-Tsalasah
C.      Akhrajahu al-‘Arba’ah
D.     Akhrajahu al-Khamsah
E.      Akhrajahu al-Sittah


22.  Hadis yang diriwayatkan oleh Bukari dan Muslim yang sanad terakhirnya yakni pada tingkat sahabat bertemu disebut ………………………………..


A.      Akhrajahu Bukhari wa Muslim
B.      Akhrajahu al-Syaikhani
C.      Rawahu al-Syaikhani
D.     Rawahu Bukhari wa Muslim
E.      Muttafaqun ‘Alaihi


23.  Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang sanad terakhirnya yakni pada tingkat sahabat tidak bertemu, disebut ………………………………..


A.      Akhrajahu al-Salasah
B.      Akhrajahu al-‘Arba’ah
C.      Rawahu al-Khamsah
D.     Rawahu al-Syaikhani
E.      Muttafaqun ‘Alaihi


24.  Akhrajahu al-Tsalasah adalah jika suatu hadis ditakhrij oleh ……………………..




A.      Bukhari, Muslim, dan Ahmad
B.      Bukhari, Muslim, dan Al-Tirmizi
C.      Bukhari, Muslim, dan Al-Nasa’iy
D.     Abu Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasa’iy
E.      Abu Dawud, Al-Tirmizi, dan Ibnu Majah


25.  Akhrajahu al-‘Arba’ah adalah jika suatu hadis ditakhrij oleh …………………….
A.      Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah
B.      Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud
C.      Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
D.     Ahmad, Abu Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasa’iy
E.      Muslim, Abu Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasa’iy
26.  Akhrajahu ashab al-Sunan adalah jika suatu hadis ditakhrij oleh ……………………
A.      Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad
B.      Muslim, Abud Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasa’iy
C.      Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
D.     Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, Ibnu Majah, dan Ahmad
E.      Bukhari, Muslim, Al-Tirmizi, dan Al-Nasa’iy
27.  Akhrajahu al-Khamsah adalah jika suatu hadis diriwayatkan oleh …………………….
A.      Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Al-Nasa’iy, dan Ahmad
B.      Muslim, Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
C.      Ahmad, Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
D.     Muslim, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, Ibnu Majah, dan Ahmad
E.      Bukhari, Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
28.  Akhrajahu al-Sittah adalah jika suatu hadis diriwayatkan oleh ………………………….
A.      Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ahmad
B.      Bukhari, Muslim, Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
C.      Bukhari, Ahmad, Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
D.     Muslim, Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, Ibnu Majah, dan Ahmad
E.      Bukhari, Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, Ibnu Majah, dan Al-Daruquthni
29.  Orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi saw dalam keadaan Islam, namun tidak sempat bertemu Nabi saw disebut ………………………………..
A.      Sahabat
B.      Al-Mutaqaddimun
C.      Tabi’in Besar
D.     Al-Muta’akhirun
E.      Tabi’in Kecil
30.  Berikut ini adalah termasuk kelompok Tabi’in Besar, kecuali …………………….
A.      Abu ‘Amr al-Syaibani
B.      Sa’id ibn Al-Musayyab
C.      Suwaid ibn Ghaflah al-Kindi
D.     ‘Amr ibn Maimun al-Awadi
E.      Abdul Khair ibn Yazid al-Khaiwani






BAB VI
BERBAGAI MACAM TINJAUAN HADIS

A.     HADIS DITINJAU DARI KUANTITAS PERAWI
1.      Hadis Mutawatir
Menurut bahasa berarti “al-tatabu’” yakni berturut-turut.
Menurut istilah berarti :
ما رواه عدد كثير تحيـل العادة تـواطؤهـم على الكـذب
“Hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut kebiasaan bahwa mereka bersepakat untuk berdusta.”
Kriteria Hadis Mutawatir :
a.  Jumlah perawinya banyak.
b.  Jumlah perawi pada setiap tingkatan tidak kurang dari batas minimal.
c.   Mereka mustahil berdusta
d.  Sandaran riwayatnya adalah pancaindera.
Macam-macam Hadis Mutawatir :
a.      Mutawatir Lafzi
Yaitu hadis yang mutawatir lafaz dan maknanya “  ما تواتر لفظه ومعناه
Contoh;
من كذب علي متعمـدا فـليتبـوأ مقعـده من النـار (رواه بضعة وسبعون صحابيا)
b.      Mutawatir Maknawi
Yaitu hadis yang mutawatir maknanya saja, tidak pada lafaznya. “ ما تواتر معنـاه دون لفظـه
Contohnya;
Hadis tentang mengusap sepatu (al-Mashu ‘ala al-Khuffaini) yang diriwayatkan secara bervariasi oleh sekitar 70 orang.
Status dan hukum Hadis Mutawatir adalah “qath’iyyul wurud” yaitu pasti kebenarannya, karena itu wajib diamalkan, dan menolaknya dihukumkan kafir.
2.      Hadis Ahad
Yaitu hadis yang tidak memenuhi syarat hadis mutawatir atau hadis yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih perawi dan tidak memenuhi syarat-syarat hadis mutawatir.
Macam-macam Hadis Ahad :
a.  Hadis Masyhur, yaitu;
مارواه ثلاثة فـأكـثر – في كل طبقة – ما لم يبـلغ حـد التـواتـر
“Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih pada setiap tingkatan sanad, tetapi tidak sampai pada derajat mutawatir.”
Contoh;
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قنت بعد الركوع يدعو على رعل وذكـوان (رواه البخارى ومسلم)
b.  Hadis Aziz, yaitu;
أن لا يقـل رواته عن اثنـين فى جمـيع طبقـات السنـد
“Hadis yang diriwayatkan tidak kurang dari dua orang pada setiap tingkatan sanadnya.”
Contoh;
ما رواه البخاري عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لا يـؤمن أحـدكم حـتى أكـون أحـب إليه من والـده و ولـده


c.   Hadis Gharib, yaitu :
ما ينفـرد بـروايتـه راو واحــد
“Hadis yang diriwayatkan minimal seorang perawi pada setiap tingkatannya.”
Contoh;
إنمـا الأعمـال بالنيـــات (أخرجه الشيحـان)
B.      HADIS DITINJAU DARI KUALITAS SANAD DAN MATAN
1.      Hadis Shahih, yaitu;
ما اتصل سنـده بنقـل العـدل الضابط عن مثـله إلى منتهـاه من غير شـذوذ ولا عـلة
“Hadis yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, dhabith, diterima dari perawi yang sama (kualitas) dengannya sampai pada akhir sanad, tidak syadz dan tidak ber’illat.”
Kriteria Hadis Shahih :
a.      Bersambung sanadnya
b.      Perawinya adil
c.       Perawinya dhabith
d.      Matan hadis tidak syadz
e.      Matan hadis tidak ber’illat
Contohnya;
ما أخرجه البخاري فى صحيحه قال : حدثنا عبد الله ابن يوسف قال : أخبرنا مالك عن ابن شهـاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قـرأ فى المغــرب بـالـطـور
Macam-macam Hadis Shahih :
a.      Shahih Lidzatihi, maknanya sama dengan hadis shahih.
b.      Shahih Lighairihi, yaitu;
الحسن لذاته إذا روي من طريق أخر مثله أو أقـوى منـه
“Hadis Hasan Lidzatihi yang diriwayatkan melalui jalan lain oleh perawi yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat daripadanya.”

حديث محمد بن عمرو عن أبي سلمة عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لـو لا أن أشـق على أمتـي لأمـرتـهم بـالسـواك عنـد كل صـلاة (رواه الترميذي)
Hadis diatas diriwayatkan juga oleh Bukhari dan Muslim melalui jalan Abu Zanad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah..
Menerima dan mengamalkan Hadis Shahih hukumnya wajib.
Kitab-kitab yang memuat Hadis Shahih, antara lain :
a.      Al-Jami’ al-Shahih / Shahih al-Bukhari karya Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah al-Bukhari (194-256 H).
b.      Shahih Muslim karya Abu Al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi (204-261 H)
c.       Sunan Abu Dawud karya Sulaiman ibn al-‘Asy’ats ibn Ishaq al-Azadi al-Sijistani (202-275 H)
d.      Sunan (Al-Jami’) Al-Tirmizi karya Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah Al-Tirmizi (209-279 H)
e.      Sunan Al-Nasa’iy karya Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali Al-Khurasani Al-Nasa’iy (215-303 H)
f.        Sunan Ibnu Majah karya Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwini (209-273 H).
2.      Hadis Hasan
Yaitu :
ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهـاه من غير شذوذ ولا علة


“Hadis yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi yang adil, kurang ke-dhabith-annya, dari perawi yang sama kualitas dengannya sampai ke akhir sanad, tidak syaz dan tidak beri’illat.”
Kriteria Hadis Hasan :
a.      Sanadnya bersambung.
b.      Perawinya adil.
c.       Perawinya kurang Dhabith.
d.      Tidak Syadz.
e.      Tidak ber’illat.
Macam-macam Hadis Hasan :
a.      Hasan Lidzatihi, maknanya sama dengan Hadis Hasan.
b.      Hasan Lighairihi, yaitu :
الضعيف إذا تعـددت طرقه ولم يكن سبب ضعفه فسق الـراوي أو كـذبه
“Hadis dha’if yang diriwayatkan lebih dari satu jalan, dan sebab ke-dha’ifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta.”
Jumhur ulama sepakat bahwa Hadis Hasan dapat dijadikan sebagai hujjah hukum.
Kitab-kita yang memuat Hadis Hasan :
a.      Jami’ al-Tirmizi / Sunan al-Tirmizi karya Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah Al-Tirmizi (209-279 H)
b.      Sunan Abu Dawud karya Sulaiman ibn al-‘Asy’ats ibn Ishaq al-Azadi al-Sijistani (202-275 H)
c.       Sunan Al-Daru Quthni karya Abu Al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad Al-Daru Quthni (306-385 H / 919-995 M)
3.      Hadis Dha’if
Yaitu :
هـو كل حـديث لم تجتمـع فيـه صفـات القبــول
“Hadis Dha’if adalah setiap hadis yang tidak memenuhi keseluruhan sifat qabul.”
هو كل حديث لم تجتمع فيه صفات الحديث الصحيح ولا صفات الحديث الحسـن
“Hadis Dha’if adalah hadis yang tidak memenuhi sifat shahih dan hasan.”
Hadis Dha’if hukumnya mardud (tertolak) karena tidak memenuhi syarat-syarat qabul.
Macam-macam Hadis Dha’if :
a.      Hadis Dha’if ditinjau dari segi pengguguran / terputusnya sanad :
1)      Hadis Mu’allaq, yaitu;
ما حـذف من مبـدإ إسنـاده راو فـأكــثر على التــوالي
“Hadis yang dihapus dari awal sanadnya seorang perawi atau lebih secara berturut-turut.”
2)      Hadis Mursal, yaitu :
ما سقـط من آخــر إسنـــاده من بعـــد التـابعي
“Hadis yang gugur dari akhir sanadnya seorang perawi sesudah Tabi’iy.”
3)      Hadis Mu’dhal, yaitu :
ما سقـط من إسنــاده إثنـان فـأكـــثر على التـــوالي
“Hadis yang gugur dari sanadnya dua orang perawi atau lebih secara berturut-turut.”
4)      Hadis Munqathi’, yaitu :
ما لم يتـصل إسنــاده على أي وجــه كان انقـــطاعـه
“Hadis yang tidak bersambung sanadnya, dan keterputusan sanad tersebut bisa terjadi dimana saja.”
5)      Hadis Mudallas, yaitu :
إخــفـاء عيــب في الإسنـــاد ومحســــين لــــظاهـره

“Hadis yang kecacatannya disembunyikan dalam sanad, dan menampakkan pada lahirnya seperti baik.”
Macam-macam Mudallas :
a)      Tadlis al-Isnad, yaitu ;
أن يروي الراوي عمن قد سمع منه ما لم يسمـع منه من غـير أن يـذكر أنــه سمع منــه
“Seorang perawi meriwayatkan hadis dari orang yang pernah ia riwayatkan hadisnya, tetapi hadis yang sedang diriwayatkannya tersebut tidak didengarnya dari orang itu dan tidak tegas menyatakan bahwa ia mendengarnya.”
b)      tadlis al-Syuyukh, yaitu ;
أن يـروي الراوي عن شيـخ حديثا سمعـه منه فيسمـيه أو يكنيـه أو ينسـبه أو يصفـه بما لا يعـرفه به كي لا يعــرف
“Seorang perawi meriwayatkan hadis dari gurunya yang didengarnya langsung, kemudian ia menyebut nama, gelar, nasab atau sifat gurunya yang tidak dikenal, agar orang lain tidak mengenalnya.”
b.      Hadis Dha’if ditinjau dari segi cacat keadilan perawi hadis :
1)      Hadis Matruk, yaitu :
هـو الحــديث الـذي في إسـناده راو متـــهم بالــــــكذب
“Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang tertuduh dusta.”
2)      Hadis Majhul, yaitu :
هـو من لـم تـعـرف عـينـه أو صفـتـه
“Hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang tidak dikenal jati diri dan identitasnya.”
(a)   Majhul al-‘Ain, yaitu :
هـو من سمـي ولــكن لم يــرو عـنه إلا راو  واحـد
“Seorang perawi disebutkan dalam sanad tetapi tidak ada yang mengambil periwayatannya selain satu orang perawi.”
(b)   Majhul al-Hal, yaitu :
هـو من روي عنه اثنـان فـأكثر لكن لم يـوثـق أو من لم ينـقـل فيه جـرح ولا تـعديـل
“Periwayatan seseorang yang diambil dari dua orang atau lebih, tetapi tidak ada yang tsiqah. Atau tidak ada yang menukil tentang jarh (cacat) dan ta’dilnya (menilai adil).”
3)      Hadis Mubham, yaitu :
هـو الـراوي الـذي لـم يســـم في الســنـد أو المــــتن
“Hadis yang diriwayatkan seorang perawi yang tidak disebutkan namanya baik dalam sanad maupun dalam matan.”
c.       Hadis Dha’if ditinjau dari segi cacat ke-dhabitan perawi hadis :
1)      Hadis Munkar, yaitu :
الحـديث الذي في إسنـاده راو  فحـش غـلظه أو كثرت غـفـلته أو ظـهر فسـقه
“Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang sering berbuat kekeliruan, kelalaian, kefasikan secara nyata.”
مـا رواه الضعيــف مخـالـفـا لمـا رواه الثـقـة
“Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang dha’if, dimana riwayat hadisnya berlawanan dengan yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqat.”
2)      Hadis Mu’allal, yaitu :
هـو الحـديث الذي اطـلع فـيه غلى عـلة تقــدح في صحــته مع أن الــظاهـر السـلامة مـنها



“Hadis yang jika diteliti secara cermat terdapat ‘illat yang merusak ke-shahihaan hadis, meskipun secara zahir tidak terlihat ke-cacatannya.”
3)  Hadis Mudraj, yaitu :
a)      Mudraj al-Isnad, yaitu;
مـا غير ســـياق إســــناده
“Hadis yang bukan penuturan sanadnya.”
b)      Mudraj al-Matan, yaitu;
مـا أدخـل في متنـه مـا ليـــس منـه بـلا فصــل
“Sesuatu yang dimasukkan ke dalam matan suatu hadis yang bukan bagian dari matan hadis tersebut, tanpa ada pemisahan diantara keduanya.”
إدخال شيئ من كلام بعض الـرواة في متن الحـديث فيتـوهـم أنـه من كلام رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Memasukkan sesuatu dari perkataan para perawi hadis ke dalam matan hadis, sehingga diduga perkataan tersebut merupakan bagian dari sabda Rasulallah saw.”
4)      Hadis Maqlub, yaitu :
هـو الحـديث الـذي دخــل القـــلب في سنـــده أو مـتـنـه
“Hadis yang terbalik (redaksinya) baik pada sanad maupun pada matan.”
a)  Maqlub Sanad, yaitu terbalik yang terjadi pada sanad hadis.
Contoh;
-      Menjadikan nama perawi menjadi nama ayahnya atau sebaliknya (Murrah ibn Ka’ab, yang benar adalah Ka’ab ibn Murrah)
-       Mengganti nama seorang perawi dengan perawi lain yang berada pada tingkatan yang sama.
b)  Maqlub Matan, yaitu terbalik yang terjadi pada matan hadis.
Contoh;
ورجل تصدق بصدقة فـأخـفاها حتى لا تعلم يمينه ما تنفـق شمـاله (حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه)
5)      Hadis Mudhtharib (sanad – matan), yaitu :
مـا روي على أو جـه مخـتـلفـة متسـاويـة فيالـقـوة
“Hadis yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang berlawanan dan masing-masingnya sama kuat.”
الذي تختـلف الرواية فيه فـيرويه بعضـهم على وجـه وبعضـهم على وجه أخر مخالف له و إنما نسمـيه مضطربا إذا تسـاوت الروايتـان
“Hadis yang terjadi perselisihan riwayat tentang hadis tersebut, sebagian perawi meriwayatkannay menurut satu cara dan yang lainnya menurut cara yang lain yang bertentangan dengan cara yang pertama, sementara kedua cara tersebut sama-sama kuat.”
6)      Hadis Mushahhaf (sanad – matan), yaitu :
تغـيير الكلمـة في الحـديث إلى غير ما رواهـا الثـقـات لـفـظا أو معـنى
“Mengubah kalimat yang terdapat pada suatu hadis menjadi kalimat yang tidak diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat, baik secara lafaz maupun makna.”
تغـيير حـرف أو حـروف بتغـيير النـقـط مع بقــاء صـورة الخـــط
“Perubahan satu huruf atau beberapa huruf dengan perubahan titik, sementara bentuk  tulisannya tetap.”
7)      Hadis Syadz, yaitu :
مـا رواه المقـبـول مخـالفـا لمـن هـو أولى منـه

“Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, tetapi bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih tsiqat atau lebih baik daripadanya.”
C.      HADIS DITINJAU DARI SUMBER BERITA / TEMPAT PENYANDARANNYA
1.      Hadis Qudsi
هـو مـا نقـل إلينـا عن النـبي صلى الله عليه وسلم مـع إســناده إيـاه إلى ربــه عـز وجـل
“Hadis yang diriwayatkan kepada kita dari Nabi saw yang disandarkan oleh beliau kepada Allah swt.”
2.      Hadis Marfu’
مـا أضـيف إلى النـبي صلى الله عليه وسلم من قـول أو فعـل أو تـقـرير أو صـفة
“Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw dalam bentuk perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.”
3.      Hadis Mawquf
هـو مـا رواه عن الصحـابي من قـول لـه أو فعـل أو تـقرير  متـصلا كان أو منـقطـعـا
Segala yang diriwayatkan dari Sahabat dalam bentuk perkataan beliau, perbuatan atau taqrir, baik sanadnya bersambung atau terputus.”
4.      Hadis Maqthu’
مـا أضيـف إلى التـابعـي أو من دونـه من قــول أو فعـــل
“Sesuatu yang disandarkan kepada Tabi’iy atau generasi yang datang sesudahnya berupa perkataan atau perbuatan.”
D.     HADIS DITINJAU DARI PERSAMBUNGAN SANAD
1.      Hadis Muttashil / Maushul
مـا اتصـل سـنـده إلى غـليتـه سـواء أ كان مـرفـوعا إلى الـرسـول صلى الله عليه وسلم أم مـوقـوفـا
“Suatu hadis yang sanadnya bersambung sampai akhir, baik marfu’ disandarkan kepada Nabi saw maupun mawquf (disandarkan kepada seorang sahabat).”
2.      Hadis Musnad
مـا اتصـل سنــده مـرفـوعـا إلى النـبي صلى الله عليه وسـلم
“Suatu hadis yang sanadnya bersambung dan marfu’ disandarkan kepada Nabi saw.”
E.      HADIS DITINJAU DARI SIFAT SANAD DAN CARA PENYAMPAIAN PERIWAYATAN
1.      Hadis Mu’an’an
مـا يـقـال فى سنـده فلان عن فلان من غـير بيـان للـفظ التحــديث أو الإخبــار أو السمـــاع
“Hadis yang disebutkan dalam sanadnya (عن  ) diriwayatkan oleh si Fulan dari si Fulan, dengan tidak menyebutkan perkataan memberitakan, mengabarkan, atau mendengar.”
2.      Hadis Muannan
مـا يقـال فى سـنـجه : حـدثنـا فـلان أن فــلانـا حـــدثـه بكـــذا
“Hadis yang dikatakan dalam sanadnya memberitakan kepada kami bahwasanya si Fulan memberitakan kepadanya begini.”
3.      Hadis Musalsal
تتـابع رجـال إسـناده على صفـة  أو حالة للــرواة  تـارة وللـرواية تـارة أخــرى
“Keikutsertaan para perawi hadis dalam sanad secara berturut-turut pada satu sifat atau pada satu keadaan, terkadang bagi para perawi dan terkadang bagi periwayatan.”




4.      Hadis ‘Ali dan Nazil
a. Hadis Ali, yaitu;
مـا قـل عـدد رواتـه إلي الرسـول صلى الله عليه وسـلم  بالنسـبة لســند آخــر
“Suatu hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah saw dibandingkan dengan sanad lain.”
b. Hadis Nazil, yaitu;
مـا كـثر عـدد رواتـه إلى الـرسـول صلى الله عليه وسلم بالنـسبـة لسـند آخـر
“Hadis yang banyak jumlah perawinya sampai kepada Rasulallah saw dibandingkan sanad lain.”


SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar diantara A, B, C, D, atau E !

1.      Hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut kebiasaan bahwa mereka bersepakat untuk berdusta adalah pengertian dari ……………………


A.      Hadis Ahad
B.      Hadis Shahih
C.      Hadis Hasan
D.     Hadis Dha’if
E.      Hadis Mutawatir


2.      Berikut ini adalah kriteria Hadis Mutawatir, kecuali ………………………


A.      Jumlah perawinya banyak.
B.      Jumlah perawi pada setiap tingkatan tidak kurang dari batas minimal.
C.      Mereka mustahil berdusta
D.     Sandaran riwayatnya adalah pancaindera.
E.      Perawinya Dhabit


3.      Hadis yang tidak memenuhi syarat hadis mutawatir disebut hadis …………………


A.      Ahad
B.      Maqbul
C.      Masyhur
D.     Munqathi’
E.      Mudallas


4.      Hadis yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih perawi dan tidak memenuhi syarat-syarat hadis mutawatir disebut hadis …………………………….


A.      Ahad
B.      Maqbul
C.      Masyhur
D.     Munqathi’
E.      Aziz


5.      Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih pada setiap tingkatan sanad, tetapi tidak sampai pada derajat mutawatir disebut hadis ………………………….


1.      Ahad
2.      Maqbul
3.      Masyhur
4.      Munqathi’
5.      Mu’dhal


6.      Hadis yang diriwayatkan tidak kurang dari dua orang pada setiap tingkatan sanadnya disebut hadis ….


A.      Aziz
B.      Ahad
C.      Maqbul
D.     Masyhur
E.      Gharib


7.      Hadis yang diriwayatkan minimal seorang perawi pada setiap tingkatannya disebut hadis …………………


A.      Aziz
B.      Ahad
C.      Gharib
D.     Maqbul
E.      Masyhur


8.      Hadis yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, dhabith, diterima dari perawi yang sama (kualitas) dengannya sampai pada akhir sanad, tidak syadz dan tidak ber’illat disebut hadis ……………………..


A.      Ahad
B.      Gharib
C.      Shahih
D.     Maqbul
E.      Masyhur


9.      Berikut ini adalah kriteria Hadis Shahih, kecuali ………………………………


A.      Sanadnya bersambung
B.      Perawi kurang dhabit
C.      Perawi sangat adil
D.     Tidak Syadz
E.      Tidak ber’illat


10.  Hadis Hasan Lidzatihi yang diriwayatkan melalui jalan lain oleh perawi yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat daripadanya adalah makna dari hadis ……………………..


A.      Shahih li dzatihi
B.      Shahih li ghairihi
C.      Hasan li dzatihi
D.     Hasan li ghairihi
E.      Mutawatir lafzi


11.  Hadis yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi yang adil, kurang ke-dhabith-annya, dari perawi yang sama kualitas dengannya sampai ke akhir sanad, tidak syaz dan tidak beri’illat disebut hadis ……………………


A.      Shahih
B.      Hasan
C.      Dha’if
D.     Shahih li ghairihi
E.      Hasan li ghairi


12.  Hadis dha’if yang diriwayatkan lebih dari satu jalan, dan sebab ke-dha’ifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta disebut hadis …………………………….


A.      Shahih
B.      Hasan
C.      Dha’if
D.     Hasan li ghairihi
E.      Shahih li ghairihi


13.  Hadis yang tidak memenuhi sifat shahih dan hasan disebut hadis …………………………….


A.      Shahih
B.      Dha’if
C.      Hasan
D.     Hasan li ghairihi
E.      Shahih li ghairihi


14.  Berikut ini kriteria Hadis Hasan, kecuali …………………………………


A.      Sanadnya bersambung
B.      Perawi kurang dhabit
C.      Perawi adil
D.     Tidak syadz
E.      Tidak ber’illat


15.  Hadis yang dihapus dari awal sanadnya seorang perawi atau lebih secara berturut-turut disebut ……….


A.      Mu’allaq
B.      Mursal
C.      Mu’dhal
D.     Munqathi’
E.      Mudallas


16.  Hadis yang gugur dari akhir sanadnya seorang perawi sesudah Tabi’iy disebut …………..


A.      Mu’allaq
B.      Mursal
C.      Mu’dhal
D.     Munqathi’
E.      Mudallas



17.  Hadis yang gugur dari sanadnya dua orang perawi atau lebih secara berturut-turut disebut …………….


A.      Mu’allaq
B.      Mursal
C.      Mu’dhal
D.     Munqathi’
E.      Mudallas


18.  Hadis yang tidak bersambung sanadnya, dan keterputusan sanad tersebut bisa terjadi dimana saja disebut ………………..


A.      Mu’allaq
B.      Mursal
C.      Mu’dhal
D.     Munqathi’
E.      Mudallas


19.  Hadis yang kecacatannya disembunyikan dalam sanad, dan menampakkan pada lahirnya seperti baik disebut ………………….


A.      Mu’allaq
B.      Mursal
C.      Mu’dhal
D.     Munqathi’
E.      Mudallas


20.  Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang tertuduh dusta disebut …………….


A.      Mursal
B.      Mu’dhal
C.      Matruk
D.     Majhul
E.      Mubham


21.  Hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang tidak dikenal jati diri dan identitasnya disebut ………..


A.      Mursal
B.      Mu’dhal
C.      Matruk
D.     Majhul
E.      Mubham


22.  Hadis yang diriwayatkan seorang perawi yang tidak disebutkan namanya baik dalam sanad maupun dalam matan disebut …………………….


A.      Mursal
B.      Mu’dhal
C.      Matruk
D.     Majhul
E.      Mubham


23.  Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang sering berbuat kekeliruan, kelalaian, kefasikan secara nyata disebut ……………………


A.      Majhul
B.      Mubham
C.      Munkar
D.     Mu’allal
E.      Mudraj


24.  Hadis yang jika diteliti secara cermat terdapat ‘illat yang merusak ke-shahihaan hadis, meskipun secara zahir tidak terlihat ke-cacatannya disebut ……………………


A.      Majhul
B.      Mubham
C.      Munkar
D.     Mu’allal
E.      Mudraj


25.  Sesuatu yang dimasukkan ke dalam matan suatu hadis yang bukan bagian dari matan hadis tersebut, tanpa ada pemisahan diantara keduanya disebut ……………………..


A.      Munkar
B.      Mu’allal
C.      Mudraj
D.     Maqlub
E.      Mudhtarib




26.  Hadis yang terbalik (redaksinya) baik pada sanad maupun pada matan disebut ………………….


A.      Munkar
B.      Mu’allal
C.      Mudraj
D.     Maqlub
E.      Mudhtarib


27.  Hadis yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang berlawanan dan masing-masingnya sama kuat disebut …………………………..


A.      Munkar
B.      Mu’allal
C.      Mudraj
D.     Maqlub
E.      Mudhtarib


28.  Mengubah kalimat yang terdapat pada suatu hadis menjadi kalimat yang tidak diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat, baik secara lafaz maupun makna disebut hadis ……………………..


A.      Mu’allal
B.      Mudraj
C.      Maqlub
D.     Mudhtarib
E.      Musahhaf


29.  Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, tetapi bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih tsiqat atau lebih baik daripadanya disebut hadis ……………….


A.      Mudraj
B.      Maqlub
C.      Mudhtarib
D.     Musahhaf
E.      Syadzadz


30.  Berikut ini adalah macam-macam hadis tinjau dari keterputusan sanad, kecuali ……………………


A.      Mu’allaq
B.      Mursal
C.      Mu’dhal
D.     Mudhtarib
E.      Mudallas


31.  Segala yang diriwayatkan dari Sahabat dalam bentuk perkataan beliau, perbuatan atau taqrir, baik sanadnya bersambung atau terputus disebut hadis ………………………


A.      Mursal
B.      Mu’dhal
C.      Munqathi’
D.     Mudhtarib
E.      Mawquf


32.   Sesuatu yang disandarkan kepada Tabi’iy atau generasi yang datang sesudahnya berupa perkataan atau perbuatan disebut hadis ………………………


A.      Mu’dhal
B.      Maqthu’
C.      Munqathi’
D.     Mawquf
E.      Mudhtarib


33.  Suatu hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah saw dibandingkan dengan sanad lain disebut hadis ………………………..


A.      Ali
B.      Nazil
C.      Maqthu’
D.     Mauquf
E.      Munqathi’


34.  Hadis yang banyak jumlah perawinya sampai kepada Rasulallah saw dibandingkan sanad lain disebut ….


A.      Ali
B.      Nazil
C.      Maqthu’
D.     Mauquf
E.      Munqathi’




35.  “Al-Jami’ al-Shahih” adalah sebuah kitab hadis merupakan karya monumental dari ………………….


A.      Muslim
B.      Bukhari
C.      Al-Tirmizi
D.     Abu Dawud
E.      Ahmad ibn Hanbal


36.  Sulaiman ibn al-‘Asy’ats ibn Ishaq al-Azadi al-Sijistani (202-275 H) menulis kitab hadis yang berjudul ……


A.      Sunan Abu Dawud
B.      Sunan Al-Tirmizi
C.      Sunan Al-Nasa’iy
D.     Shahih Al-Bukhari
E.      Shahih Muslim


37.  Abu Al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi (204-261 H) adalah seorang ulama ahli hadis yang menulis kitab hadis yang berjudul ………………………………


A.      Sunan Al-Tirmizi
B.      Sunan Al-Nasa’iy
C.      Sunan Abu Dawud
D.     Shahih muslim
E.      Shahih Bukhari






















BAB VII
TAKHRIJ AL-HADIS

B.      PENGERTIAN, TUJUAN DAN MANFAAT
Takhrij al-Hadis adalah;
الـدلالة على مـوضع الحـديث فى مصادره الأصليـة التى أخرجته بسنده ثم بيـان مـراتبـه عند الحاجـة
“Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing, dan jika diperlukan dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan.”
Tujuan Takhrij al-Hadis :
-      Mengetahui sumber suatu hadis
-      Mengetahui kualitas suatu hadis apakah diterima (shahih dan hasan) atau ditolak (dha’if).
Manfaat Takhrij al-Hadis :
-      Mengenal sumber kitab hadis
-      Mengenal ulama periwayat hadis
-      Memperjelas keadaan sanad
-      Memperjelas perawi hadis yang samara
-      Dapat membedakan periwayatan bil makna dan bi riwayah
-      Memperjelas kualitas hadis
C.      KITAB-KITAB YANG DIPERLUKAN DALAM MEN-TAKHRIJ
1.  Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi karya AJ. Wensinck dan Muhammad Fuad Abdul Baqi
2.  Miftah Kunuz al-Sunnah karya AJ. Wensinck dan Muhammad Fuad Abdul Baqi
3.  Al-Isti’ab fi Ma’rifati al-Ashab karya Ibnu Abdi al-Barr al-Andalusi (w.463 H/1071 M)
4.  Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalany (w. 852 H / 1232 M)
5.  Al-Thabaqat al-Kubra karya Abu Abdillah Muhammad ibn Sa’ad Katib al-Waqidi (w. 230 H)
6.  Al-Tarikh al-Kabir karya Imam Bukhari (w. 256 H / 870 M)
7.  Al-Kamal fi Asma al-Rijal karya Abdul Ghani ibn Abdul Wahid al-Maqdisi al-Hanbali (w. 600 H)
8.  Tahdzib al-Kamal karya Abu al-Hajjaj Yusuf Yusuf ibn al-Zaki al-Mizzi (w. 742 H)
9.  Tahdzib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar Al-Asqalany
10.  Tahdzib al-Tahdzib karya Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad al-Dzahabi (w. 748 H)
11.  Khulashah Tahdzib Tahdzib al-Kamal karya Shafiyuddin Ahmad ibn Abdillah al-Khazraji al-Anshari al-Sa’idi (w. 924 H)
D.     METODE TAKHRIJ DAN KITAB PENDUKUNGNYA
1.      Takhrij melalui lafaz pertama matan hadis
a.  Al-Jami’ al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir karya Al-Suyuthi (w. 911 H)
b.  Mu’jam Jami’ al-Ushul fi Ahadis al-Rasul karya Imam al-Mubarak ibn Muhammad ibn al-Atsir al-Jaziri.
c.   Jam’u al-Jawami’ / Al-Jami’u al-Kabir karya As-Syuyuthi.
2.      takhrij melalui kata-kata dalam matan hadis
a.      Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi karya AJ. Wensinck dan Muhammad Fuad Abdul Baqi.



3.      Takhrij melalui perawi hadis pertama
a.      Athraf al-Shahihain karya Imam Abu Mas’ud Ibrahim al-Dimasyqi (w. 400 H)
b.      Athraf al-Kutub al-Sittah karya Syasuddin al-Maqdisi (w. 507 H)
4.      Takhrij berdasarkan tema hadis (iman, shalat, zakat, puasa, haji)
a.      Kanzu al-Ummah fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al karya Al-Muttaqi al-Hindi
b.      Miftah Kunuz al-Sunnah karya AJ. Wensinck dan Fuad Muhammad Abdul Baqi
c.       Nashbu al-Rayah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah karya Al-Zayla’iy
d.      Al-Dariyah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah karya Ibnu Hajar Al-Asqalany.
5.      Takhrij berdasarkan status hadis (Qudsi, Masyhur, Mursal)
a.      Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya As-Syuyuthi
b.      Al-Ittihafatu al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah karya Al-Madani
c.       Al-Marasil karya Imam Abu Dawud.
E.      LANGKAH-LANGKAH MEN-TAKHRIJ AL-HADIS
1.      Takhrij al-Hadis, yaitu menelusuri hadis yang dimaksud kepada kitab sumber hadis dengan menggunakan salah satu metode takhrij.
2.      Al-I’tibar, yaitu mengkombinasikan (menghubungkan melalui gambar/skema) antara sanad yang satu dengan sanad lainnya, sehingga terlihat jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti.
3.      Tarjamah al-Ruwat dan Naqd al-Sanad, yaitu pemaparan sejarah atau biografi perawi hadis secara lengkap disertai kritik, penilaian atau pernyataan ulama hadis (sahabat/tabi’in besar/tabi’in kecil) tentang pribadi perawi tersebut.
4.      Natijah (Hukum hadis), yaitu kesimpulan terhadap pemaparan point 1 s/d 3 diatas, sehingga harus dijelaskan status hukum sanad hadis tersebut (shahih atau dha’if).
5.      Syarhu al-Hadis (Fiqhu al-Hadis), yaitu penjelasan hukum yang terkandung dalam matan hadis yang diriwayatkan oleh para perawi hadis tersebut.


SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar diantara A, B, C, D, atau E !

1.      Mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing merupakan pengertian dari ………………………


A.      Al-I’tibar
B.      Al-Natijah
C.      Takhrij al-Hadis
D.     Syarhu al-Hadis
E.      Tarjamah al-Ruwat


2.      Penjelasan hukum yang terkandung dalam matan hadis yang diriwayatkan oleh para perawi hadis disebut ……………………
A.      Al-I’tibar
B.      Al-Natijah
C.      Takhrij al-Hadis
D.     Syarhu al-Hadis
E.      Tarjamah al-Ruwat
3.      Pemaparan sejarah atau biografi perawi hadis secara lengkap disertai kritik, penilaian atau pernyataan ulama hadis (sahabat/tabi’in besar/tabi’in kecil) tentang pribadi perawi tersebut disebut ……………



A.      Al-I’tibar
B.      Al-Natijah
C.      Takhrij al-Hadis
D.     Syarhu al-Hadis
E.      Tarjamah al-Ruwat
4.      Mengkombinasikan (menghubungkan melalui gambar/skema) antara sanad yang satu dengan sanad lainnya, sehingga terlihat jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti disebut ………………………….
A.      Al-I’tibar
B.      Al-Natijah
C.      Takhrij al-Hadis
D.     Syarhu al-Hadis
E.      Tarjamah a-Ruwat
5.      Berikut ini adalah metode-metode dalam men-Takhrij al-Hadis, kecuali …………………….
A.      Takhrij melalui kata-kata dalam matan hadis
B.      Takhrij berdasarkan status hadis
C.      Takhrij berdasarkan tema hadis
D.     Takhrij melalui lafaz pertama matan hadis
E.      Takhrij melalui perawi terakhir
6.      Kitab induk yang dibutuhkan ketika men-Takhrij al-Hadis melalui lafaz pertama matan hadis adalah ….
A.      Miftah Kunuz al-Sunnah
B.      Al-Ittihafatu al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah
C.      Al-Jami’ al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D.     Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E.      Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
7.      Kitab induk yang diperlukan ketika men-Takhrij al-Hadis melalui kata-kata dalam matan hadis adalah …
A.      Miftah Kunuz al-Sunnah
B.      Al-Ittihafatu al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah
C.      Al-Jami’ al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D.     Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E.      Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
8.      Kitab induk yang diperlukan ketika men-takhrij hadis melalui tema hadis adalah ……..
A.      Miftah Kunuz al-Sunnah
B.      Al-Ittihafatu al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah
C.      Al-Jami’ al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D.     Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E.      Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
9.      Kitab induk yang diperlukan saat men-Takhrij al-Hadis melalui status hadis adalah ……………….
A.      Miftah Kunuz al-Sunnah
B.      Al-Dariyah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah
C.      Al-Jami’ al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D.     Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E.      Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
10.  Kitab induk yang diperlukan saat men-Takhrij al-Hadis melalui perawi hadis pertama adalah ……………
A.      Athraf al-Kutub al-Sittah
B.      Al-Dariyah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah
C.      Al-Jami’ al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D.     Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E.      Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
BAB VIII
HADIS MAUDHU’
A.     PENGERTIAN
ما نسب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم اختلاقا وكـذبا مما لم يقـله أو يفعـله أو يقـره وقال بعضهم هو المختلق المصنـوع
“Hadis yang disandarkan kepada Rasulallah saw secara dibuat-buat dan dusta padahal beliau tiak mengatakan, berbuat maupun menetapkannya. Ulama lain menyatakan hadis yang diciptakan dan dibuat.”
B.      LATAR BELAKANG MUNCULNYA
Mayoritas ulama berpendapat bahwa pemalsuan hadis pertama kali muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yakni setelah terjadinya perpecahan antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Mu’awiyah yang berakhir dengan penerimaan Ali terhadap Tahkim, dan akibatnya baik pengikut Ali maupun Muawiyah memisahkan diri dan membuat kelompok tersendiri, lalu guna mendukung kelompoknya mereka berargumen menggunakan Al-Quir’an dan Hadis, dan ketika tidak didapatkan pada keduanya mereka membuat hadis-hadis palsu.
Beberapa motif yang melatar belakangi munculnya hadis palsu antara lain;
2.      Pertentangan politik
3.      Usaha Kaum Zindiq memecah belah umat Islam.
4.      Sikap fanatik buta terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri atau pemimpin
5.      Mempengaruhi kaum awam dengan cerita atau kisah-kisah
6.      Perselisihan mazhab dan ilmu kalam
7.      Semangat berlebihan dalam beribadah tanpa didasari ilmu pengetahuan
8.      Menjilat para pemimpin / penguasa
C.      KAIDAH / METODE MENGETAHUI HADIS MAWDHU’
1.      Ciri-ciri yang terdapat pada sanad :
a.  Pengakuan si pemalsu hadis itu sendiri bahwa ia telah memalsukan hadis
b.  Kenyataan sejarah atau keadaan yang menunjukkan bahwa perawi tidak bertemu dengan orang yang diakui sebagai gurunya.
c.   Perawi tersebut dikenal sebagai seorang pendusta.

2.      Ciri-ciri yang terdapat pada matan :
a.  Terdapat kerancuan pada lafaz hadis yang diriwayatkan
b.  Maknanya rusak dan tidak dapat diterima akal sehat
c.   Bertentangan dengan nas Al-Qur’an, hadis mutawatir, dan ijma’
d.  Matannya menyebutkan pahala atau ancaman yang sangat besar atas perbuatan yang kecil.
e.  Terlalu melebih-lebihkan salah satu sahabat.
D.     UPAYA PENYELAMATAN HADIS MAUDHU’
1.      Memelihara sanad dan hadis
2.      Meningkatkan kesungguhan dalam meneliti hadis
3.      Melakukan studi kritik terhadap perawi hadis khususnya pada sifat kejujuran dan kedustaan
4.      Menerangkan keadaan para perawi
5.      Menyusun kaidah-kaidah umum untuk meneliti hadis.

E.      PARA PENDUSTA HADIS MAUDHU’
a.      Aban ibn Ja’far an-Numaiqi, membuat 300 hadis palsu yang disandarkan kepada Abu Hanifah
b.      Ibrahim ibn Zaid al-Aslami, menyandarkan hadis palsu kepada Malik
c.       Ahmad ibn Abdullah al-Juwaini, membuat ribuan hadais palsu untuk kepentingan kelompok AL-Karramiyah
d.      Jabir ibn Zaid Al-Jua’fi, membuat 30.000 hadis palsu
e.      Nuh ibn Abu Maryam, membuat hadis palsu tentang fadhail surat-surat Al-Qur’an
f.        Muhammad ibn Syuja’ Al-Wasithi
g.      Al-Harits ibn Abdullah Al-Anwar
h.      Muqatil ibn Sulaiman
i.        Muhammad ibn Sa’id Al-Mashlub,
j.        Al-Waqidi
k.       Ibnu Abu Yahya


SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar diantara A, B, C, D, atau E !
1.      Hadis yang disandarkan kepada Rasulallah saw secara dibuat-buat dan dusta padahal beliau tidak mengatakan, berbuat maupun menetapkannya adalah pengertian dari hadis …………………..


A.      Shahih
B.      Hasan
C.      Dha’if
D.     Maudhu’
E.      Maqbul


2.      Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadis Maudhu’ pertama kali muncul pada masa pemerintahan ……


A.      Abu Bakar As-Shiddiq
B.      Umar bin Khaththab
C.      Usman bin Affan
D.     Ali bin Abi Thalib
E.      Mu’awiyah bin Abi Syufyan


3.      Peristiwa Tahkim terjadi akibat perseteruan antara kelompok ……………………………..
A.      Mu’awiyah dan Abu Bakar As-Shiddiq
B.      Mu’awiyah dan Abu Syufyan
C.      Ali bin Abi Thalib dan Usman bin Affan
D.     Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah
E.      Ali bin Abi Thalin dan Umar bin Khaththab
4.      Tokoh pembuat hadis palsu tentang keutamaan membaca surat-surat dalam Al-Qur’an adalah ………
A.      Jabir ibn Zaid Al-Jua’fi
B.      Nuh ibn Abu Maryam
C.      Ibrahim ibn Zaid al-Aslami
D.     Aban ibn Ja’far an-Numaiqi
E.      Muhammad ibn Syuja’ Al-Wasithi
5.      Ciri-ciri Hadis Maudhu’ yang terdapat pada sanad adalah ………………………………
A.      Terdapat kerancuan pada lafaz hadis yang diriwayatkan
B.      Maknanya rusak dan tidak dapat diterima akal sehat
C.      Pengakuan si pemalsu hadis itu sendiri
D.     Bertentangan dengan nas Al-Qur’an, hadis mutawatir, dan ijma’
E.      Terlalu melebih-lebihkan salah satu sahabat


BAB IX
BIOGRAFI ULAMA HADIS

A.     SAHABAT YANG BERGELAR AL-MUKTSIRUNA FI AL-HADIS
1.  Abu Hurairah (19 SH – 59 H)
Beliau bernama Abdurrahman ibn Sakhr al-Dausi al-Yamani. Hadis yang dihafalnya sebanyak 5.374 hadis yang bersumber langsung dari Rasulallah saw. Para sahabat yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Umar, Jabir ibn Abdillah, Anas bin Malik. Para tabi’in yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Sa’id ibn Al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’, Mujahid, dan Al-Sya’bi.
2.  Abdullah ibn Umar ibn Khaththab (10 SH – 73 H)
Beliau bernama Abdullah ibnu Umar ibn al-Khaththab ibn Nufail al-Quraisyi al-‘Adawi Abu Abdurrahman al-Makki. Hadis yang dihafalkannya sebanyak 2.630 hadis. Selain dari Rasulallah saw beliau menerima hadis antara lain dari; Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn Khaththab, Usman ibn Affan, Abu Dzar, Mu’adz ibn Jabal, ‘Aisyah, Zaid, dan Hafsah binti Umar. Para sahabat dan tabi’in yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Bilal, Jabir ibn Abdillah, Abdullah ibn Abbas, Nafi’, Sa’id ibn Al-Musayyab, ‘Alqamah ibn Waqqash, Abdullah ibn Dinar, ‘Urwah ibn Zubair, ‘Atha’, Mujahid, dan Muhammad ibn Sirin.
3.  Anas bin Malik (10 SH – 93 H)
Beliau bernama Anas ibn Malik ibn Al-Nadhr ibn Dhamdham al-Anshari al-Khazraji al-Najjari. Hadis yang dihafalnya sebanyak 2.286 hadis. Selain dari Rasulallah saw, beliau menerima hadis antara lain dari; Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn Khaththab, Usman ibn Affan, Abdullah ib Mas’ud, Abdullah ibn Rawahah, Fathimah al-Zahra, dan Abdurrahman ibn ‘Auf. Para tabi’in yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Al-Hasan, Abu Qalabah, Abu Majaz, Muhammad ibn Sirin, dan Ibnu Syihab al-Zuhri.
4.  ‘Aisyah Ummul Mukminin (9 SH – 58 H)
Beliau bernama ‘Aisyah binti Abu Bakar al-Shiddiq. Hadis yang dihafalnya sebanyak 2.210 hadis. Selain dari Rasulallah saw, beliau menerima hadis antara lain dari; Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn Khaththab, Sa’ad ibn Abi Waqqash, dan Usaid ibn Khudhair. Para sahabat yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Abu Hurairah, Abu Musa Al-Asy’ari, Zaid ibn Khalid al-Juhni, dan Shafiah binti Syaibah. Para tabi’in yang meriwayatkan hadis antara lain; Sa’id ibn al-Musayyab, ‘Alqamah ibn Qais, Masruq ibn al-Ajda’, ‘Aisyah binti Thalhah, ‘Amrah binti Abdurrahman, dan Hafsah binti Sirin.
5.  Abdullah ibn Abbas (3 SH – 68 H)
Beliau bernama Abu al-‘Abbas Abdullah ibn Abbas ibn Abdul Muthalib ibn Hasyim ibn Abdil Manaf al-Quraisyi al-Hasyimi. Hadis yang dihafalnya sebanyak 1.660 hadis. Selain dari Rasulallah saw, beliau menerima hadis antara lain dari; ayahnya Abbas ibn Abdul Muthalib, ibunya Ummu al-Fadhal. Istri Nabi saw Maimunah binti Al-Haris, Abu Bakar, Umar ibn Khaththab, Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Abdurrahman ibn ‘Auf, Mu’adz bin Jabal, Abu Dzar al-Ghifari, Ubay ibn Ka’ab, Tamim al-Dari, Khalid ibn al-Walid, Usamah ibn Zaid, Abu Sa’id al-Khudri, Abu Hurairah, dan Mu’awiyah ibn Abu Syufyan. Para sahabat yang meriwayatkanhadisnya antara lain; Abdullah ibn ‘Amr ibn Tsa’labah ibn al-Hakam al-Laitsi, Al-Mansur ibn Makhramah, dan Abu al-Thufail. Para Tabi’in antara lain; Sa’id ibn al-Musayyab, Abdullah ibn al-Harits ibn Naufal, Abu Salamah ibn Abdurrahman, Al-Qasim ibn Muhammad, Ikrimah, ‘Atha’, Thawus, Kuraib, Sa’id ibn Jubair, Mujahid, dan ‘Amr ibn Dinar.





6.  Jabir ibn Abdullah (16 SH – 78 H)
Beliau bernama Jabir ibn Abdillah ibn ‘Amr ibn Haram ibn Tsa’labah al-Khazraji al-Salami al-Anshari Abu Abdillah. Hadis yang dihafalnya sebanyak 1.540 hadis. Selain dari Rasulallah saw, beliau menerima hadis antara lain dari; Abu Bakar, Umar ibn Khaththab, Ali ibn Abi Thalib, Abu ‘Ubaidah, Thalhah, Mu’adz ibn Jabal, ‘Ammar ibn Yasir, Khalid ibn Walid, Abu Hurairah, Abu Sa’id, dan Abdullah ibn Unais. Para sahabat dan tabi’in yang meriwayatkanhadisnya antara lain; Abdurrahman ibn Jabir, Uqail ibn Jabir, Muhammad ibn Jabir, Sa’id ibn Al-Musayyab, Mahmud ibn Lubaid, ‘Amr ibn Dinar, dan Abu Ja’far al-Baqir.
7.  Abu Sa’id Al-Khudri (12 SH – 74 H)
Beliau bernama Sa’ad ibn Malik ibn Sinan al-Khudri al-Khazraji al-Anshari. Hadis yang dihafalnya sebanyak 1.170 hadis. Selain dari Rasulallah saw, beliau menerima hadis antara lain dari; Malik ibn Sinan, Qatadah ibn Nu’man, Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn Khaththab, Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Zaid ibn Tsabit, Abu Qatadah al-Anshari, Abdullah ibn Salam, Ibnu Abbas, Abu Musa al-Asy’ari, Mu’awiyah ibn Abi Syufyan, dan Jabir ibn Abdillah. Para sahabat dan tabi’in yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Abdurrahman ibn Sa’id, Zainab binti Ka’ab ibn “Ajrah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Jabir bin Abdullah, Zaid bin Tsabit, Abu Umamah ibn Sahal, Ibnu Musayyab, dan Tharib ibn Syihab.
B.      PELOPOR PENGKODIFIKASIAN HADIS DAN ILMU HADIS
1.  Umar bin Abdul Aziz (61 – 101 H)
Beliau bernama Umar ibn Abdul Aziz ibn Marwan ibn al-Hakam ibn Abi al-‘Ash ibn Umayyah ibn ‘Abdi al-Syams al-Quraisyi al-Umawi Abu Hafsh al-Madani al-Dimasyqi, Amiril Mukminin. Beliau menerima hadis antara lain dari; Anas, Al-Sa’ib ibn Yazid, Abdullah ibn Ja’far, Yusuf ibn Abdillah ibn Salam, dan Khaulah binti Hakim. Para perawi yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Abu Salamah ibn Abdirrahman, Abdullah ibn Umar ibn Abdul Aziz, Abdul Aziz ibn Umar ibn Abdul Aziz, Zuban ibn Abdil Aziz, Maslamah ibn Abdil Malik ibn Marwan, Abu Bakar Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm, ibnu Syihab al-Zuhri, dan Anbasah ibn Sa’id ibn al-‘Ash.
2.  Abu Bakar ibn Muhammad ibn Hazm (w. 117 H)
Beliau bernama Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm al-Anshari al-Khazraji al-Najjari al-Madani al-Qadhi. Beliau menerima hadis antara lain dari; Abdullah ibn Zaid ibn Abd Rabbah al-Anshari, Amrah binti Abdurrahman, Abu Hayyah al-Badari, Khaldiah binti Anas, Ubadah ibn Tamim, Salman Al-Agari, Abdullah ibn Qais ibn Mahramah, Abdullah ibn Umar ibn Usman, Amr ibn Salim al-Zarqa, Umar ibn Abdul Aziz, dan Abu Salamah ibn Abdurrahman. Para muridnya antara lain; Abdullah ibn Abu Bakar ibn Hazm, Muhammad ibn Ammarah ibn Muhammad ibn Hazm, Amr ibn Dinar, Ibnu Syihab al-Zuhri, Yahya ibn Al-Hadi, Abdullah ibn Abdurrahman, Abdurrahman ibn Abdillah al-Mas’udi, Aflah ibn Humaid, Ubaiy ibn Abbas, Abu Hisain, dan Sa’id ibn Abu Hilal.
3.  Muhammad ibn Syihab al-Zuhri (50 – 124 H)
Beliau bernama Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn ‘Ubaidillah ibn Syihab ibn Abdillah ibn al-Harits ibn Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah al-Quraisyi al-Zuhri al-Madani. Beliau dikenal ulama yang tangkas, setia, berpendirian kuat, dan sangat kuat hafalannya, beliau mampu menghafal Al-Qur’an dalam tempo 80 hari saja. Beliau adalah pendiri Ilmu Hadis Riwayah dan merupakan tokoh kunci kodifikasi hadis. Beliau menerima hadis antara lain dari; Anas bin Malik, Abdullah ibn Umar, Jabir ibn Abdullah, Sahal ibn Sa’ad, Abu Thufail, Al-Mansur ibn Makhramah, Abu Idris al-Khaulani, Abdullah ibn al-Haris ibn Naufal, Al-Hasan ibn Muhammad ibn al-Hanafiyah, Abdullah ibn Muhammad ibn al-Hanafiyah, Harmalah mawla Usamah ibn Zaid, Abdullah – Ubaidillah – Salim (ibn Umar ibn Abdul Aziz), Abdul Aziz ibn Marwan, Kharijah ibn Zaid ibn Tsabit, dan Sa’id ibn al-Musayyab.



4.  Al-Ramahurmuzi (265 – 360 H)
Beliau bernama Abu Muhammad al-Hasan ibn Abdurrahman ibn Khallad al-Ramahurmuzi. Beliau adalah pendiri Ilmu Hadis Dirayah. Para gurunya antara lain; Abdurrahman ibn Khallad al-Ramahurmuzi, Abu Hushain Muhammad ibn al-Husain al-Wadi’iy, Abu Ja’far Muhammad ibn Abdullah al-Hadhramy, Abu Ja’far Muhammad ibn al-Husain al-Khats’ami, dan Abu Ja’far Umar ibn Ayyub al-Saqthi. Para muridnya antara lain; Abu al-Husain Muhammad ibn Ahmad al-Shaidawi, Al-Hasan ibn al-Laits al-Syirazi, Abu Bakar Muhammad ibn Musa ibn Mardawaih, dan Abdullah ibn Ahmad ibn Ali al-Baghdadi.
5.  Imam Malik bin Anas (93 – 179 H)
Beliau bernama Imam Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abu Amir ibn Amir ibn al-Harits. Beliau seorang faqih dan pendiri mazhab Maliki. Karya monumentalnya adalah “Al-Muwaththa’” Para gurunya antara lain; Nafi ibn Nu’aim, dan Ibnu Syihab al-Zuhri. Para muridnya antara lain; Al-Auza’iy, Syufyan al-Tsauri, Syufyan ibn Uyainah, Ibnu al-Mubarak, dan Imam As-Syafi’iy.
6.  Imam Syafi’iy (150 – 204 H)
Beliau bernama Abu Abdillah Muhammad ibn Idris al-Abbas ibn Usman ibn Syafi’iy ibn Saib al-Hasyimy al-Muthaliby al-Quraisyi. Beliau seorang pendiri mazhab Syafi’iy yang banyak diikuti oleh umat Islam di dunia. Karya monumental beliau adalah “Al-Umm” dan “al-Risalah”. Kumpulan fatwa beliau ketika berada di Baghdad disebut “Qaul Qadim”, sementara kumpulan fatwa ketika beliau berada di Mesir disebut “Qaul Jadid”. Beliau berguru di bidang Hadis antara lain pada; Imam Malik ibn Anas, Muslim Khalid, Ibnu Uyainah, dan Ibrahim ibn Sa’d. Para ulama yang pernah berguru pada beliau antara lain; Imam Ahmad ibn Hanbal (pendiri mazhab Hambali), Al-Humaidi, Abu al-Tahir ibn Al-Buwaithy, dan Muhammad ibn Abdul Hakam.
7.  Imam Ahmad ibn Hanbal (164 – 241 H)
Beliau bernama Abu Abdillah ibn Muhammad ibn Hanbal al-Marwazy. Beliau seorang pendiri mazhab Hambali. Karya monumentalnya adalah “Musnad Ahmad ibn Hanbal” yang memuat 40.000 hadis, dan merupakan kitab musnad yang terbaik dan terbesar dari kitab-kitab musnad yang pernah ada. Diantara para gurunya adalah; Imam Syafi’iy, Syufyan ibn Uyainah, Ibrahim ibn Sa’ad, dan Yahya ibn Qaththan. Para ulama yang pernah berguru padanya antara lain; Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Abdi Dunya, dan Ahmad ibn Abi Al-Hawarimy.
8.   Imam Al-Bukhari (194 – 256 H)
Beliau bernama Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari. Beliau mempelajari hadis berikut perawinya sejak sebelum usia 10 tahun. Karya monumentalnya adalah “Al-Jami’ al-Shahih li al-Bukhari” yang disusun selama 16 tahun yang beliau dengar dari lebih 70.000 orang perawi hadis, dan berisikan kurang lebih 7.397 hadis. Beliau hafal 100.000 hadis shahih dan 200.000 hadis tidak shahih. Beliau berguru hadis antara lain kepada; Ubaidillah ibn Musa, Muhammad ibn Abdillah AL-Anshari, Affan, Abi ‘Ashim al-Nabil, Makki ibn Ibrahim, Ali Al-Madini, dan Imam Ahmad ibn Hanbal.
9.  Imam Muslim (204 – 261 H)
Beliau bernama Abu Husain Muslim ibn Al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi. Karya monumental beliau adalah “”Shahih Muslim” yang disusunnya selama 12 tahun yang berisi kurang lebih 4.000 hadis. Para gurunya antara lain; Yahya ibn Yahya, Ishaq ibn Rahawaih, Muhammad ibn Mahran, Ahmad ibn Hanbal, Abdullah ibn Maslamah, Qatadah ibn Sa’id, Muhammad ibn Al-Mutsanna, dan Imam Muslim. Para muridnya antara lain; Abu Hatim, Musa ibn Haran, Abu Isa al-Tirmizi, Yahya ibn Sa’id, Ibnu Khuzaimah, ‘Awwanah, dan Ahmad ibn Al-Mubarak.




10.  Imam Abu Dawud (202 – 275 H)
Beliau bernama Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Asy’ats ibn Ishaq al-Sijistani. Para gurunya antara lain; Abdullah ibn Maslamah Al-Qa’nabi, Abu al-Walid al-Thayalisi, Abu Amar Al-Hawdhi, Ibrahim ibn Musa al-Farra’, Abu Bakar ibn Abu Syaibah, dan Ahmad ibn Hanbal. Para muridnya antara lain; al-Tirmizi, al-Nasa’iy, Abu ‘Awanah, Ya’qub ibn Ishaq al-Isfirayini, dan Ahmad ibn Muhammad ibn Harun. Karya monumentalnya adalah “Sunan Abi Dawud” yang berisi kurang lebih 4.800 hadis.
11.  Imam At-Tirmizi (200 – 279 H)
Beliau bernama Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Tsurah ibn Musa ibn Dhahak al-Sulami al-Bughi al-Tirmizi. Para gurunya antara lain; Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn Musa, Al-Bukhari, dan Muslim. Diantara para muridnya Muhammad ibn Ahmad ibn Mahbub. Karya monumentalnya adalah “Jami’ al-Tirmizi” atau dikenal dengan nama “Sunan al-Tirmizi”.
12.  Imam An-Nasa’iy (215 – 303 H)
Beliau bernama Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr al-Khurasani al-Nasa’iy. Para gurunya antara lain; Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn Ibrahim, dan Abu Dawud. Para muridnya antara lain; Abu Nasher al-Dhalaby, Abdul Qasim al-Thabari dan Abdul Karim al-Nasa’iy. Karya monumentalnya adalah “Sunan al-Kubra” yang dikenal dengan nama “Sunan al-Nasa’iy”.
13.  Imam Ibnu Majah (207 – 273 H)
Beliau bernama Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini. Lahir di Qazwin salah satu kota di Iran, belajar hadis di beberapa kota antara lain; Irak, Hijaz, Mesir dan Syam. Karya monumentalnya adalah “Sunan Ibnu Majah” yang berisikan kurang lebih 4.341 hadis.
14.  Imam At-Thabrani
Beliau bernama Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad al-Syami. Lahir di Thabariyah sebuah kota di Palestina. Karya terbesarnya adalah “Al-Mu’jam al-kabir” yang berjumlah 12 jilid.
15.  Imam Ad-Daruquthni
Beliau bernama Abu al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad al-Daruquthni al-Baghdadi. Lahir di Daruquthni sebuah kota di Baghdad. Karya besarnya adalah “As-Sunan” yang dikenal dengan nama “Sunan al-Daruquthni”.
16.  Imam Ibnu Khuzaimah
Beliau bernama Abu Bakar Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah As-Salam An-Naisaburi. Lahir di Naisabur. Karya terbesarnya adalah “Shahih Ibn Khuzaimah”
17.  Imam Ibnu Hibban
Beliau bernama Abu Hatim Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad At-Tamimi Al-Busti. Lahir di Busti daerah di Sijistan. Karya terbesarnya adalah “Shahih ibnu Hibban”.

SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar diantara A, B, C, D, atau E !
1.      Abdurrahman ibn Sakhr al-Dausi al-Yamani adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang dikenal dengan nama ……………………..


A.      Ibnu Umar
B.      Ibnu Abbas
C.      Ibnu ‘Amr
D.     Abu Hurairah
E.      Ibnu Musayyab


2.      Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad al-Syami adalah seorang perawi hadis yang dikenal dengan nama ………………………..


A.      Imam Al-Daruquthni
B.      Imam Ibnu Hibban
C.      Imam ibnu Khuzaimah
D.     Imam Al-Thabrani
E.      Imam Ibnu majah



3.      Tokoh pendiri Ilmu Hadis Riwayah adalah ……………………


A.      Imam Bukhari
B.      Imam Muslim
C.      Al-Ramahurmuzi
D.     Ibnu Syihab al-Zuhri
E.      Khalifah Umar bin Abdul Aziz


4.      Tokoh pendiri Ilmu Hadis Dirayah adalah ………………………


A.      Imam Bukhari
B.      Imam Muslim
C.      Al-Ramahurmuzi
D.     Ibnu Syihab al-Zuhri
E.      Khalifah Umar bin Abdul Aziz


5.      Abu Hatim Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad At-Tamimi Al-Busti adalah seorang perawi hadis yang dikenal dengan nama ……………………..


A.      Imam Al-Daruquthni
B.      Imam Ibnu Hibban
C.      Imam ibnu Khuzaimah
D.     Imam Al-Thabrani
E.      Imam Ibnu majah


6.      Abu Bakar Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah As-Salam An-Naisaburi adalah seorang perawi hadis yang lebih dikenal dengan nama ………………..


A.      Imam Al-Daruquthni
B.      Imam Ibnu Hibban
C.      Imam ibnu Khuzaimah
D.     Imam Al-Thabrani
E.      Imam Ibnu majah


7.      Abu al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad al-Daruquthni al-Baghdadi adalah perawi hadis yang dikenal dengan nama ………………………………


A.      Imam Al-Daruquthni
B.      Imam Ibnu Hibban
C.      Imam ibnu Khuzaimah
D.     Imam Al-Thabrani
E.      Imam Ibnu majah


8.      Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini adalah seorang ulama hadis yang dikenal dengan nama …………………..


A.      Imam Al-Daruquthni
B.      Imam Ibnu Hibban
C.      Imam ibnu Khuzaimah
D.     Imam Al-Thabrani
E.      Imam Ibnu majah


9.      Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr al-Khurasani adalah seorang perawi hadis yang dikenal dengan nama …………………………


A.      Imam Al-Daruquthni
B.      Imam Ibnu Hibban
C.      Imam Al-Nasa’iy
D.     Imam Al-Thabrani
E.      Imam Ibnu majah


10.  Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Tsurah ibn Musa ibn Dhahak al-Sulami al-Bughi adalah seorang perawi hadis yang dikenal dengan nama ………………………………..


A.      Imam Al-Tirmizi
B.      Imam Ibnu Hibban
C.      Imam Al-Nasa’iy
D.     Imam Al-Thabrani
E.      Imam Ibnu majah


11.  Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Asy’ats ibn Ishaq al-Sijistani, lebih dikenal dengan nama ……………………..


A.      Imam Al-Tirmizi
B.      Imam Abu Dawud
C.      Imam Al-Nasa’iy
D.     Imam Al-Thabrani
E.      Imam Ibnu majah


12.  Abu Husain Muslim ibn Al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, lebih dikanal dengan nama …………………


A.      Imam Bukhari
B.      Imam Muslim
C.      Al-Ramahurmuzi
D.     Ibnu Syihab al-Zuhri
E.      Khalifah Umar bin Abdul Aziz



13.  Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi, lebih dikenal dengan nama ……………………….


A.      Imam Bukhari
B.      Imam Muslim
C.      Al-Ramahurmuzi
D.     Ibnu Syihab al-Zuhri
E.      Khalifah Umar bin Abdul Aziz


14.  Abu Abdillah ibn Muhammad ibn Hanbal al-Marwazy, lebih dikenal dengan nama …………………….


A.      Imam Bukhari
B.      Imam Muslim
C.      Al-Ramahurmuzi
D.     Ibnu Syihab al-Zuhri
E.      Ahmad ibn Hanbal


15.  Abu Abdillah Muhammad ibn Idris al-Abbas ibn Usman ibn Syafi’iy ibn Saib al-Hasyimy al-Muthaliby al-Quraisyi adalah seorang ulama fuqaha dan hadis yang lebih dikenal dengan nama …………….


A.      Imam Bukhari
B.      Imam Muslim
C.      Imam Syafi’iy
D.     Ibnu Syihab al-Zuhri
E.      Ahmad ibn Hanbal




 

3 komentar:

  1. terima kasih sudah posting. sangat bermanfaat. ijin ngunduh njih. barakallah fikum

    BalasHapus
  2. Jaya selalu pondok ku....barakallahu lakum 😊

    BalasHapus
  3. Jaya selalu pondok ku....barakallahu lakum 😊

    BalasHapus