BAB I
HADIS DAN ILMU HADIS
A. PENGERTIAN HADIS DAN SINONIMNYA
1.
Hadis
- Secara bahasa berarti Al-Jadid
yang berarti sesuatu yang baru.
- Menurut istilah ;
a. Pendapat Ulama Muhaddisin :
ما أضيف إلى النبي صلى الله عليه وسلم قولا أو فعلا أو تقريرا أو
صفـة
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, berupa perkataan,
perbuatan, taqrir maupun sifat”
b. Pendapat Ulama Ushul :
أقواله وأفعاله وتقريراته التى تثبت الأحكام وتقـررها
“Segala
perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi saw yang berkaitan dengan hukum syara’ dan
ketetapannya.”
2.
Sunnah
- Secara bahasa berarti :
الطـريقة محمودة كانت أو مـذمـومة
“Jalan yang terpuji atau jalan yang
tercela.”
- Menurut istilah :
a. Pendapat Ahli Hadis
ما أثر عن النبي صلى الله عليه وسلم من قول أو فعل
أو تقرير أو صفة خلقية أو خلقية أو سيرة
سواء كان قبـل البعثـة أو بعـدهـا
“Segala
yang bersumber dari Nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
perangai, budi pekerti, maupun perjalanan hidup, baik sebelum diangkat menjadi
rasul maupun sesudahnya.”
b. Pendapat Ahli Ushul
كل ما صدر عن النبي صلى الله عليه وسلم غير القرآن
الكريم من قول أو فعل أو تقرير مما يصلح أن يكون دليــلا لحكــم شـرعي
“Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi saw selain Al-Qur’an
al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang pantas untuk
dijadikan sebagai dalil bagi hukum syara’.”
c. Pendapat Ahli Fikih
ما ثبت عن النبي
صلى الله عليه وسلم من غير افتراض ولا وجوب
وتقـابل الواجب وغيره من الأحكام الخمسـة
“Segala ketetapan yang berasal dari Nabi saw selain yang
difardhukan dan diwajibkan, dan termasuk hokum (taklifi) yang lima.”
3.
Khabar
- Secara bahasa berarti Al-Naba’ yang berarti berita.
- Menurut istilah, terdapat 3 pendapat :
a.
Sinonim dengan
hadis, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, maupun sifat.
b.
Berita atau
kabar atau segala sesuatu yang datang dari selain Nabi saw.
c.
Segala sesuatu
yang datang dari Nabi saw atau dari selain Nabi saw.
4.
Atsar
- Secara bahasa berarti :
بقيـة الشيئ yaitu sisa atau peninggalan sesuatu.
- Menurut istilah, terdapat 2 pendapat :
a. Sinonim dengan hadis, yaitu segala sesuatu yang beraal dari
Nabi saw.
b.
… مـا أضيف إلى الصحابة والتـابعين من أقـوال أو
أفعـال
“suatu perkataan atau perbuatan yang
disandarkan kepada sahabat dan tabi’in.”
5.
Hadis
Qudsi
- … كل حديث يضيف فيه الـرسول صلى الله عليه وسلم
قـولا إلى الله عـز وجـل
“Setiap
hadis yang berupa perkataan dimana Rasulallah saw menyandarkannya kepada Allah
‘Azza wa Jalla.”
- … ما أخبر الله نبيه بالإلهام أو بالمنام فـأخبر
النبي صلى الله عليه وسلم من ذلك المعنى بعبارة نفسـه
“Sesuatu
yang dikhabarkan Allah swt kepada Nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian
Nabi saw menyampaikan makna dari ilham atau mimpi tersebut dengan ungkapan kata
beliau sendiri.”
Ciri-ciri Hadis Qudsi :
-
Terdapat kalimat
“ قال الله “ / “ يقـول الله “
-
Terdapat kalimat
“ فيما روى عن الله
تبارك وتعالى “ /
“ فيما يرويه عن الله
تبارك وتعالى “
-
Redaksi lain
yang semakna.
Contohnya :
عن أبي ذر عن النبي صلى الله عليه وسلم
فيما روى عن الله تبارك وتعالى أنه قال يا عبادي إني حـرمت الظلم على نفسي وجعلتـه
بينكم محـرما فلا تظالمـوا ..... (رواه مسـلم)
“Dari Abi Dzar dari Nabi saw bahwa Allah swt berfirman : “Wahai
hamba-hamba-Ku, sungguh Aku mengharamkan kezaliman pada diri-Ku, dan Aku
menjadikan kezaliman tersebut diantara kalian sebagai sesuatu yang diharamkan,
karena itu janganlah kalian semua berbuat zalim….” (HR. Muslim)
B. BENTUK-BENTUK HADIS
1. Hadis Qauli
Yaitu
setiap perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi saw yang memuat
berbagai maksud syara’, peristiwa dan keadaan, baik yang berkaitan dengan
aqidah, syari’ah, akhlak maupun lainnya.
Contohnya;
لا صـلاة لمن لم يقـرأ بفـاتحـة الكتـاب
(رواه مسـلم)
“Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Fatihah
al-Kitab.” (HR. Muslim)
2. Hadis Fi’li
Yaitu
setiap perbuatan atau tingkah laku yang disandarkan kepada Nabi saw yang sampai
kepada kita.
Contohnya;
صلـوا كمـا رأيتمـوني أصـلي (رواه البخارى)
“Shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku shalat.” ( HR. Bukhari )
كان النبي صلى الله
عليه وسلم يصلي على راحلتـه حيث ما توجهت به (رواه الترميذى)
“Nabi saw shalat diatas tunggangannya, kemana saja tunggangannya
tersebut menghadap.” ( HR. al-Tirmidzi )
3. Hadis Taqriri
Yaitu setiap ketetapan Nabi saw
terhadap apa yang datang dari para sahabatnya.
Contohnya;
Rasulallah bersabda : لا يصلين أحد العصر إلا في بني قريظـة (رواه
البخاري)
Sebagian
sahabat memahami larangan tersebut berdasarkan tekstual hadis sehingga mereka
tidak melaksanakan shalat ‘ashar pada waktunya. Sementara sebagian sahabat
lainnya memahaminya berdasarkan kontekstual hadis tersebut, mereka memahaminya
harus segera menuju Bani Quraizah dengan mempercepat perjalanan, sehingga dapat
shalat ‘ashar di Bani Quraizah pada waktunya. Sikap para sahabat dalam memahami
hadis tersebut dibiarkan oleh Nabi saw, sehingga kedua pemahaman para sahabat
tersebut dapat dijadikan sebagai dasar hokum.
4. Hadis Hammi
Yaitu
setiap hadis yang berupa hasrat atau keinginan Nabi saw yang belum
terealisasikan.
Contohnya; Niat Rasulallah saw berpuasa
tanggal 9 ‘Asyura.
5. Hadis Ahwali
Yaitu
hadis yang berupa hal ihwal Nabi saw yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat
dan kepribadiannya.
Contohnya;
Sahabat
Rasulallah saw yang bernama Al-Barra’ berkata :
كان رسول الله صلى
الله عليه وسلم أحسن الناس وجها وأحسنه خلقا ليس بالطويل البـائن ولا بالقصير
(رواه
البخارى)
“Rasulallah saw adalah manusia yang sebaik-baik rupa dan tubuh.
Keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak pula pendek.” (HR. Bukhari)
C. PERBEDAAN HADIS NABAWI, HADIS QUDSI DAN AL-QUR’AN
1. Perbedaan Hadis Nabawi dengan Hadis Qudsi
a.
Pada hadis
nabawi, Rasulallah saw menjadi sandaran sumber pemberitaan, sementara pada
hadis qudsi Rasulallah saw menyandarkan sumber pemberitaan kepada Allah swt.
b.
Pada Hadis
Nabawi, pemberitaannya meliputi perkataan, perbuatan dan persetujuan. Sementara
pada Hadis Qudsi Nabi saw hanya memberitakan perkataan saja.
c.
Hadis Nabawi
merupakan penjelasan dari kandungan Al-Qur’an baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sementara Hadis Qudsi merupakan wahyu langsung dari Allah swt.
d.
Pada Hadis
Nabawi, lafal dan maknanya bersumber dari Rasulallah saw. Sementara Hadis
Qudsi, maknanya dari Allah swt, dan redaksinya disusun sendiri oleh Nabi saw.
e.
Pada Hadis Qudsi
selalu menggunakan ungkapan “ قال الله عز وجل “ atau semisalnya. Sementara pada Hadis Nabawi tidak terdapat
ungkapan tersebut.
2. Perbedaan Hadis Nabawi dengan Al-Qur’an
a.
Hadis Nabawi
adalah sabda Rasulallah saw, sedangkan Al-Qur’an merupakan firman Allah swt.
b.
Hadis Nabawi
bukan merupakan mukjizat, sedangkan Al-Qur’an adalah mukjizat.
c.
Hadsi Nabawi
diriwayatkan secara ahad, sedangkan Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir.
d.
Kebenaran Hadis
Nabawi bersifat “zhanniyu al-wurud” yakni kebenarannya bersifat relative,
sedangkan kebenaran Al-Qur’an bersifat “Qath’iyyu al-wurud” yaitu mutlak
kebenarannya.
e.
Membaca Hadis
Nabawi tidak beroleh pahala sedikitpun, sedangkan membaca Al-Qur’an bernilai
ibadah.
D. PENGERTIAN ILMU HADIS DAN CABANG-CABANGNYA
1.
Pengertian
Ilmu Hadis
Ilmu
Hadis terbagi 2 :
a. Ilmu Hadis Riwayah, yaitu :
علم يشتمـل على أقـوال النبي صلى الله
عليه وسلم وأفعـاله وروايتـها وضبطـها وتحرير ألفاظـها
“Ilmu pengetahuan yang mencakup perkataan dan perbuatan Nabi
saw, baik periwayatannya, pemeliharaannya, maupun penulisan atau pembukuan
lafaz-lafaznya.”
Objek
Ilmu Hadis Riwayah adalah periwayatan yang disandarkan kepada diri Nabi saw,
baik perkataan, perbuatan maupun ketetapannya bahkan hingga sifat-sifatnya
tanpa membicarakan nilai shahih atau tidaknya.
Manfaat
mempelajari Ilmu Hadis Riwayah adalah untuk menghindari adanya penukilan yang
salah dari sumbernya yang pertama yaitu Rasulallah saw.
Pendiri
atau Tokohnya adalah Muhammad bin Muislim bin al-Syihab al-Zuhri (w.124 H),
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (w.101 H), dan Abu Bakar Muhammad bin Amr bin Hazm.
b.
Ilmu Hadis
Dirayah, yaitu :
علم يعرف منه حقيقة الرواية وشروطها
وأنواعها وأحكامها وحال الرواة وشروطهم وأصناف المرويات وما يتعـلق بها
“Ilmu
pengetahuan utuk mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-macam,
dan hukum-hukumnya, serta untuk mengetahui keadaan para perawi, baik
syarat-syaratnya, macam-macam hadis yang diriwayatkan dan segala yang berkaitan
dengannya.”
Objek
Ilmu Hadis Dirayah adalah keadaan para perawi hadis (baik yang menyangkut
pribadinya seperti; akhlak, tabi’at, keadaan hafalannya, maupun yang menyangkut
persambungan dan terputusnya asand) dan hadis yang diriwayatkannya (dari sudut
keshahihan, ke-dha’ifan, dan sudut lain yang berkaitan dengan keadaan matan
hadis).
Manfaat
mempelajari Ilmu Hadis Dirayah antara lain;
1)
Mengetahui
perkembangan hadis dan ilmu hadis sejak masa Nabi saw sampai sekarang.
2)
Mengetahui
tokoh-tokoh dan upayanya dalam mengumpulkan, memelihara dan meriwayatkan hadis.
3)
Mengetahui
kaidah-kaidah yang digunakan ulama hadis dalam mengklasifikasikan hadis.
4)
Mengetahui
istilah-istilah, nilai-nilai dan criteria-kriteria hadis sebagai pedoman dalam
beristinbath.
Pendiri
atau Tokohnya adalah Al-Qadhi Abu Muhammad al-Hasan bin Abdurrahman bin
Khalad al-Ramahurmuzi (w.360 H) dengan karyanya “Al-Muhaddis al-Fashil
baina al-Rawi wa al-Wa’iy.”
2. Cabang-cabang Ilmu Hadis
a. Ilmu Rijal al-Hadis
علم يعرف به رواة الحديث من حيث أنهم رواة للحديث
“Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya
sebagai perawi hadis.”
b.
Ilmu al-Jarh wa
al-Ta’dil
علم يبحث عن الرواة من حيث ما ورد في
شأنهم مما يشنيهم أو يزكيهم بألفاظ مخصوصة
“Ilmu
yang membahas tentang para perawi hadis dari segi yang dapat menunjukkan
keadaan mereka, baik yang dapat mencacatkan atau membersihkan mereka, dengan
ungkapan atau lafaz tertentu.”
c. Ilmu Tarikh al-Ruwah
العلم الذي يعرف
برواة الحديث من الناحية التى تتعلق بروايتهم للحديث
“Ilmu
untuk mengetahui para perawi hadis yang berkaitan dengan usaha periwayatan
mereka terhadap hadis.”
d. Ilmu ‘Ilal al-Hadis
علم يبحث عن الأسباب الخفية الغامضة من
حيث أنها تقدح فى صحة الحديث كوصل منقطع ورفع موقوف وإدخال حديث فى حديث وما شابه
ذلك
“Ilmu
yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat mencacatkan keshahihan
hadis, seperti mengatakan muttashil terhadap hadis yang munqathi’, menyebut
marfu’ terhadap hadis yang mauquf, memasukkan hadis ke dalam hadis lain, dan
yang semisalnya.”
e. Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh
العلم الذى يبحث عن
الأحاديث المتعارضة التى لايمكن التوفيق بينها من حيث الحكم على بعضها بأنه ناسخ
وعلى بعضها الأخر بأنه منسوخ فما ثبت تقدمه كان منسوخا وما ثبت تأخره كان ناسخا
“Ilmu
yang membahas hadis-hadis yang berlawanan yang tidak memungkinkan untuk
dipertemukan, karena bahkan saling menghapus, dimana hadis yang datang lebih
dulu disebut mansukh, dan yang datang kemudian disebut nasikh.”
f.
Ilmu Asbab
al-Wurud al-Hadis
“Yaitu
suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebab-sebab dan waktu Nabi saw
menuturkan sabdanya.”
g. Ilmu Gharib al-Hadis
عبارة عما وقع فى متون الأحاديث من
الألفاظ الغامضة البعيدة من الفـهم لقـلة استعمـالها
“Yaitu
ungkapan dari lafaz-lafaz yang sulit dan rumit untuk dipahami yang terdapat
dalam matan hadis karena jarang digunakan.”
h. Ilmu al-Tashif wa al-Tahrif
“Yaitu
ilmu pengetahuan yang berusaha menerangkan tentang hadis-hadis yang sudah
diubah titik atau syakalnya (mushahhaf) dan bentuknya (muharraf).”
i.
Ilmu Mukhtalif
al-Hadis
علم يبحث عن الأحاديث التى ظاهرها التناقض
من حيث إمكان الجمع بينها إما بتقييد مطلقها أو بتخصيص عامها أو حملها على تعـدد
الحادثة أو غير ذلك
“Ilmu
yang membahas hadis-hadis yang menurut lahirnya saling bertentangan, yang
berkemungkinan dapat dikompromikan antara keduanya, baik dengan cara mentaqyid
kemutlakannya atau mentakhsis keumumannya atau dengan cara membawanya kepada
beberapa kejadian yang relevan dengan hadis tersebut.”
SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang
Dianggap Paling Benar diantara A, B, C, D, atau E !
1.
Segala yang
bersumber dari Nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, perangai,
budi pekerti, maupun perjalanan hidup, baik sebelum diangkat menjadi rasul
maupun sesudahnya adalah pengertian dari ……………………………. Menurut Ahli Hadis.
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
2.
Segala
perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi saw yang berkaitan dengan hukum syara’ dan
ketetapannya adalah pengertian dari ……………. Menurut Ahli Ushul.
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
3.
Sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi saw, berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat
adalah pengertian dari …………….. menurut Ahli Hadis.
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
4.
Segala sesuatu
yang bersumber dari Nabi saw selain Al-Qur’an al-Karim, baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun taqrirnya yang pantas untuk dijadikan sebagai dalil bagi
hukum syara’ adalah pengertian dari ……………. Menurut Ahli Ushul
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
5.
Segala ketetapan
yang berasal dari Nabi saw selain yang difardhukan dan diwajibkan, dan termasuk
hukum (taklifi) yang lima
adalah pengertian dari …………………… menurut ulama Fuqaha.
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
6.
Segala sesuatu
yang datang dari Nabi saw atau dari selain Nabi saw adalah pengertian …………….
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
7.
suatu perkataan
atau perbuatan yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in adalah pengertian
…..
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
8.
Setiap hadis
yang berupa perkataan dimana Rasulallah saw menyandarkannya kepada Allah ‘Azza
wa Jalla adalah pengertian dari …………………………
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
9.
Sesuatu yang
dikhabarkan Allah swt kepada Nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Nabi
saw menyampaikan makna dari ilham atau mimpi tersebut dengan ungkapan kata
beliau sendiri adalah pengertian ……………
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
10. ما أضيف إلى النبي صلى الله عليه وسلم قولا أو فعلا أو تقريرا أو
صفـة
Kalimat
diatas adalah pengertian dari ………….. menurut Ulama Hadis
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
11. …أقواله وأفعاله وتقريراته التى تثبت الأحكام
وتقـررها
Kalimat
diatas adalah pengertian ……………. Menurut Ulama Ushul.
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
12. ..ما أثر عن النبي صلى الله عليه وسلم من قول أو فعل
أو تقرير أو صفة خلقية أو خلقية أو سيرة
سواء كان قبـل البعثـة أو بعـدهـا
Adalah
pengertian dari ……………….. menurut Ulama Muhaddisin.
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
13. ..كل ما صدر عن النبي صلى الله عليه وسلم غير القرآن
الكريم من قول أو فعل أو تقرير مما يصلح أن يكون دليــلا لحكــم شـرعي
Adalah
pengertian dari …………….. menurut Ulama Ushul.
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
14. ..ما ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم من غير افتراض
ولا وجوب وتقـابل الواجب وغيره من الأحكام
الخمسـة
Adalah
pengertian dari ………….. menurut Ahli Fikih.
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
15. ..…
مـا أضيف إلى الصحابة والتـابعين من أقـوال أو أفعـال
Adalah pengertian dari ……………….
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
16. ..… كل حديث يضيف فيه الـرسول صلى الله عليه وسلم قـولا
إلى الله عـز وجـل
Adalah
pengertian dari ………………….
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
17. .. … ما أخبر الله نبيه بالإلهام أو بالمنام فـأخبر
النبي صلى الله عليه وسلم من ذلك المعنى بعبارة نفسـه
Adalah
pengertian dari ……………..
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
18. …عن أبي ذر عن النبي صلى الله عليه وسلم فيما روى
عن الله تبارك وتعالى أنه قال يا عبادي إني حـرمت الظلم على نفسي وجعلتـه بينكم
محـرما فلا تظالمـوا ..... (رواه مسـلم)
Adalah
contoh dari …………………………..
A.
Hadis
B.
Atsar
C.
Sunnah
D.
Khabar
E.
Hadis Qudsi
19. setiap perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi
saw yang memuat berbagai maksud syara’, peristiwa dan keadaan, baik yang
berkaitan dengan aqidah, syari’ah, akhlak maupun lainnya adalah pengertian dari
……………..
A.
Hadis Nabawi
B.
Hadis Fi’li
C.
Hadis Qauli
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Qudsi
20. ..لا صـلاة لمن لم يقـرأ بفـاتحـة الكتـاب (رواه
مسـلم)
Adalah
contoh dari ……….
A.
Hadis Nabawi
B.
Hadis Fi’li
C.
Hadis Qauli
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Qudsi
21. …
صلـوا كمـا رأيتمـوني أصـلي (رواه البخارى)
Adalah
contoh dari ……..
A.
Hadis Nabawi
B.
Hadis Fi’li
C.
Hadis Qauli
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Qudsi
22. …. كان النبي صلى الله عليه وسلم
يصلي على راحلتـه حيث ما توجهت به (رواه الترميذى)
Adalah
contoh dari …………………
A.
Hadis Nabawi
B.
Hadis Fi’li
C.
Hadis Qauli
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Qudsi
23. Setiap perbuatan atau tingkah laku yang disandarkan kepada
Nabi saw yang sampai kepada kita adalah pengertian dari ………………….
A.
Hadis Nabawi
B.
Hadis Fi’li
C.
Hadis Qauli
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Qudsi
24. Setiap ketetapan Nabi saw terhadap apa yang datang dari para
sahabatnya adalah pengertian dari ………
A.
Hadis Nabawi
B.
Hadis Fi’li
C.
Hadis Qauli
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Qudsi
25. .. لا يصلين أحد العصر إلا في بني
قريظـة (رواه البخاري)
Adalah
contoh dari …………………
A.
Hadis Nabawi
B.
Hadis Fi’li
C.
Hadis Qauli
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Qudsi
26. Hadis yang berupa hal ihwal Nabi saw yang menyangkut keadaan
fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya disebut …………………….
A.
Hadis Hammi
B.
Hadis Fi’li
C.
Hadis Qauli
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Ahwali
27. … كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أحسن الناس وجها وأحسنه خلقا ليس
بالطويل البـائن ولا بالقصير
Adalah
contoh dari ……………….
A.
Hadis Hammi
B.
Hadis Fi’li
C.
Hadis Qauli
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Ahwali
28. Ilmu pengetahuan yang mencakup perkataan dan perbuatan Nabi
saw, baik periwayatannya, pemeliharaannya, maupun penulisan atau pembukuan
lafaz-lafaznya adalah pengertian dari ……
A.
Hadis Hammi
B.
Hadis Dirayah
C.
Hadis Riwayah
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Ahwali
29. Ilmu pengetahuan utuk mengetahui hakikat periwayatan,
syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya, serta untuk mengetahui keadaan
para perawi, baik syarat-syaratnya, macam-macam hadis yang diriwayatkan dan
segala yang berkaitan dengannya adalah pengertian dari ………
A.
Hadis Hammi
B.
Hadis Dirayah
C.
Hadis Riwayah
D.
Hadis Taqriri
E.
Hadis Ahwali
30. Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya
sebagai perawi hadis adalah pengertian dari ilmu …….
A.
Tarikh al-Ruwat
B.
Musthalah
al-Hadis
C.
‘Ilal al-Hadis
D.
Jarh wa
al-Ta’dil
E.
Rijal al-Hadis
31. Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis dari segi yang
dapat menunjukkan keadaan mereka, baik yang dapat mencacatkan atau membersihkan
mereka, dengan ungkapan atau lafaz tertentu adalah pengertian dari ………….
A.
Tarikh al-Ruwat
B.
Musthalah
al-Hadis
C.
‘Ilal al-Hadis
D.
Jarh wa
al-Ta’dil
E.
Rijal al-Hadis
32. Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis yang berkaitan
dengan usaha periwayatan mereka terhadap hadis adalah pengertian dari ilmu ……..
A.
Tarikh al-Ruwat
B.
Musthalah
al-Hadis
C.
‘Ilal al-Hadis
D.
Jarh wa
al-Ta’dil
E.
Rijal al-Hadis
33. Ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat
mencacatkan keshahihan hadis, seperti mengatakan muttashil terhadap hadis yang
munqathi’, menyebut marfu’ terhadap hadis yang mauquf, memasukkan hadis ke
dalam hadis lain, dan yang semisalnya adalah pengertian dari ilmu ……
A.
Tarikh al-Ruwat
B.
Nasikh wa
al-Mansukh
C.
‘Ilal al-Hadis
D.
Jarh wa
al-Ta’dil
E.
Rijal al-Hadis
34. Ilmu yang membahas hadis-hadis yang berlawanan yang tidak
memungkinkan untuk dipertemukan, karena bahkan saling menghapus, dimana hadis
yang datang lebih dulu disebut mansukh, dan yang datang kemudian disebut nasikh
adalah pengertian dari ilmu ……………..
A.
Tarikh al-Ruwat
B.
Nasikh wa
al-Mansukh
C.
‘Ilal al-Hadis
D.
Jarh wa
al-Ta’dil
E.
Asbab al-Wurud
al-Hadis
35. Yaitu suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang
sebab-sebab dan waktu Nabi saw menuturkan sabdanya adalah pengertian dari ilmu
…………………..
A.
Tarikh al-Ruwat
B.
Nasikh wa
al-Mansukh
C.
‘Ilal al-Hadis
D.
Jarh wa
al-Ta’dil
E.
Asbab al-Wurud
al-hadis
36. Yaitu ungkapan dari lafaz-lafaz yang sulit dan rumit untuk
dipahami yang terdapat dalam matan hadis karena jarang digunakan adalah
pengertian dari ilmu ………………………..
A.
Gharib al-Hadis
B.
Nasikh wa
al-Mansukh
C.
‘Ilal al-Hadis
D.
Jarh wa
al-Ta’dil
E.
Asbab al-Wurud
al-hadis
37. Yaitu ilmu pengetahuan yang berusaha menerangkan tentang
hadis-hadis yang sudah diubah titik atau syakalnya dan bentuknya adalah
pengertian dari ilmu ………………….
A.
Gharib al-Hadis
B.
Mukhtalif
al-Hadis
C.
Tashif wa
al-Tahrif
D.
Jarh wa
al-Ta’dil
E.
Asbab al-Wurud
al-hadis
38. Ilmu yang membahas hadis-hadis yang menurut lahirnya saling
bertentangan, yang berkemungkinan dapat dikompromikan antara keduanya, baik
dengan cara mentaqyid kemutlakannya atau mentakhsis keumumannya atau dengan
cara membawanya kepada beberapa kejadian yang relevan dengan hadis tersebut
adalah pengertian dari ilmu ………………….
A.
Gharib al-Hadis
B.
Nasikh wa
al-Mansukh
C.
Tashif wa
al-Tahrif
D.
Mukhtalif
al-Hadis
E.
Asbab al-Wurud
al-hadis
39. علم يبحث عن الأحاديث التى ظاهرها التناقض
من حيث إمكان الجمع بينها إما بتقييد مطلقها أو بتخصيص عامه
أو حملها على تعـدد الحادثة أو غير ذلك
adalah
pengertian dari ilmu ……………………..
A.
Gharib al-Hadis
B.
Nasikh wa
al-Mansukh
C.
Tashif wa
al-Tahrif
D.
Mukhtalif
al-Hadis
E.
Asbab al-Wurud
al-hadis
40. . . عبارة عما
وقع فى متون الأحاديث من الألفاظ الغامضة البعيدة من الفـهم لقـلة استعمـالها
Adalah
pengertian dari ilmu ……………..
A.
Gharib al-Hadis
B.
Nasikh wa
al-Mansukh
C.
Tashif wa
al-Tahrif
D.
Mukhtalif
al-Hadis
E.
Asbab al-Wurud
al-hadis
41. …. العلم الذى يبحث عن الأحاديث
المتعارضة التى لايمكن التوفيق بينها من حيث الحكم على بعضها بأنه ناسخ وعلى بعضها
الأخر بأنه منسوخ فما ثبت تقدمه كان منسوخا وما ثبت تأخره كان ناسخا
Adalah
pengertian dari ilmu ……………………….
A.
Gharib al-Hadis
B.
Nasikh wa
al-Mansukh
C.
Tashif wa
al-Tahrif
D.
Mukhtalif
al-Hadis
E.
‘Ilal al-Hadis
42. علم يبحث عن الأسباب الخفية الغامضة من
حيث أنها تقدح فى صحة الحديث كوصل منقطع ورفع موقوف وإدخال حديث فى حديث وما شابه
ذلك
Adalah
pengrtian dari ilmu …………………….
A.
Gharib al-Hadis
B.
Nasikh wa al-Mansukh
C.
Tashif wa
al-Tahrif
D.
Mukhtalif
al-Hadis
E.
‘Ilal al-Hadis
BAB II
FUNGSI HADIS DAN INGKAR AL-SUNNAH
A.
FUNGSI
HADIS
1.
Bayan
al-Taqrir
Bayan
al-Taqrir atau Bayan al-Ta’kid atau Bayan al-Itsbat adalah menetapkan atau
memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al-Qur’an.
Contohnya;
Rasulallah
saw bersabda,
فإذا رأيتم الهلال
فصوموا وإذا رأيتموه فـافطـروا (رواه مسـلم)
“Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga
apabila melihat (ru’yah) itu maka berbukalah.” (HR. Muslim)
Hadis
tersebut men-Taqrir ayat Al-Qur’an di bawah ini,
فمن شهـد منكم الشـهر
فـليصمـه
“Maka
barangsiapa yang mempersaksikan (pada waktu itu) bulan, hendaklah ia berpuasa…”
(QS. 2 : 185)
2.
Bayan
al-Tafsir
Bayan
al-Tafsir adalah hadis berfungsi untuk memberikan rincian dan penjelasan
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat global (Bayan al-Tafshil /
Tafshil al-Mujmal), memberikan batasan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat mutlak
(Bayan al-Taqyid / Taqyid al-Muthlaq), dan mengkhususkan terhadap ayat-ayat
Al-Qur’an yang masih bersifat umum (Bayan al-Takhsis / Takhsis al-‘Amm)
Contohnya;
صلوا كمـا
رأيتمـوني أصـلي
“Shalatlah
sebagaimana engkau melihat aku shalat.” (HR. Bukhari)
Hadis
tersebut men-Tafshil ayat berikut;
وأقيمـوا الصلاة
وآتـوا الزكاة واركعـوا مع الراكعـين
“Dan
dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang
rukuk.” (QS. 2 : 43)
أتي رسول الله صلى
الله عليه وسلم بسـارق فقـطع يـده من مفصـلالكـف
“Rasulallah
saw didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong tangan
pencuri dari pergelangan tangan.”
Hadis
tersebut men-Taqyid ayat Al-Qur’an berikut;
والسارق والسارقة
فاقطعوا أيديهما جزاء بما كسبا نكالا من الله ......
“Laki-laki
dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi
apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah swt…” (QS. Al-Maidah :
3)
لا يرث المسـلم
الكافـر ولا الكافـر المسـلم
“Seorang
muslim tidak mewarisi dari orang kafir, dan orang kafir tidak mewarisi dari
orang muslim.” (HR. Bukhari)
Hadis
tersebut men-Takhsis ayat berikut;
يوصيـكم الله في
أولادكم للـذكـر مثل حـظ الأنثييـن
“Allah
swt mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu
bagian anak laki-laki sama dengan bagian anak perempuan…” (QS. Al-Nisa : 11)
3.
bayan
Tasyri’
Bayan
Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak terdapat
dalam Al-Qur’an.
Contohnya;
أن رسول الله صلى
الله عليه وسلم فرض زكاة الفطر من رمضان على الناس صاعا من تمر أو صاعا من شعير
على كل حـر أو عبد ذكـر أو أنــثى من المســـلمين (رواه مســـلم)
“Bahwasanya
Rasulallah saw telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan
Ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka
atau hamba, laki-laki maupun perempuan muslim.” (HR. Muslim)
B.
INGKAR
AL-SUNNAH
Ingkar
al-Sunnah adalah suatu faham yang menolak hadis atau sunnah sebagai sumber
hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an.
Ingkar
al-Sunnah terjadi pada dua masa, yaitu masa klasik dan masa modern.
1.
Ingkar
al-Sunnah Klasik
Ingkar
al-Sunnah klasik terjadi pada abad ke-2 H / abad k-7 M, yakni pada masa Imam
Asy-Syafi’iy (w. 204 H), yang dipelopori oleh sebagian kaum Zindik dengan
memobilisir para penganut sekte-sekte atau aliran-aliran yang memang sedang
mengalami konflik internal dan marak berkembang saat itu. Pada masa ini Ingkar
al-Sunnah terdiri dari 3 kelompok, yaitu;
a.
Menolak sunnah
secara keseluruhan, sehingga mereka hanya berpedoman kepada Al-Qur’an an sich.
b.
Tidak menerima
seunnah kecuali yang semakna dengan Al-Qur’an.
c.
Hanya menerima
sunnah mutawatir saja dan menolah selainnya.
2.
Ingkar
al-Sunnah Modern
Ingkar
al-Sunnah modern muncul pada abad 19 M / 13 H di India dan abad 20 M / 14 H di
Mesir. Sebab munculnya adalah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat
melakukan pendangkalan pemahaman ajaran agama Islam sejak awal abad 19 M.
Pokok-pokok
ajaran Ingkar al-Sunnah antara lain :
a.
Hadis adalah
karya Yahudi yang bertujuan untuk menghancurkan Islam dari dalam.
b.
Sumber hukum
Islam hanya Al-Qur’an.
c.
Syahadat mereka
adalah “Isyhadu bi anna muslimun.”
d.
Shalat bertujuan
ingat kepada Allah swt.
e.
Puasa hanya
diwajibkan bagi mereka yang melihat hilal saja.
f.
Haji dilakukan
pada 4 bulan haram, yaitu; Muharram, Rajab, Zulqa’idah, dan Zulhijjah.
g.
Diperbolehkan
mengenakan pakaian selain baju ihram saat berhaji.
h.
Rasul tetap akan
diutus sampai hari kiamat.
i.
Nabi Muhammad
saw tidak berhak menjelaskan tentang ajaran Al-Qur’an
j.
Tidak boleh shalat
jenazah, karena tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Dll.
Alas
an mereka mengingkari Sunnah sebagai sumber hukum Islam ke-2 adalah :
a.
Al-Qur’an
diturunkan sebagai secara sempurna, sehingga tidak diperlukan penjelasan dari
Nabi.
b.
Adanya larangan
menulis hadis oleh Nabi, sebagai bukti bahwa hadis hal yang penting.
c.
Al-Qur’an
bersifat qath’iy (absolute kebenarannya) sedang hadis bersifat zanniy
(relative).
Para
tokohnya antara lain; Sayyid Ahmad Khan (w. 1897 M), Ciragh Ali (w. 1898 M),
Maulevi Abdullah Jakralevi (w. 1918 M) Ghulam Ahmad Pawrez, Mirza Ghulam Ahmad
Al-Qadhiyani, dll.
SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.
Ingkar al-Sunnah
klasik terjadi pada masa …………………………………….
A.
Ali bin Abi
Thalaib
B.
Imam Malik
C.
Imam Hanafi
D.
Imam Syafi’iy
E.
Imam Ahmad
2.
Ingkar al-Sunnah
modern di India terjadi pada abad ……………………………….
A.
Ke-18
B.
Ke-19
C.
Ke-20
D.
Ke-21
E.
Ke-22
3.
Hadis berfungsi
untuk memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih
bersifat global merupakan fungsi hadis sebagai bayan …………………
A.
Tafsir
B.
Taqrir
C.
Tasyri’
D.
Tarjih
E.
Maushul
4.
Hadis mewujudkan
suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an adalah
fungsi hadis sebagai bayan ……………………………………………….
A.
Tafsir
B.
Taqrir
C.
Tasyri’
D.
Tarjih
E.
Maushul
5.
Hadis menetapkan
atau memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al-Qur’an merupakan fungsi
hadis sebagai bayan ………………………………..
A.
Tafsir
B.
Taqrir
C.
Tasyri’
D.
Tarjih
E.
Maushul
6.
Faham yang
menolak hadis atau sunnah sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an
adalah faham …………………………………….....
A. Tafsir
B. Taqrir
C. Tasyri’
D. Tarjih
E. Maushul
7.
Berikut ini
adalah para tokoh Ingkar al-Sunnah, kecuali …………………………………
A.
Sayyid Ahmad
Khan
B.
Sayyid Ali Khan
C.
Maulevi Abdullah
Jakralevi
D.
Ghulam Ahmad
Pawrez
E.
Mirza Ghulam
Ahmad Al-Qadhiyani
8.
Berikut ini
ajaran pokok-pokok ajaran Ingkar al-Sunnah, kecuali ……………………………
A.
Sumber hukum
Islam hanya Al-Qur’an.
B.
Syahadat mereka
adalah “Isyhadu bi anna muslimun”.
C.
Shalat bertujuan
ingat kepada Allah swt.
D.
Puasa hanya
diwajibkan bagi mereka yang melihat hilal saja
E.
Nabi Muhammad
saw berhak menjelaskan ayat Al-Qur’an
BAB III
PENGHIMPUNAN DAN PENGKODIFIKASIAN HADIS
A.
PERIODISASI
PENGHIMPUNAN HADIS
Mayoritas Ahli Sejarah Hadis membagi priodisasi
penghimpunan hadis menjadi 7 (tujuh) periode, yaitu:
- Masa Turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam (‘Ashr al-wahyi wa al-takwin), yaitu dimulai Sejak diangkatnya Muhammad saw menjadi rasul sampai wafatnya.
- Masa Kehati-hatian dan Penyedikitan Riwayat (‘Ashr al-tatsabbut wa al-iqlal min al-riwayah), yaitu dimulai sejak awal pemerintahan Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq sampai kepada akhir pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
- Masa Penyebaran Riwayat ke daerah-daerah (‘Ashr intisyar al-riwayat ila al-amshar), yaitu dimulai sejak awal Dinasti Umayah sampai akhir abad pertama Hijriyah.
- Masa Penulisan dan Pengkodifikasian Hadis (‘Ashr al-kitabat wa al-tadwin), yaitu dimulai sejak awal abad kedua Hijriyah sampai akhir abad kedua Hijriyah.
- Masa Pemurnian, Pen-tashih-an dan Penyempurnaan Hadis (‘Ashr al-tajrid wa al-tashih wa al-tanqih), yaitu dimulai sejak awal abad ketiga Hijriyah sampai akhir abad ketiga Hijriyah.
- Masa Pemeliharaan, Penertiban, Penambahan, dan Penghimpunan Hadis (‘Ashr al-tahdzib wa al-tartib wa al-istidrak wa al-jama’), yaitu dimulai sejak abad keempat Hijriyah sampai masa jatuhnya kota Bagdad pada tahun 656 H.
- Masa Pensyarahan, Penghimpunan, Pen-takhrij-an, dan Pembahasan dari berbagai tambahan (‘Ashr al-syarh wa al-jama’ wa al-takhrij wa al-bahts ‘an al-zawaid), yaitu dimulai sejak tahun 656 Hijriyah sampai dengan Sekarang.
B.
HADIS
PADA ABAD PERTAMA HIJRIYAH
1.
Hadis
Pada Masa Rasulallah saw
a. Cara Rasul Menyampaikan Hadis
1) Melalui sarana majlis-majlis ilmi yang
diadakan oleh Rasulallah saw bersama para sahabat.
2) Rasulallah saw menjelaskan hukum terhadap
peristiwa yang ditemuinya di lapangan kepada para sahabat yang mengikutinya.
Seperti hadis berikut;
عن أبى هريرة رضي الله
عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم مرّ برجل يبيع طعاما فسأله : كيف تبيع ؟
فأخبره, فأوحى إليه أدخل يدك فيه, فأدخل يده فإذا هو مبلول فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس منـا من غـشّ. (رواه
أحمد)
“Dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulallah saw melewati seorang penjual makanan kemudian beliau bertanya;
“Bagaimana caranya engkau berjualan ?” Maka si pedagang tersebut menjelaskannya
kepada Rasul. Selanjutnya beliau menyuruh pedagang itu untuk memasukkan
yangannya ke dalam tumpukan makanan tersebut. Namun ketika tangannya ditarik
keluar, terlihat tangan tersebut basah, maka Rasulallah saw bersabda; “Bukan
termasuk golongan kami orang yang menipu.” (HR. Ahmad)
3) Rasulallah saw menjelaskan hukum terhadap
pertanyaan atau peristiwa yang dialami oleh para sahabat.
Contoh;
عن علي رضي الله عنه قال كنت رجلا مذاء فأمرت المقداد أن يسأل النبي صلى
الله عليه وسلم فسـأله فقال فيه الوضـوء. (رواه
البخارى)
“Dari
Ali ra dia berkata; “Aku adalah seorang yang sering mengalami keluar mazi, maka
aku menyuruh al-Miqdad menanyakan (masalah tersebut) kepada Rasulallah saw.
Maka Rasulallah saw menjawab, bahwa padanya harus berwudhu.” (HR. Bukhari)
4) Para sahabat menyaksikan langsung Rasulallah
saw melakukan suatu perbuatan dan biasanya berkaitan dengan tata cara
pelaksanaan ibadah, seperti; shalat, puasa, zakat, dan haji.
Contohnya;
عن أبى هريرة رضي الله
عنه قال كان النبي صلى الله عليه وسلم
بارزا يوما للناس فأتاه رجـل فقال ما الإيمان ؟ قال الإيمان أن تـؤمن
....... (الآخر) فقـال: هذا جبريل جاء يعـلم الناس دينـهم. (رواه البخارى)
“Dari Abu Hurairah ra dia berkata; adalah Nabi saw
tampak pada suatu hari di tengah-tengah manusia (sahabat), maka datang
kepadanya seorang laki-laki seraya bertanya; “apakah iman itu ?” Rasulallah saw
menjawab; “Iman adalah bahwa engkau beriman ......(hingga akhir)” Rasulallah
saw mengatakan (kepada para sahabat), “Dia adalah (malaikat) Jibril yang datang
untuk mengajari manusia tentang masalah agama mereka.” (HR. Bukhari)
5) Rasulallah saw menyampaikan hadisnya melalui
ceramah atau pidato di tempat terbuka, seperti saat haji wada’ dan fathu
Mekkah.
Setelah menerima hadis tersebut dari Rasulallah
saw atau melalui perantaran sahabat lainnya, maka para sahabat menghafalkan
hadis-hadis tersebut sebagaimana halnya menghafalkan al-Qur’an.
b. Pemeliharaan Hadis pada Masa Rasulallah saw.
Faktor-faktor yang mendukung terpeliharanya hadis pada
masa Rasulallah saw antara lain :
1) Menghafal Hadis.
Untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an, Rasulallah saw
melarang para sahabat menuliskan hadis secara resmi, sebagaimana sabdanya;
لا تكتبوا عني ومن كتب عني
غير القرآن فليمحه وحدثوا عني ولا حرج ومن كذب عليّ متعمدا فليتبوّأ مقعده من
النـار.
(رواه مسلم عن أبى سعيد الخدري)
”Janganlah kalian tulis apa saja
dariku selain al-Qur’an. Barangsiapa telah menulis dariku selain al-Qur’an
hendaklah dihapus. Ceritakan apa saja yang diterima dariku, ini tidak mengapa.
Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja hendaklah ia menempati tempat
duduknya di neraka.” (HR. Muslim dari Abi Sa’id al-Khudry)
Oleh
karena itu pada masa ini para sahabat harus menghafalkan hadis-hadis yang
diterimanya dari Rasulallah saw.
Paling tidak ada 3 faktor termotivasinya para sahabat
dalam kegiatan menghafal hadis, yaitu;
a) Kegiatan menghafal merupakan budaya bangsa
arab yang telah diwarisinya sejak pra
Islam.
b) Rasulallah saw banyak memberikan motivasi
melalui do’a-do’anya.
c) Rasulallah saw seringkali menjanjikan kebaikan
akhirat bagi siapa saja yang menghafal dan menyampaikan hadis kepada orang
lain.
2) Menulis Hadis.
Terdapat beberapa sahabat yang menuliskan hadis dan
memiliki catatan-catatannya, antara lain;
a) Abdullah ibn Amr ibn al-’Ash.
Ia memiliki catatan hadis yang dinamakan ”al-Shahifah
al-Shadiqah”. Ia sempat mendapat kritikan dari kaum quraisy yang selalu
mencatat apa saja yang didengarnya dari Rasulallah saw, kemudian ia
mengadukannya kepada rasul dan beliau menjawabnya;
أكتب فو الذى نفسي بيده ما يخرج منه إلا الحق.
(رواه البخارى عن عبدالله بن عمرو بن العاص)
”Tulislah ! demi zat yang diriku
berada di tangan-Nya, tidak ada yang keluar daripadanya kecuali yang benar.”
(HR. Bukhari dari Abdullah ibn Amr ibn al-Ash)
b) Jabir ibn Abdillah ibn Amr al-Anshari (w.78 H).
Ia memiliki catatan hadis tentang manasik haji. Catatannya
tersebut dinamakan ”al-Shahifah Jabir.”
c) Abu Hurairah al-Dausi (w. 59 H).
Ia memiliki catatan hadis yang dikenal dengan nama “al-Shahifah
al-Shahihah”, dan mewariskan kepada anaknya bernama Hammam.
d) Abu Syah (Umar ibn Sa’ad al-Anmari).
Ia memiliki catatan hadis dan memperoleh izin dari
Rasulallah saw, sebagaimana sabdanya;
أكتبوا لأبى شـاه. (رواه البخارى عن
أبى هريرة)
”Kalian tuliskan untuk Abu Syah”.
Tawafuq (kompromi) Para Ulama terhadap Hadis Larangan dan
Perintah Menuliskan Hadis.
Ibnu Hajar al-Asqalany berpendapat bahwa larangan
Rasulallah saw untuk menuliskan hadis itu hanya berlaku pada masa-masa turunnya
wahyu dan menuliskannya dalam satu suhuf agar tidak tercampur antara al-Qur’an
dengan hadis, namun jika al-qur’an tidak turun dan tidak ditulis dalam satu
suhuf maka dibolehkan mencatat hadis.
Sementara An-Nawawi dan As-Suyuthi berpendapat
bahwa adanya larangan menuliskan hadis pada masa itu dimaksudkan hanya bagi
para sahabat yang kuat hafalannya sehingga terhindar dari kekhawatiran
terjadinya kekeliruan. Akan tetapi bagi para sahabat yang kurang kuat
hafalannya sehingga khawatir lupa, maka dibolehkan mencatatnya.
Ajjaj al-Khatib menyatakan bahwa terdapat 4
pendapat ulama tentang tawafuq hadis larangan dan perintah menuliskan hadis,
yaitu;
1) Sebagian ulama menyatakan bahwa hadis dari Abu
Sa’id al-Khudry bernilai mauquf karena itu tidak dapat dijadikan hujjah. Akan
tetapi pendapat ini ditolak karena hadis Abu Sa’id al-Khudry dan hadis lain
yang semakna dengannya berderajat shahih.
2) Ulama lain menyatakan bahwa larangan menuliskan
hadis hanya berlaku pada masa-masa awal Islam yang masih penuh keterbatasan,
namun setelah ajaran Islam berkembang luas maka penulisan hadis menjadi boleh.
3) Ulama lain menyatakan bahwa larangan menuliskan
hadis itu hanya berlaku bagi para sahabat yang kuat hafalannya agar semakin
terpelihara dan terlatih hafalannya, namun bagi para sahabat yang kurang atau
lemah hafalannya seperti Abu Syah dan Abdullah ibn Amr ibn al-Ash dibolehkan
menuliskannya.
4) Ulama lain berpandangan bahwa larangan menulis
hadis tersebut berlaku untuk umum, akan tetapi bagi para sahabat yang memiliki
keahlian menulis dan membaca dan tidak khawatir akan tercampur dengan al-qur’an
maka larangan tersebut tidak berlaku.
2.
hadis
Pada Masa Sahabat
Pemeliharaan hadis pada masa Khulafa al-Rasyidun
khususnya pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khatthab dianggap sangat lamban, hal
ini disebabkan karena mereka sangat ketat dan sangat hati-hati dalam
meriwayatkan hadis. Oleh karena itu pada masa sahabat ini dikenal dengan masa
“At-Tasabbut wa al-Iqlal min al-Riwayah” (Pembatasan dan penyedikitan
penerimaan riwayah hadis).
Pada masa Abu Bakar periwayatan hadis harus disertai
dengan adanya kesaksian (syahadah) dari sahabat lainnya. Begitu
juga pada masa Umar bin Khatthab harus menghadirkan “bayyinah”
yaitu seorang saksi. Demikian juga pada masa Utsman bin Affan kehati-hatian dan
ketelitiannya dalam periwayatan hadis tetap terpelihara dengan senantiasa
mengingatkan kepada para sahabat lainnya agar tidak banyak meriwayatkan hadis
yang mereka tidak pernah mendengarnya di masa Abu Bakar dan Umar bin Khatthab.
Begitu pula halnya pada masa Ali bin Abi Thalib, beliau senantiasa mensyaratkan
adanya “sumpah” terhadap orang yang meriwayatkan hadis.
C.
HADIS
PADA ABAD KEDUA HIJRIYAH
Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari dinasti Bani Umayah
dikenal sebagai penggagas penghimpunan, penulisan dan pembukuan hadis secara
resmi atau lebih dikenal dengan istilah “Kodifikasi Hadis”, yang
dilatarbelakangi oleh;
- Tidak adanya kekhawatiran bercampurnya al-qur’an
dengan hadis, karena al-qur’an saat itu telah dibukukan dan disebarluaskan.
- Adanya kekhawatiran akan lenyap dan hilangnya
hadis dari para penghafal dan penulisnya, karena para sahabat sudah banyak yang
wafat akibat usia lanjut dan peperangan.
- Kegiatan pemalsuan hadis semakin semarak yang
dilatarbelakangi oleh politik dan perbedaan mazhab di kalangan umat Islam.
- Daerah kekuasaan dan penyebaran ajaran Islam
semakin meluas, sehingga membutuhkan panduan dan petunjuk pengamalan Ibadah
selain al-Qur’an.
Para Tokoh Kodifikasi Hadis
Jumhur ulama sepakat bahwa ulama yang pertama kali
berhasil menghimpun hadis dalam satu kitab adalah Muhammad ibn Muslim ibn
Syihab al-Zuhri (w. 124 H) atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz
(w. 101 H) melalui gubernur Madinah saat itu yaitu Abu Bakar ibn
Muhammad ‘Amr ibn Hazm (w. 117 H).
Para tokoh kodifikasi hadis pasca Ibn Syihab al-Zuhri di
berbagai daerah :
1.
Abdul Malik ibn Abdul Aziz Ibn Juraij al-Bashri (80-150
H) di Mekah
2.
Muhammad ibn Ishaq (w. 151 H) dan Malik ibn Anas (93-179
H) di Madinah
3. Muhammad ibn Abdurrahman
ibn Abi Zi’b (w. 158 H), Al-Rabi’ ibn Shabih (w. 160 H), Sa’id ibn Abi ‘Arubah
(w. 156 H), dan Hammad ibn Salamah (w. 167 H) di Basrah
4.
Sufyan al-Tsauri (97-161 H) di Kufah
5.
Ma’mar ibn Rasyid (95-153 H) di Yaman
6.
Abdullah ibn al-Mubarak (118-181 H) di
Khurasan/Afganistan
7.
Hasyim ibn Basyir (104-183
H) di Wasith
8.
Abdurrahman ibn ‘Amr
al-Auza’iy (88-157 H) di Syam
9. Jarir ibn Abdul Hamid
(110-188 H) di Rei
10. Abdullah ibn Wahab (125-197 H) di Mesir.
Kitab-kitab termasyhur pada abad kedua hijriyah :
- Al-Muwatha’ karya Imam Malik bin Anas
- Musnad al-Syafi’iy karya Imam Syafi’iy
- Al-Mushannaf karya Al-Auza’iy
- Al-Maghazi wa al-Siyar karya Muhammad ibn Ishaq (w. 150 H)
- Al-Jami’ karya Abdurrazaq Al-San’aniy (w. 211 H)
- Al-Mushannaf karya Syu’bah ibn al-Khajjaj (w. 160 H)
- Al-Mushannaf karya Syufyan ibn Uyainah (w. 190 H)
- Al-Mushannaf karya Al-Humaidi (w. 150 H)
- Al-Musnad karya Abu Hanifah (w. 150 H)
- Al-Musnad karya Zaid ibn Ali.
Ciri dan sistem pembukuan Hadis pada Abad ke-2 Hijriah :
1.
Pada umumnya menghimpun hadis-hadis Rasul saw,
fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in.
2.
Penghimpunannay masih bercampur baur antara berbagai
topik yang ada.
3.
Belum ada pemisahan antara hadis shahih, hasan, dan
dha’if.
D.
HADIS
PADA ABAD KETIGA HIJRIYAH
1.
Pemalsuan Hadis
Kegiatan
pemalsuan hadis dimotori oleh aliran Mu’tazilah yang didukung oleh Khalifah
Al-Ma’mun, Khalifah Al-Mu’tashim (w. 227 H), dan Al-Watsiq (w. 232 H).
2.
upaya
Melestarikan Hadis
a. Perlawatan (rihlah al-safar) ke daerah-daerah.
b. Pengklasifikasian hadis kepada : Marfu’, Mauquf, dan
Maqthu’.
c.
Penyeleksian
kualitas hadis dan mengklasifikasikannya kepada : Shahih, Hasan da, Dha’if.
3.
bentuk
Penyusunan Kitab Hadis pada Abad ke-3 Hijriah.
a. Kitab Shahih (kumpulan hadis-hadis shahih) berbentuk
Mushannaf, yaitu penyajiannya berdasarkan bab-bab masalah tertentu. Contoh; Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
b. Kitab Sunan (kumpulan hadis shahih dan dha’if) berbentuk
mushannaf. Contohnya; Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmizi, dan Sunan An-Nasa’iy.
c.
Kitab Musnad
yang disusun berdasarkan pada nama perawi pertama. Contohnya; Musnad Ahmad ibn
Hanbal, Musnad Abu Qasim al-Baghawi, dan Musnad Usman ib Abi Syaibah.
E.
HADIS
PADA ABAD KEEMPAT HIJRIYAH SAMPAI ABAD KETUJUH HIJRIYAH
1.
Kegiatan
Periwayatan Hadis
Meskipun
hadis-hadis yang dihimpu tidak sebanyak pada periode sebelumnya, namun kegiatan
periwayatan masih tetap berkelanjutan yakni dengan cara menghafal.
2.
Bentuk
Penyusunan Kitab Hadis
a. Kitab Athraf, yaitu menyebutkan sebagian matan dan
menjelaskan seluruh sanadnya. Contoh; Athraf al-Shahihaini karya Ibrahim
al-Dimasyqi, Athraf al-Shahihaini karya Abu Muhammad Khalaf ibn Muhammad
al-Wasithi.
b. Kitab Mustakhraj, memuat hadis yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim. Contoh; Mustakhraj Shahih Bukhari karya Jurjani, Mustakhraj Shahih
Muslim karya Abu Awanah.
c.
Kitab Mustadrak,
menghimpun hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim. Contoh;
Al-Mustadrak karya Al-Hakim dan Al-Ilzamat karya Al-Daruquthni.
d. Kitab Jami’, yang menghimpun hadis-hadis yang termuat dalam
kitab-kitab hadis yang ada. Contoh; Al-Jami’ Bayan al-Shahihaini karya Ibnu
al-Furat, Al-Jami’ Bayan Al-Shahihaini karya Muhammad ibn Nashr al-Humaidi.
F.
KEADAAN
HADIS PADA PERTENGAHAN ABAD KETUJUH SAMPAI SEKARANG
1.
Kegiatan
Periwayatan Hadis
Kegiatan
periwayatan pada periode ini dilakukan denga cara Ijazah dan Mukatabah.
2.
Bentuk
Penyusunan Kitab Hadis
a. Kitab Syarah, yang memuat uraian dan penjelasan kandungan
hadis dari kitab tertentu yang terkait dengan dalil nash. Contoh; Fath al-Bari
karya Ibnu Hajar al-Asqalany, Al-Minhaj karya An-Nawawi, dan ‘Aun al-Ma’bud
karya Syams al-Haq al-Azhim al-Abadi merupakan Syarah Sunan Abu Dawud.
b. Kitab Mukhtashar, berisi ringkasan dari suatu kitab hadis.
Contoh; Mukhtasar Shahih Muslim karya Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi.
c.
Kitab Zawa’id,
yang menghimpun hadis dari kitab tertentu yang tidak termuat dalam kitab
lainnya. Contoh; Zawa’id al-Sunan al-Kubra karya Al-Bushiri.
d. Kitab Takhrij, yang menjelaskan tempat pengambilan hadis
yang dimuat dalam kitab tertentu dan menjelaskan kualitasnya. Contoh; Takhrij
Ahadis al-Ihya karya Al-Iraqi.
SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.
Kegiatan
periwayatan pada pertengahan abad ke-7 ini dilakukan denga cara ………………….
A.
Ijazah
B.
Mukatabah.
C.
Tawafuq
D.
Sima’iy
E.
Ijazah dan
Mukatabah
2.
Kitab
menyebutkan sebagian matan dan menjelaskan seluruh sanadnya disebut kitab
……………….
A.
Athraf
B.
Syarah
C.
Takhrij
D.
Mustadrak
E.
Mustakhraj
3.
Kitab yang
memuat hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim disebut kitab …………………..
A.
Athraf
B.
Syarah
C.
Takhrij
D.
Mustadrak
E.
Mustakhraj
4.
Kitab yang
menghimpun hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim disebut
kitab …..
A.
Athraf
B.
Syarah
C.
Takhrij
D.
Mustadrak
E.
Mustakhraj
5. Kitab yang menghimpun hadis-hadis yang termuat dalam
kitab-kitab hadis yang ada disebut kitab …….
A.
Athraf
B.
Syarah
C.
Jami’
D.
Mustadrak
E.
Mustakhraj
6. Kitab yang memuat uraian dan penjelasan kandungan hadis dari
kitab tertentu yang terkait dengan dalil nash disebut kitab ……………………..
A.
Athraf
B.
Syarah
C.
Jami’
D.
Mustadrak
E.
Mustakhraj
7. Kitab yang berisi ringkasan dari suatu kitab hadis disebut
kitab ……………………….
A.
Athraf
B.
Syarah
C.
Mukhtasar
D.
Mustadrak
E.
Mustakhraj
8. Kitab yang menjelaskan tempat pengambilan hadis yang dimuat
dalam kitab tertentu dan menjelaskan kualitasnya disebut kitab ……………………………..
A.
Athraf
B.
Takhrij
C.
Mukhtasar
D.
Mustadrak
E.
Mustakhraj
9. Kitab Musnad adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan
pada nama perawi yang ……………………..
A. Kelima
B. Keempat
C. Ketiga
D. Kedua
E. Pertama
10. Khulafa al-Rasyidin
yang memberlakukan / mensyaratkan adanya sumpah pada setiap perawi yang
meriwayatkan hadis adalah khalifah
…………………….
A. Mu’awiyah
B. Usman bin Affan
C. Umar bin Khaththab
D. Ali bin Abi Thalib
E. Abu Bakar al-Shiddiq
11. Khulafa al-Rasyidin yang mensyaratkan adanya bayyinah pada
setiap perawi yang meriwayatkan hadis
adalah khalifah …………………….
A. Mu’awiyah
B. Usman bin Affan
C. Umar bin Khaththab
D. Ali bin Abi Thalib
E. Abu Bakar al-Shiddiq
12. Khulafa al-Rasyidin yang mensyaratkan adanya syahadah pada
setiap perawi yang meriwayatkan hadis
adalah khalifah …………………….
A. Mu’awiyah
B. Usman bin Affan
C. Umar bin Khaththab
D. Ali bin Abi Thalib
E. Abu Bakar al-Shiddiq
13. “al-Shahifah al-Shahihah”
adalah nama kitab yang berisi catatan hadis milik .............................
A. Jabir bin Abdullah
B. Abdullah ibn Umar
C. Abdullah ibn Abbas
D. Abu Hurairah
E. Abdullah ibn ‘Amr
14. “al-Shahifah al-Shadiqah”
adalah nama kitab yang berisi catatan hadis milik
.................................
A. Jabir bin Abdullah
B. Abdullah ibn Umar
C. Abdullah ibn Abbas
D. Abu Hurairah
E. Abdullah ibn ‘Amr
15. “al-Shahifah Jabir” adalah nama kitab yang berisi catatan
hadis milik ………………………..
A. Jabir bin Abdullah
B. Abdullah ibn Umar
C. Abdullah ibn Abbas
D. Abu Hurairah
E. Abdullah ibn ‘Amr
16. Masa Pemeliharaan, Penertiban,
Penambahan, dan Penghimpunan Hadis (‘Ashr al-tahdzib wa al-tartib wa
al-istidrak wa al-jama’), yaitu dimulai sejak abad ………………………..
A.
Pertama
B.
Kedua
C.
Ketiga
D.
Keempat
E.
Kelima
17.
Masa Kehati-hatian dan Penyedikitan Riwayat (‘Ashr
al-tatsabbut wa al-iqlal min al-riwayah), yaitu dimulai sejak awal
pemerintahan Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq sampai kepada akhir pemerintahan
Khalifah ………………………………..
A. Mu’awiyah
B. Usman bin Affan
C. Umar bin Khaththab
D. Ali bin Abi Thalib
E. Abu Bakar al-Shiddiq
18.
Masa Turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam (‘Ashr
al-wahyi wa al-takwin), yaitu dimulai Sejak diangkatnya Muhammad saw
menjadi rasul sampai wafatnya ………………………………………..
A.
Abu Bakar
al-Shiddiq
B.
Umar bin
Khaththab
C.
Rasulallah saw
D.
Ali bin Abi
Thalib
E.
Usman bin Affan
19. Masa Pemurnian, Pen-tashih-an
dan Penyempurnaan Hadis (‘Ashr al-tajrid wa al-tashih wa al-tanqih),
yaitu dimulai sejak awal abad ketiga Hijriyah sampai akhir abad …………………………….
Hijriyah.
A.
Pertama
B.
Kedua
C.
Ketiga
D.
Keempat
E.
Kelima
20. Masa Pensyarahan, Penghimpunan,
Pen-takhrij-an, dan Pembahasan dari berbagai tambahan (‘Ashr al-syarh wa
al-jama’ wa al-takhrij wa al-bahts ‘an al-zawaid), yaitu dimulai sejak abad
…………………….. Hijriyah sampai dengan Sekarang
A.
Pertama
B.
Kedua
C.
Ketiga
D.
Keempat
E.
Kelima
BAB IV
SANAD DAN MATAN
A.
SANAD
HADIS
1.
Pengertian Sanad
Menurut
bahasa berarti Al-Mu’tamad “ المعتمد
“ (yang bisa dijadikan pegangan).
Menurut
Istilah berarti" الطريقة الموصلة إلى المتن أي أسماء رواته
مرتبة " jalan yang menyampaikan
kepada matan yaitu nama-nama para perawi secara berurutan.
2.
Peranan Sanad
dalam Pendokumentasian Hadis
a. Pendokumentasian hadis pada periode sahabat dilakukan dengan
cara :
1) Learning by memorizing yaitu mendengarkan setiap perkataan
Nabi saw dan menghafalkannya
2) Learning through writing yaitu mempelajari dan mencatat
hadis.
3) Learning by practice yaitu mempraktekkan setiap hadis yang
diperoleh dari Nabi saw.
b. Pendokumentasian hadis pada periode selanjurnya dilakukan
dengan cara :
1) Sama’ yaitu guru membacakan hadis kepada murid-muridnya
dalam 3 cara; lisan, mendikte, dan Tanya jawab
2) ‘Ardh yaitu murid membacakan hadis kepada gurunya.
3) Ijazah yaitu memberi izin kepada seseorang meriwayatkan
hadis tanpa dibacakan terlebih dahulu.
4) Munawalah yaitu memberikan sejumlah tulisan hadis kepada
seseorang untuk disebarluaskan.
5) Kitabah yaitu menuliskan hadis bagi seseorang untuk
diriwayatkan kepada orang lain.
6) I’lam yaitu memberitahu kebolehan meriwayatkan hadis kepada
orang lain
7) Washiyyat yaitu memberikan wasiyat buku atau catatan hadis
kepada seseorang dan boleh meriwayatkannya kepada orang lain
8) Wajadah yaitu meriwayatkan hadis kepada orang lain dari
catatan atau buku yang didapatnya tanpa izin pengarangnya.
3.
Peranan Sanad
dalam Penentuan Kualitas Hadis
Sanad
hadis sangat berperan penting dalam menentukan kualitas hadis yang akan
berujung pada diterimanya sebagai dalil (maqbul) atau tidak (mardud).
Kitab-kitab
yang membahas tentang para perawi hadis antara lain; Tahzib al-Tahzib karya
Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H), Tazib al-Tahzib karya Al-Zahabi (w.742 H),
dan Tahzib al-Kamal karya Al-Mizzi (w. 742 H).
B.
MATAN
HADIS
Menurut
bahasa berarti “ ما صلب وارتفع من
الأرض “ (sesuatu yang keras dan tinggi dari tanah)
Menurut
istilah berarti “ ما ينتهي إليه
السـند من الكلام “ (sesuatu yang
berakhir padanya (terletak sesudah) sanad yaitu berupa perkataan.
Matan
hadis sangat berperan penting dalam menentukan kualitas hadis yang berujung
pada diterimanya sebagai dalil (maqbul) atau tidak (mardud).
C.
SEBEB-SEBAB
TERJADINYA PERBEDAAN KANDUNGAN MATAN
1.
Periwayatan
Hadis secara Makna
2.
Meringkas dan
menyederhanakan matan hadis
SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.
Jalan yang
menyampaikan kepada matan disebut ………………..
A.
Matan
B.
Hadis
C.
Sanad
D.
Rawi
E.
Musnid
2.
Nama-nama para
perawi secara berurutan dalam sebuah hadis disebut ……………………………
A.
Matan
B.
Hadis
C.
Sanda
D.
Rawi
E.
Musnid
3.
Mendengarkan
setiap perkataan Nabi saw dan menghafalkannya yang dilakukan para sahabat dalam
upaya pendokumentasian hadis disebut cara ……………………
A.
Learning by
memorizing
B.
Learning by
practice
C.
Wajadah
D.
Washiyyat
E.
Learning through
writing
4.
Mempelajari dan
mencatat hadis yang dilakukan para sahabat dalam upaya pendokumentasian hadis
adalah merupakan metode ……………………………..
A.
Learning by
memorizing
B.
Learning by
practice
C.
Wajadah
D.
Washiyyat
E.
Learning through
writing
5.
Mempraktekkan
setiap hadis yang diperoleh dari Nabi saw yang dilakukan para sahabat dalam
upaya pendokumentasian hadis merupakan cara ……………………………….
A.
Learning by
memorizing
B.
Learning by
practice
C.
Wajadah
D.
Washiyyat
E.
Learning through
writing
6.
Guru membacakan
hadis kepada murid-muridnya secara lisan, mendikte, dan tanya jawab dikenal
dengan metode …………………………
A.
I’lam
B.
Sama’
C.
‘Ardh
D.
Ijazah
E.
Munawalah
7.
Murid membacakan
hadis kepada gurunya dikenal dengan metode …………………………….
A.
I’lam
B.
Sama’
C.
‘Ardh
D.
Ijazah
E.
Munawalah
8.
Guru memberi
izin kepada muridnya untuk meriwayatkan hadis tanpa dibacakan terlebih dahulu
dikenal dengan metode ………………………………………
A.
I’lam
B.
Sama’
C.
‘Ardh
D.
Ijazah
E.
Munawalah
9.
Guru memberikan
sejumlah tulisan hadis kepada muridnya untuk disebarluaskan dikenal dengan
metode ……………………….
A.
I’lam
B.
Sama’
C.
‘Ardh
D.
Ijazah
E.
Munawalah
10. Guru menuliskan hadis bagi muridnya untuk diriwayatkan
kepada orang lain dikenal dengan metode ….
A.
Kitabah
B.
Sama’
C.
‘Ardh
D.
Ijazah
E.
Munawalah
11. Seseorang memberitahu kebolehan meriwayatkan hadis kepada
orang lain dikenal dengan metode …..
A.
Kitabah
B.
Sama’
C.
‘Ardh
D.
Ijazah
E.
Munawalah
12. Seseorang meriwayatkan hadis kepada orang lain dari catatan
atau buku yang didapatnya tanpa izin pengarangnya dikenal dengan metode
…………………….
A.
Kitabah
B.
Sama’
C.
‘Ardh
D.
Ijazah
E.
Wajadah
13. Sesuatu yang berakhir padanya sanad yaitu berupa perkataan
disebut ………………………
A.
Matan
B.
Hadis
C.
Sanad
D.
Rawi
E.
Musnid
14. Sesuatu yang keras dan tinggi dari tanah adalah pengertian
dari …………………………
A.
Matan
B.
Hadis
C.
Sanad
D.
Rawi
E.
Musnid
15. Kualitas hadis yang
berujung pada diterima atau ditolaknya suatu hadis sangat ditentukan
oleh ……….
A.
Matan
B.
Rawi
C.
Musnad
D.
Sanad
E.
Matan dan Sanad
BAB V
ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADIS
A.
ISTILAH
YANG BERHUBUNGAN DENGAN GENERASI PERIWAYATAN
1.
Sahabat
Yaitu
setiap orang yang bertemu dengan Nabi saw, beriman dengan beliau dan mati dalam
keadaan Islam.
Jumlah
sahabat sangat banyak, namun ada yang dikenal dengan sebutan “Al-Abadillah”
mereka adalah; Abdullah ibnu Abbas, Abdullah ibnu Umar, Abdullah ibnu Zubair,
dan Abdullah ibnu ‘Amr.
2.
Al-Mukhadramun
(Tabi’in besar)
Yaitu
orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi saw dalam keadaan Islam,
namun tidak sempat bertemu Nabi saw. Mereka antara lain; Abu ‘Amr al-Syaibani,
Suwaid ibn Ghaflah al-Kindi, ‘Amr ibn Maimun al-Awadi, Abdul Khair ibn Yazid
al-Khaiwani, Abu Usman al-Nahdi.
3.
Tabi’in
Yaitu
orang yang bertemu satu atau lebih orang sahabat.
Jumhur
ulama sepakat bahwa akhir masa Tabi’in adalah tahun 150 H. sedangkan akhir masa
Tabi’ al-Tabi’in adalah tahun 220 H.
Diantara
Tabi’in ada yang dikenal dengan sebutan “Al-Fuqaha al-Sab’ah”, mereka adalah;
Sa’id ibn Al-Musayyab (15-94 H), Al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar al-Shiddiq
(37-107 H), ‘Urwah ibn al-Zubair (w. 94 H), Kharijah ibn Zaid ibn Tsabit (29-99
H), Sulaiman ibn Yasar (34-107 H), ‘Ubaidillah ibn Abdullah ibn ‘Utbah ibn
Mas’ud (w. 98 H), dan Abu Salamah ibn Abdurrahman ibn ‘Auf (w. 94 H)
4.
Al-Mutaqaddimun
Yaitu
ulama hadis yang hidup pada abad kedua dan ketiga Hijriah yang telah menghimpun
hadis dalam kitab-kitabnya. Mereka antara lain; Imam Ahmad ibnu Hanbal (164-241
H), Imam Bukhari (194-256 H), Imam Muslim (204-261 H), Imam An-Nasa’iy (215-303
H), Imam Abu Dawud (202-276 H), Imam At-Tirmizi (209-269 H), dan Imam Ibnu
Majah (209-276 H).
5.
Al-Muta’akhirun
Yaitu
ulama hadis yang hidup pada abad keempat Hijriyah dan seterusnya. Mereka antara
lain; Imam Al-Hakim (359-405 H), Imam Al-Daru Quthni (w. 385 H), Imam Ibnu
Hibban (w. 354 H), dan Imam At-Thabrani (w. 360 H).
B.
ISTILAH
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGIATAN PERIWAYATAN
Al-Muktsiruna
fi al-Hadis
Yaitu
para sahabat yang banyak meriwayatkan hadis yang jumlahnya lebih dari 1000
hadis.
Mereka
berjumlah 7 orang, yaitu :
a. Abu Hurairah ra, nama aslinya adalah Abdurrahman ibn
Shakhruddausi al-Yamani (19 SH-59 H). meriwayatkan hadis sebanyak 5.374 (325
hadis muttafaq alaihi, 93 hadis riwayat Bukhari, dan 189 hadis riwayat Muslim).
b. Abdullah ibn Umar ibn Khattab ra (10 SH-73 H). meriwayatkan
hadis sebanyak 2.630 hadis (170 hadis muttafaq alaihi, 80 hadis riwayat
Bukhari, dan 31 hadis riwayat Muslim)
c.
Anas ibn Malik
ra (10 SH-93 H). meriwayatkan hadis sebanyak 2.286 hadis (168 hadis muttafaq
alaihi, 8 hadis riwayat Bukhari, dan 70 hadis riwayat Muslim)
d. ‘Aisyah binti Abu Bakar ra (9 SH-58 H). meriwayatkan hadis
sebanyak 2.210 hadis (174 hadis muttafaq alaihi, 64 hadis riwayat Bukhari, dan
68 hadis riwayat Muslim)
e. Abdullah ibn Abbas ibn Abdul Muthalib ra (3 SH-68 H).
meriwayatkan hadis sebanyak 1.660 hadis (95 hadis muttafaq alaihi, 28 hadis
riwayat Bukhari, dan 49 hadis riwayat Muslim)
f.
Jabir ibn
Abdullah al-Anshari ra (6 SH-78 H). meriwayatkan hadis sebanyak 1.540 hadis (60
hadis muttafaq alaihi, 16 hadis riwayat Bukhari, dan 126 hadis riwayat Muslim)
g. Sa’d ibn Malik ibn Sannan al-Ansharialias Abu Sa’id
al-Khudri (12 SH-74 H). meriwayatkan hadis sebanyak 1.170 hadis (46 hadis
muttafaq alaihi, 16 hadis riwayat Bukhari, dan 52 hadis riwayat Muslim).
C.
ISTILAH
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPAKARAN DAN JUMLAH HADIS YANG DIRIWAYATKAN
1.
Thalib al-Hadis
Yaitu
seseorang yang sedang mencari atau mempelajari hadis.
2.
Al-Musnid
Yaitu
orang yang meriwayatkan hadis dengan menyebutkan sanadnya, baik mengetahui maupun
tidak keadaan sanad tersebut.
3.
Al-Muhaddis
Yaitu
gelar yang diberikan kepada orang yang telah mahir dalam bidang hadis, baik
riwayah maupun dirayah.
Mereka
antara lain; ‘Atha ibn Abi Rabah (w. 105 H), Bakar ibn Muzar ibn Muhammad ibn
Hakim (w. 188 H), Husayn ibn Basyir ibn Abi Hazim Qasim ibn Dunar (w. 188 H),
Ibn Jarir ibn Yasir ibn Kasir alias Abu Ya’la al-Thabari (w. 305 H), dan
Muhammad al-Murtadha al-Zabidi.
4.
Al-Hafiz
Yaitu
gelar ulama hadis yang kepakarannya berada diatas Al-Muhaddis (mampu menghafal
sejumlah 100.000 hadis lengkap sanad dan matan, sifat-sifat perawi dari segi
jarh maupun ta’dil).
Mereka
antara lain; Al-Hafiz Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn ‘Ubaidillah ibn
Abdullah ibn Syihab al-Zuhri (w. 136 H), Al-Hafiz ibn Khaitsan alias Zubair ibn
Harb al-Nasa’iy (w. 334 H), Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban (w. 354 H),
Al-Hafiz Abu al-Fadhl alias Syihabuddin Ahmad ibn Ali ibn Muhammad ibn Muhammad
ibn Hajar Al-Asqalani (w. 852 H), dan Al-Hafiz Jalaluddin al-Suyuthi (w. 911 H)
5.
Al-Hujjah
Yaitu
gelar kepakaran dalam bidang hadis yang lebih tinggi dari Al-Hafiz (mampu
menghafal 300.000 hadis lengkap dengan sanad dan matannya).
Mereka
antara lain; Hisyam ibn Urwah ibn Zubair ibn Awwam (w. 164 H), Hisyam ibn
Zakwan al-Bashri (w. 140 H), Basyar ibn Al-Mufadhdhil ibn Lahiq (Guru Imam
Ahmad ibn Hanbal w. 183 H), Muhammad ibn Abdullah ibn Amr (w. 242 H), dan
Muhammad ibn Salamah al-Bazzar (w. 286 H).
6.
Al-Hakim
Yaitu
gelar kepakaran di bidang hadis yang lebih tinggi dari Al-Hujjah (mampu
menghafal lebih dari 300.000 hadis lengkap sanad dan matannya).
Mereka
antara lain; Sufyan al-Tsauri (w. 161 H), Al-Laits ibn Sa’d (w. 175 H), Malik
ibn Anas (w. 179 H), Muhammad ibn Idris al-Syafi’iy (w. 204 H), dan Ahmad ibn
Hanbal (w. 241 H).
7.
Amir al-Mukminin
fi al-Hadis
Yaitu
gelar tertinggi dalam kepakaran ulama hadis.
Mereka
antara lain; Abdurrahman ibn Abdillah ibn Zakwan al-Madani (Abu Zinad w. 131 H), Sufyan al-Tsauri (w. 161 H), Malik
bin Anas (w. 179 H), Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H), dan Imam Al-Bukhari (w. 256
H).
D.
ISTILAH
YANG BERHUBUNGAN DEGAN SUMBER PENGUTIPAN
1.
Akhrajahu
al-Sab’ah
Yaitu
hadis tersebut diriwayatkan oleh tujuh perawi hadis, yaitu; Imam Ahmad ibn
Hanbal, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam
Al-Nasa’iy, dan Imam Ibnu Majah.
2.
Akhrajahu
al-Sittah
Yaitu
hadis tersebut diriwayatkan oleh enam perawi hadis, yaitu; Imam Bukhari, Imam
Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Al-nasa’iy, dan Imam Ibnu Majah.
3.
Akhrajahu
al-Khamsah / Akhrajahu al-Arba’ah wa Ahmad
Yaitu
hadis tersebut diriwayatkan oleh lima perawi hadis, yaitu; Imam Ahmad ibn
Hanbal, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Al-nasa’iy, dan Imam Ibnu Majah.
4.
Akhrajahu
al-Arba’ah / Akhrajahu Ashab al-Sunan
Yaitu
hadis tersebut diriwayatkan oleh empat perawi hadis, yaitu; Imam Abu Dawud,
Imam Al-Tirmizi, Imam Al-Nasa’iy, dan Imam Ibnu Majah.
5.
Akhrajahu
al-Salasah
Yaitu
hadis tersebut diriwayatkan oleh tiga perawi hadis, yaitu; Imam Abu Dawud, Imam
Al-Tirmizi, dan Imam Al-Nasa’iy.
6.
Muttafaq ‘Alaihi
Yaitu
hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dengan ketentuan bahwa
sanad terakhirnya (tingkat sahabat) bertemu.
7.
Akhrajahu
al-Bukhari wa Muslim / Akhrajahu al-Syaikhani / Rawahu al-Bukhari wa Muslim /
Rawahu al-Syaikhani
Yaitu
hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan ketentuan
bahwa sanad terakhirnya (tingkat sahabat) tidak bertemu.
8.
Akhrajahu
al-Jama’ah
Yaitu
hadis tersebut diriwayatkan oleh Jama’ah Ahli Hadis.
-
Al-Rawi (Periwayat) adalah orang yang melakukan
periwayatan hadis atau orang yang menyampaikan hadis kepada orang lain.
-
Al-Marwi adalah sesuatu yang diriwayatkan.
-
Sanad (Isnad) adalah susunan rangkaian para
periwayat hadis.
-
Matan adalah kalimat yang disebutkan setelah sanad
(materi hadis).
-
Al-Tahammul wa al-‘Ada adalah kegiatan yang berkenaan dengan
seluk beluk penerimaan dan penyampaian hadis.
-
Musnad adalah hadis yang diriwayatkan secara
lengkap (sanad dan matan).
-
Hadis Marfu’ adalah hadis yang bersambung dan
disandarkan kepada Nabi saw.
-
Hadis Mawquf adalah hadis yang disandarkan hanya
sampai kepada sahabat Nabi saw.
-
Hadis Maqthu’ adalah hadis yang disandarkan hanya
sampai kepada tabi’in.
Macam-macam Cara Penerimaan (al-Tahammul) dan
Periwayatan (al-‘Ada)
Hadis :
a. al-Sama’ yaitu penerimaan (tahammul) hadis dengan cara mendengar langsung
lafal hadis dari guru (syaikh)-nya.
Menggunakan
lafal periwayatan (‘ada)
: سمعت
, حدثنـا
, حدثني
, أخبرنا
, قال لنا
, ذكـرلنا
b. al-Qira’ah (‘Ardh) yaitu periwayat menghadapkan riwayat hadis kepada
gurunya dengan cara periwayat itu sendiri yang membacanya atau orang lain yang
membacakannya dan ia mendengarkan.
Menggunakan
lafal periwayatan (‘ada)
: قرأت على فلان
, قرأت على فلان وأنا
أسمع فأقر به
c.
Al-Ijazah yaitu seorang guru
memberikan izin kepada seseorang untuk meriwayatkan hadis yang ada padanya baik
secara lisan maupun tertulis.
Menggunakan
lafal periwayatan (‘ada) :
d. Al-Munawalah yaitu pemberian kitab hadis oleh guru hadis kepada muridnya
sambil berkata : “Ini hadis yang telah saya riwayatkan.”
Menggunakan
lafal periwayatan (‘ada) :
e. Al-Mukatabah yaitu seorang guru hadis menuliskan hadis yang
diriwayatkannya untuk diberikan kepada orang tertentu.
Menggunakan
lafal periwayatan (‘ada) :
f.
Al-I’lam yaitu seorang guru
hadis memberitahukan kepada muridnya hadis atau kitab hadis yang telah
diterimanya dari periwayatnya, tanpa adanya pernyataan agar muridnya
meriwayatkannya kepada orang lain.
Menggunakan
lafal periwayatan (‘ada) :
g. Al-Washiyyah yaitu seorang periwayat hadis mewasiatkan kitab hadis yang
diriwayatkannya kepada orang lain.
Menggunakan
lafal periwayatan (‘ada) :
h. Al-Wijadah yaitu seseorang dengan tidak melalui cara al-sama’ atau
ijazah, mendapatkan hadis yang ditulis oleh periwayatnya.
Menggunakan
lafal periwayatan (‘ada) :
SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.
Orang yang hidup
pada masa Jahiliyah dan masa Nabi saw dalam keadaan Islam, namun tidak sempat
bertemu Nabi saw disebut ……………………………………….
A.
Sahabat
B.
Al-Mukhadaramun
C.
Tabi’in
D.
Al-Mutaqaddimun
E.
Al-Muta’akhirun
2.
Orang yang
bertemu dengan Nabi saw, beriman dengan beliau dan mati dalam keadaan Islam
disebut …………..
A.
Sahabat
B.
Al-Mukhadaramun
C.
Tabi’in
D.
Al-Mutaqaddimun
E.
Al-Muta’akhirun
3.
Orang yang
bertemu satu atau lebih orang sahabat disebut …………………..
A.
Sahabat
B.
Al-Mukhadaramun
C.
Tabi’in
D.
Al-Mutaqaddimun
E.
Al-Muta’akhirun
4.
Ulama hadis yang
hidup pada abad kedua dan ketiga Hijriah yang telah menghimpun hadis dalam
kitab-kitabnya disebut ……………………………………
A.
Sahabat
B.
Tabi’in
C.
Al-Mukhadramun
D.
Al-Mutaqaddimun
E.
Al-Muta’akhirun
5.
Ulama hadis yang
hidup pada abad keempat Hijriyah dan seterusnya disebut ……………………………..
A.
Sahabat
B. Tabi’in
C. Al-Mukhadramun
D. Al-Mutaqaddimun
E. Al-Muta’akhirun
6.
Gelar yang
diberikan kepada para sahabat yang banyak meriwayatkan hadis yang jumlahnya
lebih dari 1000 hadis adalah …………………......
A.
Sahabat
B.
Al-Mukhadramun
C.
Al-Mutaqaddimun
D.
Al-Muta’akhirun
E.
Al-Muktsiruna fi
al-Hadis
7.
Berikut ini
adalah para sahabat yang memperoleh gelar Al-Muktsiruna fi al-Hadis, kecuali
………………
A.
Abu Hurairah ra
B.
Abu Bakar
al-Shiddiq ra
C.
Abdullah ibn
Umar ra
D.
‘Aisyah ra
E.
Anas ibn Malik
ra
8.
Seseorang yang
sedang mencari atau mempelajari hadis disebut …………………………..
A.
Al-Hujjah
B.
Thalib al-Hadis
C.
Al-Hakim
D.
Al-Musnid
E.
Al-Muhaddis
9.
Orang yang
meriwayatkan hadis dengan menyebutkan sanadnya, baik mengetahui maupun tidak
keadaan sanad tersebut disebut ……………………………..
A.
Al-Hujjah
B.
Al-Hakim
C.
Al-Musnid
D.
Al-Muhaddis
E.
Thalib al-Hadis
10. Gelar yang diberikan kepada orang yang telah mahir dalam
bidang hadis, baik riwayah maupun dirayah adalah ……………………………….
A.
Al-Hujjah
B.
Al-Hakim
C.
Al-Musnid
D.
Al-Muhaddis
E.
Amirul Mu’minin
fi al-Hadis
11. Gelar ulama hadis yang mampu menghafal sejumlah 100.000
hadis lengkap dengan sanad dan matan, sifat-sifat perawi dari segi jarh maupun
ta’dilnya adalah …………………….
A.
Al-Hafiz
B.
Al-Hujjah
C.
Al-Hakim
D.
Al-Muhaddis
E.
Amirul Mu’minin
fi al-Hadis
12. Gelar kepakaran dalam bidang hadis yang mampu menghafal
300.000 hadis lengkap dengan sanad dan matannya adalah ………………………………….
A.
Al-Hafiz
B.
Al-Hujjah
C.
Al-Hakim
D.
Al-Muhaddis
E.
Amirul Mu’minin
fi al-Hadis
13. Seseorang yang mampu menghafal lebih dari 300.000 hadis
lengkap dengan sanad dan matannya disebut ………………………………..
A.
Al-Hafiz
B.
Al-Hujjah
C.
Al-Hakim
D.
Al-Muhaddis
E.
Amirul Mu’minin
fi al-Hadis
14. Gelar tertinggi dalam kepakaran ulama hadis adalah
…………………………….
A.
Al-Hafiz
B.
Al-Hujjah
C.
Al-Hakim
D.
Al-Muhaddis
E.
Amirul mu’minin
fi al-Hadis
15. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal, Imam
Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Al-Tirmizi, Imam Al-Nasa’iy, dan
Imam Ibnu Majah disebut …………………………….
A.
Akhrajahu
al-Syaikhani
B.
Akhrajahu
al-‘Arba’ah
C.
Akhrajahu
al-Khamsah
D.
Akhrajahu
al-Sittah
E.
Akhrajahu
al-Sab’ah
16. Hadis yang ditakhrij oleh tujuh orang perawi hadis disebut
…………………………………….
A.
Akhrajahu
al-Syaikhani
B.
Akhrajahu
al-‘Arba’ah
C.
Akhrajahu
al-Khamsah
D.
Akhrajahu
al-Sittah
E.
Akhrajahu
al-Sab’ah
17. Hadis yang ditakhrij oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Al-Tirmizi, al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah disebut ………..
A.
Akhrajahu
al-Syaikhani
B.
Akhrajahu al-‘Arba’ah
C.
Akhrajahu
al-Khamsah
D.
Akhrajahu
al-Sittah
E.
Akhrajahu
al-Sab’ah
18. Jika suatu hadis diriwayatkan oleh enam orang perawi hadis,
maka dalam istilah periwayatannya disebut ………………………………
A.
Akhrajahu
al-Syaikhani
B.
Akhrajahu
al-‘Arba’ah
C.
Akhrajahu
al-Khamsah
D.
Akhrajahu
al-Sittah
E.
Akhrajahu
al-Sab’ah
19. Jika suatu hadis ditakhrij oleh lima orang orang perawi hadis, maka dalam
istilah periwayatannya disebut …………………………..
A.
Akhrajahu
al-Syaikhani
B.
Akhrajahu
al-‘Arba’ah
C.
Akhrajahu
al-Khamsah
D.
Akhrajahu
al-Sittah
E.
Akhrajahu al-Sab’ah
20. Jika suatu hadis diriwayatkan oleh empat orang perawi hadis,
maka dalam istilah periwayatannya disebut ………………………………..
A.
Akhrajahu
al-Syaikhani
B.
Akhrajahu
al-‘Arba’ah
C.
Akhrajahu
al-Khamsah
D.
Akhrajahu
al-Sittah
E.
Akhrajahu
al-Sab’ah
21. Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi, dalam
istilah periwayatannya disebut ……………………
A.
Akhrajahu
al-Syaikhani
B.
Akhrajahu
al-Tsalasah
C.
Akhrajahu
al-‘Arba’ah
D.
Akhrajahu
al-Khamsah
E.
Akhrajahu
al-Sittah
22. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukari dan Muslim yang sanad
terakhirnya yakni pada tingkat sahabat bertemu disebut ………………………………..
A.
Akhrajahu
Bukhari wa Muslim
B.
Akhrajahu
al-Syaikhani
C.
Rawahu
al-Syaikhani
D.
Rawahu Bukhari
wa Muslim
E.
Muttafaqun
‘Alaihi
23. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang sanad
terakhirnya yakni pada tingkat sahabat tidak bertemu, disebut ………………………………..
A.
Akhrajahu al-Salasah
B.
Akhrajahu al-‘Arba’ah
C.
Rawahu al-Khamsah
D.
Rawahu al-Syaikhani
E.
Muttafaqun
‘Alaihi
24. Akhrajahu al-Tsalasah adalah jika suatu hadis ditakhrij oleh
……………………..
A.
Bukhari, Muslim,
dan Ahmad
B.
Bukhari, Muslim,
dan Al-Tirmizi
C.
Bukhari, Muslim,
dan Al-Nasa’iy
D.
Abu Dawud,
Al-Tirmizi, dan Al-Nasa’iy
E.
Abu Dawud,
Al-Tirmizi, dan Ibnu Majah
25. Akhrajahu al-‘Arba’ah adalah jika suatu hadis ditakhrij oleh
…………………….
A.
Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, dan Ibnu Majah
B.
Bukhari, Muslim,
Ahmad, dan Abu Dawud
C.
Abu Dawud,
Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
D.
Ahmad, Abu
Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasa’iy
E.
Muslim, Abu
Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasa’iy
26. Akhrajahu ashab al-Sunan adalah jika suatu hadis ditakhrij
oleh ……………………
A.
Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, dan Ahmad
B.
Muslim, Abud
Dawud, Al-Tirmizi, dan Al-Nasa’iy
C.
Abud Dawud,
Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
D.
Al-Tirmizi,
Al-Nasa’iy, Ibnu Majah, dan Ahmad
E.
Bukhari, Muslim,
Al-Tirmizi, dan Al-Nasa’iy
27. Akhrajahu al-Khamsah adalah jika suatu hadis diriwayatkan
oleh …………………….
A.
Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, Al-Nasa’iy, dan Ahmad
B.
Muslim, Abud
Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
C.
Ahmad, Abud
Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
D.
Muslim,
Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, Ibnu Majah, dan Ahmad
E.
Bukhari, Abu
Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
28. Akhrajahu al-Sittah adalah jika suatu hadis diriwayatkan
oleh ………………………….
A.
Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ahmad
B.
Bukhari, Muslim,
Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
C.
Bukhari, Ahmad,
Abud Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, dan Ibnu Majah
D.
Muslim, Abu
Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, Ibnu Majah, dan Ahmad
E.
Bukhari, Abu
Dawud, Al-Tirmizi, Al-Nasa’iy, Ibnu Majah, dan Al-Daruquthni
29. Orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi saw dalam
keadaan Islam, namun tidak sempat bertemu Nabi saw disebut ………………………………..
A.
Sahabat
B.
Al-Mutaqaddimun
C.
Tabi’in Besar
D.
Al-Muta’akhirun
E.
Tabi’in Kecil
30. Berikut ini adalah termasuk kelompok Tabi’in Besar, kecuali
…………………….
A.
Abu ‘Amr
al-Syaibani
B.
Sa’id ibn
Al-Musayyab
C.
Suwaid ibn
Ghaflah al-Kindi
D.
‘Amr ibn Maimun
al-Awadi
E.
Abdul Khair ibn
Yazid al-Khaiwani
BAB VI
BERBAGAI MACAM TINJAUAN HADIS
A.
HADIS
DITINJAU DARI KUANTITAS PERAWI
1.
Hadis Mutawatir
Menurut
bahasa berarti “al-tatabu’” yakni berturut-turut.
Menurut
istilah berarti :
ما رواه عدد كثير
تحيـل العادة تـواطؤهـم على الكـذب
“Hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut
kebiasaan bahwa mereka bersepakat untuk berdusta.”
Kriteria
Hadis Mutawatir :
a. Jumlah perawinya banyak.
b. Jumlah perawi pada setiap tingkatan tidak kurang dari batas
minimal.
c.
Mereka mustahil
berdusta
d. Sandaran riwayatnya adalah pancaindera.
Macam-macam
Hadis Mutawatir :
a.
Mutawatir Lafzi
Yaitu
hadis yang mutawatir lafaz dan maknanya “
ما تواتر لفظه ومعناه “
Contoh;
من كذب علي متعمـدا
فـليتبـوأ مقعـده من النـار (رواه بضعة وسبعون صحابيا)
b.
Mutawatir
Maknawi
Yaitu
hadis yang mutawatir maknanya saja, tidak pada lafaznya. “ ما تواتر معنـاه دون لفظـه “
Contohnya;
Hadis
tentang mengusap sepatu (al-Mashu ‘ala al-Khuffaini) yang diriwayatkan secara
bervariasi oleh sekitar 70 orang.
Status
dan hukum Hadis Mutawatir adalah “qath’iyyul wurud” yaitu pasti kebenarannya,
karena itu wajib diamalkan, dan menolaknya dihukumkan kafir.
2.
Hadis Ahad
Yaitu
hadis yang tidak memenuhi syarat hadis mutawatir atau hadis yang diriwayatkan
oleh satu, dua atau lebih perawi dan tidak memenuhi syarat-syarat hadis
mutawatir.
Macam-macam
Hadis Ahad :
a. Hadis Masyhur, yaitu;
مارواه ثلاثة
فـأكـثر – في كل طبقة – ما لم يبـلغ حـد التـواتـر
“Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih pada
setiap tingkatan sanad, tetapi tidak sampai pada derajat mutawatir.”
Contoh;
أن رسول الله صلى
الله عليه وسلم قنت بعد الركوع يدعو على رعل وذكـوان (رواه البخارى ومسلم)
b. Hadis Aziz, yaitu;
أن لا يقـل رواته
عن اثنـين فى جمـيع طبقـات السنـد
“Hadis yang diriwayatkan tidak kurang dari dua orang pada setiap
tingkatan sanadnya.”
Contoh;
ما رواه البخاري عن
أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لا يـؤمن أحـدكم
حـتى أكـون أحـب إليه من والـده و ولـده
c.
Hadis Gharib,
yaitu :
ما ينفـرد
بـروايتـه راو واحــد
“Hadis
yang diriwayatkan minimal seorang perawi pada setiap tingkatannya.”
Contoh;
إنمـا الأعمـال بالنيـــات (أخرجه الشيحـان)
B.
HADIS
DITINJAU DARI KUALITAS SANAD DAN MATAN
1.
Hadis Shahih,
yaitu;
ما اتصل سنـده
بنقـل العـدل الضابط عن مثـله إلى منتهـاه من غير شـذوذ ولا عـلة
“Hadis yang bersambung sanadnya yang
diriwayatkan oleh perawi yang adil, dhabith, diterima dari perawi yang sama
(kualitas) dengannya sampai pada akhir sanad, tidak syadz dan tidak ber’illat.”
Kriteria
Hadis Shahih :
a.
Bersambung
sanadnya
b.
Perawinya adil
c.
Perawinya
dhabith
d.
Matan hadis
tidak syadz
e.
Matan hadis
tidak ber’illat
Contohnya;
ما أخرجه البخاري
فى صحيحه قال : حدثنا عبد الله ابن يوسف قال : أخبرنا مالك عن ابن شهـاب عن محمد
بن جبير بن مطعم عن أبيه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قـرأ فى
المغــرب بـالـطـور
Macam-macam
Hadis Shahih :
a.
Shahih Lidzatihi,
maknanya sama dengan hadis shahih.
b.
Shahih
Lighairihi, yaitu;
الحسن لذاته إذا
روي من طريق أخر مثله أو أقـوى منـه
“Hadis Hasan Lidzatihi yang diriwayatkan melalui jalan lain oleh
perawi yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat daripadanya.”
حديث محمد بن عمرو
عن أبي سلمة عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لـو لا أن أشـق
على أمتـي لأمـرتـهم بـالسـواك عنـد كل صـلاة (رواه الترميذي)
Hadis
diatas diriwayatkan juga oleh Bukhari dan Muslim melalui jalan Abu Zanad dari
Al-A’raj dari Abu Hurairah..
Menerima
dan mengamalkan Hadis Shahih hukumnya wajib.
Kitab-kitab
yang memuat Hadis Shahih, antara lain :
a.
Al-Jami’
al-Shahih / Shahih al-Bukhari karya Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn
Ibrahim ibn Al-Mughirah al-Bukhari (194-256 H).
b.
Shahih Muslim
karya Abu Al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi (204-261 H)
c.
Sunan Abu Dawud
karya Sulaiman ibn al-‘Asy’ats ibn Ishaq al-Azadi al-Sijistani (202-275 H)
d.
Sunan (Al-Jami’)
Al-Tirmizi karya Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah Al-Tirmizi (209-279 H)
e.
Sunan Al-Nasa’iy
karya Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali Al-Khurasani Al-Nasa’iy
(215-303 H)
f.
Sunan Ibnu Majah
karya Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwini (209-273 H).
2.
Hadis Hasan
Yaitu
:
ما اتصل سنده بنقل
العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهـاه من غير شذوذ ولا علة
“Hadis
yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi yang adil, kurang
ke-dhabith-annya, dari perawi yang sama kualitas dengannya sampai ke akhir
sanad, tidak syaz dan tidak beri’illat.”
Kriteria
Hadis Hasan :
a.
Sanadnya
bersambung.
b.
Perawinya adil.
c.
Perawinya kurang
Dhabith.
d.
Tidak Syadz.
e.
Tidak ber’illat.
Macam-macam
Hadis Hasan :
a.
Hasan Lidzatihi,
maknanya sama dengan Hadis Hasan.
b.
Hasan
Lighairihi, yaitu :
الضعيف إذا تعـددت
طرقه ولم يكن سبب ضعفه فسق الـراوي أو كـذبه
“Hadis
dha’if yang diriwayatkan lebih dari satu jalan, dan sebab ke-dha’ifannya bukan
karena perawinya fasik atau pendusta.”
Jumhur
ulama sepakat bahwa Hadis Hasan dapat dijadikan sebagai hujjah hukum.
Kitab-kita
yang memuat Hadis Hasan :
a.
Jami’ al-Tirmizi
/ Sunan al-Tirmizi karya Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah Al-Tirmizi
(209-279 H)
b.
Sunan Abu Dawud
karya Sulaiman ibn al-‘Asy’ats ibn Ishaq al-Azadi al-Sijistani (202-275 H)
c.
Sunan Al-Daru
Quthni karya Abu Al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad Al-Daru Quthni (306-385 H /
919-995 M)
3.
Hadis Dha’if
Yaitu
:
هـو كل حـديث لم
تجتمـع فيـه صفـات القبــول
“Hadis
Dha’if adalah setiap hadis yang tidak memenuhi keseluruhan sifat qabul.”
هو كل حديث لم
تجتمع فيه صفات الحديث الصحيح ولا صفات الحديث الحسـن
“Hadis
Dha’if adalah hadis yang tidak memenuhi sifat shahih dan hasan.”
Hadis
Dha’if hukumnya mardud (tertolak) karena tidak memenuhi syarat-syarat qabul.
Macam-macam
Hadis Dha’if :
a.
Hadis Dha’if
ditinjau dari segi pengguguran / terputusnya sanad :
1)
Hadis Mu’allaq,
yaitu;
ما حـذف من مبـدإ
إسنـاده راو فـأكــثر على التــوالي
“Hadis
yang dihapus dari awal sanadnya seorang perawi atau lebih secara
berturut-turut.”
2)
Hadis Mursal,
yaitu :
ما سقـط من آخــر
إسنـــاده من بعـــد التـابعي
“Hadis
yang gugur dari akhir sanadnya seorang perawi sesudah Tabi’iy.”
3)
Hadis Mu’dhal,
yaitu :
ما سقـط من
إسنــاده إثنـان فـأكـــثر على التـــوالي
“Hadis
yang gugur dari sanadnya dua orang perawi atau lebih secara berturut-turut.”
4)
Hadis Munqathi’,
yaitu :
ما لم يتـصل
إسنــاده على أي وجــه كان انقـــطاعـه
“Hadis
yang tidak bersambung sanadnya, dan keterputusan sanad tersebut bisa terjadi
dimana saja.”
5)
Hadis Mudallas,
yaitu :
إخــفـاء عيــب في
الإسنـــاد ومحســــين لــــظاهـره
“Hadis
yang kecacatannya disembunyikan dalam sanad, dan menampakkan pada lahirnya
seperti baik.”
Macam-macam
Mudallas :
a)
Tadlis al-Isnad,
yaitu ;
أن يروي الراوي عمن
قد سمع منه ما لم يسمـع منه من غـير أن يـذكر أنــه سمع منــه
“Seorang
perawi meriwayatkan hadis dari orang yang pernah ia riwayatkan hadisnya, tetapi
hadis yang sedang diriwayatkannya tersebut tidak didengarnya dari orang itu dan
tidak tegas menyatakan bahwa ia mendengarnya.”
b)
tadlis
al-Syuyukh, yaitu ;
أن يـروي الراوي عن
شيـخ حديثا سمعـه منه فيسمـيه أو يكنيـه أو ينسـبه أو يصفـه بما لا يعـرفه به كي
لا يعــرف
“Seorang
perawi meriwayatkan hadis dari gurunya yang didengarnya langsung, kemudian ia
menyebut nama, gelar, nasab atau sifat gurunya yang tidak dikenal, agar orang
lain tidak mengenalnya.”
b.
Hadis Dha’if
ditinjau dari segi cacat keadilan perawi hadis :
1)
Hadis Matruk,
yaitu :
هـو الحــديث الـذي
في إسـناده راو متـــهم بالــــــكذب
“Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang tertuduh dusta.”
2)
Hadis Majhul,
yaitu :
هـو من لـم تـعـرف
عـينـه أو صفـتـه
“Hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang tidak dikenal
jati diri dan identitasnya.”
(a)
Majhul al-‘Ain,
yaitu :
هـو من سمـي ولــكن
لم يــرو عـنه إلا راو واحـد
“Seorang
perawi disebutkan dalam sanad tetapi tidak ada yang mengambil periwayatannya
selain satu orang perawi.”
(b)
Majhul al-Hal,
yaitu :
هـو من روي عنه
اثنـان فـأكثر لكن لم يـوثـق أو من لم ينـقـل فيه جـرح ولا تـعديـل
“Periwayatan
seseorang yang diambil dari dua orang atau lebih, tetapi tidak ada yang tsiqah.
Atau tidak ada yang menukil tentang jarh (cacat) dan ta’dilnya (menilai adil).”
3)
Hadis Mubham,
yaitu :
هـو الـراوي الـذي
لـم يســـم في الســنـد أو المــــتن
“Hadis
yang diriwayatkan seorang perawi yang tidak disebutkan namanya baik dalam sanad
maupun dalam matan.”
c.
Hadis Dha’if
ditinjau dari segi cacat ke-dhabitan perawi hadis :
1)
Hadis Munkar,
yaitu :
الحـديث الذي في
إسنـاده راو فحـش غـلظه أو كثرت غـفـلته
أو ظـهر فسـقه
“Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang sering berbuat
kekeliruan, kelalaian, kefasikan secara nyata.”
مـا رواه الضعيــف
مخـالـفـا لمـا رواه الثـقـة
“Hadis
yang diriwayatkan oleh perawi yang dha’if, dimana riwayat hadisnya berlawanan
dengan yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqat.”
2)
Hadis Mu’allal,
yaitu :
هـو الحـديث الذي
اطـلع فـيه غلى عـلة تقــدح في صحــته مع أن الــظاهـر السـلامة مـنها
“Hadis
yang jika diteliti secara cermat terdapat ‘illat yang merusak ke-shahihaan
hadis, meskipun secara zahir tidak terlihat ke-cacatannya.”
3)
Hadis Mudraj, yaitu :
a)
Mudraj al-Isnad,
yaitu;
مـا غير ســـياق
إســــناده
“Hadis
yang bukan penuturan sanadnya.”
b)
Mudraj al-Matan,
yaitu;
مـا أدخـل في متنـه
مـا ليـــس منـه بـلا فصــل
“Sesuatu
yang dimasukkan ke dalam matan suatu hadis yang bukan bagian dari matan hadis
tersebut, tanpa ada pemisahan diantara keduanya.”
إدخال شيئ من كلام
بعض الـرواة في متن الحـديث فيتـوهـم أنـه من كلام رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Memasukkan
sesuatu dari perkataan para perawi hadis ke dalam matan hadis, sehingga diduga
perkataan tersebut merupakan bagian dari sabda Rasulallah saw.”
4)
Hadis Maqlub,
yaitu :
هـو الحـديث الـذي
دخــل القـــلب في سنـــده أو مـتـنـه
“Hadis yang terbalik (redaksinya) baik pada sanad maupun pada
matan.”
a) Maqlub Sanad, yaitu terbalik yang terjadi pada sanad hadis.
Contoh;
-
Menjadikan nama
perawi menjadi nama ayahnya atau sebaliknya (Murrah ibn Ka’ab, yang benar
adalah Ka’ab ibn Murrah)
-
Mengganti nama seorang perawi dengan perawi
lain yang berada pada tingkatan yang sama.
b) Maqlub Matan, yaitu terbalik yang terjadi pada matan hadis.
Contoh;
ورجل تصدق بصدقة
فـأخـفاها حتى لا تعلم يمينه ما تنفـق شمـاله (حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه)
5)
Hadis Mudhtharib
(sanad – matan), yaitu :
مـا روي على أو جـه
مخـتـلفـة متسـاويـة فيالـقـوة
“Hadis yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang berlawanan
dan masing-masingnya sama kuat.”
الذي تختـلف
الرواية فيه فـيرويه بعضـهم على وجـه وبعضـهم على وجه أخر مخالف له و إنما نسمـيه
مضطربا إذا تسـاوت الروايتـان
“Hadis yang terjadi perselisihan riwayat tentang hadis tersebut,
sebagian perawi meriwayatkannay menurut satu cara dan yang lainnya menurut cara
yang lain yang bertentangan dengan cara yang pertama, sementara kedua cara
tersebut sama-sama kuat.”
6)
Hadis Mushahhaf
(sanad – matan), yaitu :
تغـيير الكلمـة في
الحـديث إلى غير ما رواهـا الثـقـات لـفـظا أو معـنى
“Mengubah kalimat yang terdapat pada suatu hadis menjadi kalimat
yang tidak diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat, baik secara lafaz maupun
makna.”
تغـيير حـرف أو
حـروف بتغـيير النـقـط مع بقــاء صـورة الخـــط
“Perubahan
satu huruf atau beberapa huruf dengan perubahan titik, sementara bentuk tulisannya tetap.”
7)
Hadis Syadz,
yaitu :
مـا رواه المقـبـول
مخـالفـا لمـن هـو أولى منـه
“Hadis
yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, tetapi bertentangan dengan riwayat
perawi yang lebih tsiqat atau lebih baik daripadanya.”
C.
HADIS
DITINJAU DARI SUMBER BERITA / TEMPAT PENYANDARANNYA
1.
Hadis Qudsi
هـو مـا نقـل
إلينـا عن النـبي صلى الله عليه وسلم مـع إســناده إيـاه إلى ربــه عـز وجـل
“Hadis yang diriwayatkan kepada kita dari Nabi saw yang
disandarkan oleh beliau kepada Allah swt.”
2.
Hadis Marfu’
مـا أضـيف إلى
النـبي صلى الله عليه وسلم من قـول أو فعـل أو تـقـرير أو صـفة
“Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw dalam bentuk
perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.”
3.
Hadis Mawquf
هـو مـا رواه عن
الصحـابي من قـول لـه أو فعـل أو تـقرير
متـصلا كان أو منـقطـعـا
Segala
yang diriwayatkan dari Sahabat dalam bentuk perkataan beliau, perbuatan atau
taqrir, baik sanadnya bersambung atau terputus.”
4.
Hadis Maqthu’
مـا أضيـف إلى
التـابعـي أو من دونـه من قــول أو فعـــل
“Sesuatu yang disandarkan kepada Tabi’iy atau generasi yang
datang sesudahnya berupa perkataan atau perbuatan.”
D.
HADIS
DITINJAU DARI PERSAMBUNGAN SANAD
1.
Hadis Muttashil
/ Maushul
مـا اتصـل سـنـده
إلى غـليتـه سـواء أ كان مـرفـوعا إلى الـرسـول صلى الله عليه وسلم أم مـوقـوفـا
“Suatu hadis yang sanadnya bersambung sampai akhir, baik marfu’
disandarkan kepada Nabi saw maupun mawquf (disandarkan kepada seorang
sahabat).”
2.
Hadis Musnad
مـا اتصـل سنــده
مـرفـوعـا إلى النـبي صلى الله عليه وسـلم
“Suatu
hadis yang sanadnya bersambung dan marfu’ disandarkan kepada Nabi saw.”
E.
HADIS
DITINJAU DARI SIFAT SANAD DAN CARA PENYAMPAIAN PERIWAYATAN
1.
Hadis Mu’an’an
مـا يـقـال فى
سنـده فلان عن فلان من غـير بيـان للـفظ التحــديث أو الإخبــار أو السمـــاع
“Hadis
yang disebutkan dalam sanadnya (عن ) diriwayatkan oleh si Fulan dari si Fulan,
dengan tidak menyebutkan perkataan memberitakan, mengabarkan, atau mendengar.”
2.
Hadis Muannan
مـا يقـال فى
سـنـجه : حـدثنـا فـلان أن فــلانـا حـــدثـه بكـــذا
“Hadis
yang dikatakan dalam sanadnya memberitakan kepada kami bahwasanya si Fulan
memberitakan kepadanya begini.”
3.
Hadis Musalsal
تتـابع رجـال
إسـناده على صفـة أو حالة للــرواة تـارة وللـرواية تـارة أخــرى
“Keikutsertaan
para perawi hadis dalam sanad secara berturut-turut pada satu sifat atau pada
satu keadaan, terkadang bagi para perawi dan terkadang bagi periwayatan.”
4.
Hadis ‘Ali dan
Nazil
a.
Hadis Ali, yaitu;
مـا قـل عـدد رواتـه
إلي الرسـول صلى الله عليه وسـلم بالنسـبة
لســند آخــر
“Suatu
hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah saw dibandingkan
dengan sanad lain.”
b.
Hadis Nazil, yaitu;
مـا كـثر عـدد
رواتـه إلى الـرسـول صلى الله عليه وسلم بالنـسبـة لسـند آخـر
“Hadis yang banyak jumlah perawinya sampai kepada Rasulallah saw
dibandingkan sanad lain.”
SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.
Hadis yang
diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut kebiasaan bahwa mereka
bersepakat untuk berdusta adalah pengertian dari ……………………
A.
Hadis Ahad
B.
Hadis Shahih
C.
Hadis Hasan
D.
Hadis Dha’if
E.
Hadis Mutawatir
2.
Berikut ini
adalah kriteria Hadis Mutawatir, kecuali ………………………
A.
Jumlah perawinya
banyak.
B.
Jumlah perawi
pada setiap tingkatan tidak kurang dari batas minimal.
C.
Mereka mustahil
berdusta
D.
Sandaran
riwayatnya adalah pancaindera.
E.
Perawinya Dhabit
3.
Hadis yang tidak
memenuhi syarat hadis mutawatir disebut hadis …………………
A.
Ahad
B.
Maqbul
C.
Masyhur
D.
Munqathi’
E.
Mudallas
4.
Hadis yang
diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih perawi dan tidak memenuhi syarat-syarat
hadis mutawatir disebut hadis …………………………….
A.
Ahad
B.
Maqbul
C.
Masyhur
D.
Munqathi’
E.
Aziz
5.
Hadis yang
diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih pada setiap tingkatan sanad,
tetapi tidak sampai pada derajat mutawatir disebut hadis ………………………….
1.
Ahad
2.
Maqbul
3.
Masyhur
4.
Munqathi’
5.
Mu’dhal
6.
Hadis yang
diriwayatkan tidak kurang dari dua orang pada setiap tingkatan sanadnya disebut
hadis ….
A.
Aziz
B.
Ahad
C.
Maqbul
D.
Masyhur
E.
Gharib
7.
Hadis yang
diriwayatkan minimal seorang perawi pada setiap tingkatannya disebut hadis
…………………
A.
Aziz
B.
Ahad
C.
Gharib
D.
Maqbul
E.
Masyhur
8.
Hadis yang
bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, dhabith, diterima
dari perawi yang sama (kualitas) dengannya sampai pada akhir sanad, tidak syadz
dan tidak ber’illat disebut hadis ……………………..
A.
Ahad
B.
Gharib
C.
Shahih
D.
Maqbul
E.
Masyhur
9.
Berikut ini
adalah kriteria Hadis Shahih, kecuali ………………………………
A.
Sanadnya
bersambung
B.
Perawi kurang
dhabit
C.
Perawi sangat
adil
D.
Tidak Syadz
E.
Tidak ber’illat
10. Hadis Hasan Lidzatihi yang diriwayatkan melalui jalan lain
oleh perawi yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat daripadanya adalah makna
dari hadis ……………………..
A.
Shahih li
dzatihi
B.
Shahih li
ghairihi
C.
Hasan li dzatihi
D.
Hasan li
ghairihi
E.
Mutawatir lafzi
11. Hadis yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi
yang adil, kurang ke-dhabith-annya, dari perawi yang sama kualitas dengannya sampai
ke akhir sanad, tidak syaz dan tidak beri’illat disebut hadis ……………………
A.
Shahih
B.
Hasan
C.
Dha’if
D.
Shahih li
ghairihi
E.
Hasan li ghairi
12. Hadis dha’if yang diriwayatkan lebih dari satu jalan, dan
sebab ke-dha’ifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta disebut hadis
…………………………….
A.
Shahih
B.
Hasan
C.
Dha’if
D.
Hasan li
ghairihi
E.
Shahih li
ghairihi
13. Hadis yang tidak memenuhi sifat shahih dan hasan disebut
hadis …………………………….
A.
Shahih
B.
Dha’if
C.
Hasan
D.
Hasan li
ghairihi
E.
Shahih li
ghairihi
14. Berikut ini kriteria Hadis Hasan, kecuali …………………………………
A.
Sanadnya
bersambung
B.
Perawi kurang
dhabit
C.
Perawi adil
D.
Tidak syadz
E.
Tidak ber’illat
15. Hadis yang dihapus dari awal sanadnya seorang perawi atau
lebih secara berturut-turut disebut ……….
A.
Mu’allaq
B.
Mursal
C.
Mu’dhal
D.
Munqathi’
E.
Mudallas
16. Hadis yang gugur dari akhir sanadnya seorang perawi sesudah
Tabi’iy disebut …………..
A.
Mu’allaq
B.
Mursal
C.
Mu’dhal
D.
Munqathi’
E.
Mudallas
17. Hadis yang gugur dari sanadnya dua orang perawi atau lebih
secara berturut-turut disebut …………….
A.
Mu’allaq
B.
Mursal
C.
Mu’dhal
D.
Munqathi’
E.
Mudallas
18. Hadis yang tidak bersambung sanadnya, dan keterputusan sanad
tersebut bisa terjadi dimana saja disebut ………………..
A.
Mu’allaq
B.
Mursal
C.
Mu’dhal
D.
Munqathi’
E.
Mudallas
19. Hadis yang kecacatannya disembunyikan dalam sanad, dan
menampakkan pada lahirnya seperti baik disebut ………………….
A.
Mu’allaq
B.
Mursal
C.
Mu’dhal
D.
Munqathi’
E.
Mudallas
20. Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang tertuduh dusta
disebut …………….
A.
Mursal
B.
Mu’dhal
C.
Matruk
D.
Majhul
E.
Mubham
21. Hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang tidak
dikenal jati diri dan identitasnya disebut ………..
A.
Mursal
B.
Mu’dhal
C.
Matruk
D.
Majhul
E.
Mubham
22. Hadis yang diriwayatkan seorang perawi yang tidak disebutkan
namanya baik dalam sanad maupun dalam matan disebut …………………….
A.
Mursal
B.
Mu’dhal
C.
Matruk
D.
Majhul
E.
Mubham
23. Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang sering berbuat
kekeliruan, kelalaian, kefasikan secara nyata disebut ……………………
A.
Majhul
B.
Mubham
C.
Munkar
D.
Mu’allal
E.
Mudraj
24. Hadis yang jika diteliti secara cermat terdapat ‘illat yang
merusak ke-shahihaan hadis, meskipun secara zahir tidak terlihat ke-cacatannya
disebut ……………………
A.
Majhul
B.
Mubham
C.
Munkar
D.
Mu’allal
E.
Mudraj
25. Sesuatu yang dimasukkan ke dalam matan suatu hadis yang
bukan bagian dari matan hadis tersebut, tanpa ada pemisahan diantara keduanya
disebut ……………………..
A.
Munkar
B.
Mu’allal
C.
Mudraj
D.
Maqlub
E.
Mudhtarib
26. Hadis yang terbalik (redaksinya) baik pada sanad maupun pada
matan disebut ………………….
A.
Munkar
B.
Mu’allal
C.
Mudraj
D.
Maqlub
E.
Mudhtarib
27. Hadis yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang
berlawanan dan masing-masingnya sama kuat disebut …………………………..
A.
Munkar
B.
Mu’allal
C.
Mudraj
D.
Maqlub
E.
Mudhtarib
28. Mengubah kalimat yang terdapat pada suatu hadis menjadi
kalimat yang tidak diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat, baik secara lafaz
maupun makna disebut hadis ……………………..
A.
Mu’allal
B.
Mudraj
C.
Maqlub
D.
Mudhtarib
E.
Musahhaf
29. Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, tetapi
bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih tsiqat atau lebih baik
daripadanya disebut hadis ……………….
A.
Mudraj
B.
Maqlub
C.
Mudhtarib
D.
Musahhaf
E.
Syadzadz
30. Berikut ini adalah macam-macam hadis tinjau dari keterputusan
sanad, kecuali ……………………
A.
Mu’allaq
B.
Mursal
C.
Mu’dhal
D.
Mudhtarib
E.
Mudallas
31. Segala yang diriwayatkan dari Sahabat dalam bentuk perkataan
beliau, perbuatan atau taqrir, baik sanadnya bersambung atau terputus disebut
hadis ………………………
A.
Mursal
B.
Mu’dhal
C.
Munqathi’
D.
Mudhtarib
E.
Mawquf
32. Sesuatu yang
disandarkan kepada Tabi’iy atau generasi yang datang sesudahnya berupa
perkataan atau perbuatan disebut hadis ………………………
A.
Mu’dhal
B.
Maqthu’
C.
Munqathi’
D.
Mawquf
E.
Mudhtarib
33. Suatu hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada
Rasulallah saw dibandingkan dengan sanad lain disebut hadis ………………………..
A.
Ali
B.
Nazil
C.
Maqthu’
D.
Mauquf
E.
Munqathi’
34. Hadis yang banyak jumlah perawinya sampai kepada Rasulallah
saw dibandingkan sanad lain disebut ….
A.
Ali
B.
Nazil
C.
Maqthu’
D.
Mauquf
E.
Munqathi’
35. “Al-Jami’ al-Shahih” adalah sebuah kitab hadis merupakan
karya monumental dari ………………….
A.
Muslim
B.
Bukhari
C.
Al-Tirmizi
D.
Abu Dawud
E.
Ahmad ibn Hanbal
36. Sulaiman ibn al-‘Asy’ats ibn Ishaq al-Azadi al-Sijistani
(202-275 H) menulis kitab hadis yang berjudul ……
A.
Sunan Abu Dawud
B.
Sunan Al-Tirmizi
C.
Sunan Al-Nasa’iy
D.
Shahih
Al-Bukhari
E.
Shahih Muslim
37. Abu Al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi
(204-261 H) adalah seorang ulama ahli hadis yang menulis kitab hadis yang
berjudul ………………………………
A.
Sunan Al-Tirmizi
B.
Sunan Al-Nasa’iy
C.
Sunan Abu Dawud
D.
Shahih muslim
E.
Shahih Bukhari
BAB VII
TAKHRIJ AL-HADIS
B.
PENGERTIAN,
TUJUAN DAN MANFAAT
Takhrij
al-Hadis adalah;
الـدلالة على مـوضع
الحـديث فى مصادره الأصليـة التى أخرجته بسنده ثم بيـان مـراتبـه عند الحاجـة
“Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada
sumber-sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap
dengan sanad-nya masing-masing, dan jika diperlukan dijelaskan kualitas hadis
yang bersangkutan.”
Tujuan
Takhrij al-Hadis :
-
Mengetahui
sumber suatu hadis
-
Mengetahui
kualitas suatu hadis apakah diterima (shahih dan hasan) atau ditolak (dha’if).
Manfaat
Takhrij al-Hadis :
-
Mengenal sumber
kitab hadis
-
Mengenal ulama
periwayat hadis
-
Memperjelas
keadaan sanad
-
Memperjelas
perawi hadis yang samara
-
Dapat membedakan
periwayatan bil makna dan bi riwayah
-
Memperjelas
kualitas hadis
C.
KITAB-KITAB
YANG DIPERLUKAN DALAM MEN-TAKHRIJ
1. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi karya AJ.
Wensinck dan Muhammad Fuad Abdul Baqi
2. Miftah Kunuz al-Sunnah karya AJ. Wensinck dan Muhammad Fuad
Abdul Baqi
3. Al-Isti’ab fi Ma’rifati al-Ashab karya Ibnu Abdi al-Barr
al-Andalusi (w.463 H/1071 M)
4. Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah karya Al-Hafiz Ibnu Hajar
Al-Asqalany (w. 852 H / 1232 M)
5. Al-Thabaqat al-Kubra karya Abu Abdillah Muhammad ibn Sa’ad
Katib al-Waqidi (w. 230 H)
6. Al-Tarikh al-Kabir karya Imam Bukhari (w. 256 H / 870 M)
7. Al-Kamal fi Asma al-Rijal karya Abdul Ghani ibn Abdul Wahid
al-Maqdisi al-Hanbali (w. 600 H)
8. Tahdzib al-Kamal karya Abu al-Hajjaj Yusuf Yusuf ibn al-Zaki
al-Mizzi (w. 742 H)
9. Tahdzib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar Al-Asqalany
10. Tahdzib al-Tahdzib karya Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad
al-Dzahabi (w. 748 H)
11. Khulashah Tahdzib Tahdzib al-Kamal karya Shafiyuddin Ahmad
ibn Abdillah al-Khazraji al-Anshari al-Sa’idi (w. 924 H)
D.
METODE
TAKHRIJ DAN KITAB PENDUKUNGNYA
1.
Takhrij melalui
lafaz pertama matan hadis
a. Al-Jami’ al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir karya Al-Suyuthi
(w. 911 H)
b. Mu’jam Jami’ al-Ushul fi Ahadis al-Rasul karya Imam
al-Mubarak ibn Muhammad ibn al-Atsir al-Jaziri.
c.
Jam’u al-Jawami’
/ Al-Jami’u al-Kabir karya As-Syuyuthi.
2.
takhrij melalui
kata-kata dalam matan hadis
a.
Al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi karya AJ. Wensinck dan Muhammad Fuad
Abdul Baqi.
3.
Takhrij melalui
perawi hadis pertama
a.
Athraf
al-Shahihain karya Imam Abu Mas’ud Ibrahim al-Dimasyqi (w. 400 H)
b.
Athraf al-Kutub
al-Sittah karya Syasuddin al-Maqdisi (w. 507 H)
4.
Takhrij berdasarkan
tema hadis (iman, shalat, zakat, puasa, haji)
a.
Kanzu al-Ummah
fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al karya Al-Muttaqi al-Hindi
b.
Miftah Kunuz
al-Sunnah karya AJ. Wensinck dan Fuad Muhammad Abdul Baqi
c.
Nashbu al-Rayah
fi Takhrij Ahadis al-Hidayah karya Al-Zayla’iy
d.
Al-Dariyah fi
Takhrij Ahadis al-Hidayah karya Ibnu Hajar Al-Asqalany.
5.
Takhrij
berdasarkan status hadis (Qudsi, Masyhur, Mursal)
a.
Al-Azhar
al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya As-Syuyuthi
b.
Al-Ittihafatu
al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah karya Al-Madani
c.
Al-Marasil karya
Imam Abu Dawud.
E.
LANGKAH-LANGKAH
MEN-TAKHRIJ AL-HADIS
1.
Takhrij
al-Hadis, yaitu menelusuri hadis yang dimaksud kepada kitab sumber hadis dengan
menggunakan salah satu metode takhrij.
2.
Al-I’tibar,
yaitu mengkombinasikan (menghubungkan melalui gambar/skema) antara sanad yang
satu dengan sanad lainnya, sehingga terlihat jelas seluruh jalur sanad hadis
yang diteliti.
3.
Tarjamah
al-Ruwat dan Naqd al-Sanad, yaitu pemaparan sejarah atau biografi perawi hadis
secara lengkap disertai kritik, penilaian atau pernyataan ulama hadis
(sahabat/tabi’in besar/tabi’in kecil) tentang pribadi perawi tersebut.
4.
Natijah (Hukum
hadis), yaitu kesimpulan terhadap pemaparan point 1 s/d 3 diatas, sehingga
harus dijelaskan status hukum sanad hadis tersebut (shahih atau dha’if).
5.
Syarhu al-Hadis
(Fiqhu al-Hadis), yaitu penjelasan hukum yang terkandung dalam matan hadis yang
diriwayatkan oleh para perawi hadis tersebut.
SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.
Mengemukakan
letak asal hadis pada sumber-sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan
hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing merupakan pengertian
dari ………………………
A.
Al-I’tibar
B.
Al-Natijah
C.
Takhrij al-Hadis
D.
Syarhu al-Hadis
E.
Tarjamah al-Ruwat
2.
Penjelasan hukum
yang terkandung dalam matan hadis yang diriwayatkan oleh para perawi hadis
disebut ……………………
A.
Al-I’tibar
B.
Al-Natijah
C.
Takhrij al-Hadis
D.
Syarhu al-Hadis
E.
Tarjamah
al-Ruwat
3.
Pemaparan
sejarah atau biografi perawi hadis secara lengkap disertai kritik, penilaian
atau pernyataan ulama hadis (sahabat/tabi’in besar/tabi’in kecil) tentang
pribadi perawi tersebut disebut ……………
A.
Al-I’tibar
B.
Al-Natijah
C.
Takhrij al-Hadis
D.
Syarhu al-Hadis
E.
Tarjamah
al-Ruwat
4.
Mengkombinasikan
(menghubungkan melalui gambar/skema) antara sanad yang satu dengan sanad
lainnya, sehingga terlihat jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti
disebut ………………………….
A.
Al-I’tibar
B.
Al-Natijah
C.
Takhrij al-Hadis
D.
Syarhu al-Hadis
E.
Tarjamah a-Ruwat
5.
Berikut ini
adalah metode-metode dalam men-Takhrij al-Hadis, kecuali …………………….
A.
Takhrij melalui
kata-kata dalam matan hadis
B.
Takhrij
berdasarkan status hadis
C.
Takhrij
berdasarkan tema hadis
D.
Takhrij melalui
lafaz pertama matan hadis
E.
Takhrij melalui
perawi terakhir
6.
Kitab induk yang
dibutuhkan ketika men-Takhrij al-Hadis melalui lafaz pertama matan hadis adalah
….
A.
Miftah Kunuz
al-Sunnah
B.
Al-Ittihafatu
al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah
C.
Al-Jami’
al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D.
Al-Azhar
al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E.
Al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
7.
Kitab induk yang
diperlukan ketika men-Takhrij al-Hadis melalui kata-kata dalam matan hadis
adalah …
A.
Miftah Kunuz
al-Sunnah
B.
Al-Ittihafatu
al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah
C.
Al-Jami’
al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D.
Al-Azhar
al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E.
Al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
8.
Kitab induk yang
diperlukan ketika men-takhrij hadis melalui tema hadis adalah ……..
A.
Miftah Kunuz
al-Sunnah
B.
Al-Ittihafatu
al-Saniyyah fi al-Ahadis al-Qudsiyyah
C.
Al-Jami’
al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D.
Al-Azhar
al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E.
Al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
9.
Kitab induk yang
diperlukan saat men-Takhrij al-Hadis melalui status hadis adalah ……………….
A.
Miftah Kunuz
al-Sunnah
B.
Al-Dariyah fi
Takhrij Ahadis al-Hidayah
C.
Al-Jami’
al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D.
Al-Azhar
al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E.
Al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
10. Kitab induk yang diperlukan saat men-Takhrij al-Hadis
melalui perawi hadis pertama adalah ……………
A.
Athraf al-Kutub
al-Sittah
B.
Al-Dariyah fi
Takhrij Ahadis al-Hidayah
C.
Al-Jami’
al-Shaghir min Hadis al-Basyir al-Nadzir
D.
Al-Azhar
al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah
E.
Al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfadz al-Hadis al-nabawi
BAB VIII
HADIS
MAUDHU’
A. PENGERTIAN
ما نسب إلى رسول
الله صلى الله عليه وسلم اختلاقا وكـذبا مما لم يقـله أو يفعـله أو يقـره وقال
بعضهم هو المختلق المصنـوع
“Hadis yang disandarkan kepada Rasulallah saw secara dibuat-buat
dan dusta padahal beliau tiak mengatakan, berbuat maupun menetapkannya. Ulama
lain menyatakan hadis yang diciptakan dan dibuat.”
B.
LATAR
BELAKANG MUNCULNYA
Mayoritas
ulama berpendapat bahwa pemalsuan hadis pertama kali muncul pada masa
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yakni setelah terjadinya perpecahan antara
kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Mu’awiyah yang berakhir dengan
penerimaan Ali terhadap Tahkim, dan akibatnya baik pengikut Ali maupun Muawiyah
memisahkan diri dan membuat kelompok tersendiri, lalu guna mendukung
kelompoknya mereka berargumen menggunakan Al-Quir’an dan Hadis, dan ketika
tidak didapatkan pada keduanya mereka membuat hadis-hadis palsu.
Beberapa
motif yang melatar belakangi munculnya hadis palsu antara lain;
2.
Pertentangan
politik
3.
Usaha Kaum
Zindiq memecah belah umat Islam.
4.
Sikap fanatik
buta terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri atau pemimpin
5.
Mempengaruhi
kaum awam dengan cerita atau kisah-kisah
6.
Perselisihan
mazhab dan ilmu kalam
7.
Semangat
berlebihan dalam beribadah tanpa didasari ilmu pengetahuan
8.
Menjilat para
pemimpin / penguasa
C.
KAIDAH
/ METODE MENGETAHUI HADIS MAWDHU’
1.
Ciri-ciri yang
terdapat pada sanad :
a. Pengakuan si pemalsu hadis itu sendiri bahwa ia telah
memalsukan hadis
b. Kenyataan sejarah atau keadaan yang menunjukkan bahwa perawi
tidak bertemu dengan orang yang diakui sebagai gurunya.
c.
Perawi tersebut
dikenal sebagai seorang pendusta.
2.
Ciri-ciri yang
terdapat pada matan :
a. Terdapat kerancuan pada lafaz hadis yang diriwayatkan
b. Maknanya rusak dan tidak dapat diterima akal sehat
c.
Bertentangan
dengan nas Al-Qur’an, hadis mutawatir, dan ijma’
d. Matannya menyebutkan pahala atau ancaman yang sangat besar
atas perbuatan yang kecil.
e. Terlalu melebih-lebihkan salah satu sahabat.
D.
UPAYA
PENYELAMATAN HADIS MAUDHU’
1.
Memelihara sanad
dan hadis
2.
Meningkatkan
kesungguhan dalam meneliti hadis
3.
Melakukan studi
kritik terhadap perawi hadis khususnya pada sifat kejujuran dan kedustaan
4.
Menerangkan
keadaan para perawi
5.
Menyusun kaidah-kaidah
umum untuk meneliti hadis.
E.
PARA
PENDUSTA HADIS MAUDHU’
a.
Aban ibn Ja’far
an-Numaiqi, membuat 300 hadis palsu yang disandarkan kepada Abu Hanifah
b.
Ibrahim ibn Zaid
al-Aslami, menyandarkan hadis palsu kepada Malik
c.
Ahmad ibn
Abdullah al-Juwaini, membuat ribuan hadais palsu untuk kepentingan kelompok
AL-Karramiyah
d.
Jabir ibn Zaid
Al-Jua’fi, membuat 30.000 hadis palsu
e.
Nuh ibn Abu
Maryam, membuat hadis palsu tentang fadhail surat-surat Al-Qur’an
f.
Muhammad ibn
Syuja’ Al-Wasithi
g.
Al-Harits ibn
Abdullah Al-Anwar
h.
Muqatil ibn
Sulaiman
i.
Muhammad ibn
Sa’id Al-Mashlub,
j.
Al-Waqidi
k.
Ibnu Abu Yahya
SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar diantara
A, B, C, D, atau E !
1.
Hadis yang
disandarkan kepada Rasulallah saw secara dibuat-buat dan dusta padahal beliau
tidak mengatakan, berbuat maupun menetapkannya adalah pengertian dari hadis
…………………..
A.
Shahih
B.
Hasan
C.
Dha’if
D.
Maudhu’
E.
Maqbul
2.
Jumhur ulama
berpendapat bahwa Hadis Maudhu’ pertama kali muncul pada masa pemerintahan ……
A.
Abu Bakar
As-Shiddiq
B.
Umar bin
Khaththab
C.
Usman bin Affan
D.
Ali bin Abi
Thalib
E.
Mu’awiyah bin
Abi Syufyan
3.
Peristiwa Tahkim
terjadi akibat perseteruan antara kelompok ……………………………..
A.
Mu’awiyah dan
Abu Bakar As-Shiddiq
B.
Mu’awiyah dan
Abu Syufyan
C.
Ali bin Abi
Thalib dan Usman bin Affan
D.
Ali bin Abi
Thalib dan Mu’awiyah
E.
Ali bin Abi
Thalin dan Umar bin Khaththab
4.
Tokoh pembuat
hadis palsu tentang keutamaan membaca surat-surat dalam Al-Qur’an adalah ………
A.
Jabir ibn Zaid
Al-Jua’fi
B.
Nuh ibn Abu
Maryam
C.
Ibrahim ibn Zaid
al-Aslami
D.
Aban ibn Ja’far
an-Numaiqi
E.
Muhammad ibn
Syuja’ Al-Wasithi
5.
Ciri-ciri Hadis
Maudhu’ yang terdapat pada sanad adalah ………………………………
A.
Terdapat
kerancuan pada lafaz hadis yang diriwayatkan
B.
Maknanya rusak
dan tidak dapat diterima akal sehat
C.
Pengakuan si
pemalsu hadis itu sendiri
D.
Bertentangan
dengan nas Al-Qur’an, hadis mutawatir, dan ijma’
E.
Terlalu
melebih-lebihkan salah satu sahabat
BAB IX
BIOGRAFI ULAMA HADIS
A.
SAHABAT
YANG BERGELAR AL-MUKTSIRUNA FI AL-HADIS
1. Abu Hurairah (19 SH – 59 H)
Beliau
bernama Abdurrahman ibn Sakhr al-Dausi al-Yamani. Hadis yang dihafalnya
sebanyak 5.374 hadis yang bersumber langsung dari Rasulallah saw. Para sahabat yang
meriwayatkan hadisnya antara lain; Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Umar, Jabir
ibn Abdillah, Anas bin Malik. Para tabi’in
yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Sa’id ibn Al-Musayyab, Ibnu Sirin,
Ikrimah, Atha’, Mujahid, dan Al-Sya’bi.
2. Abdullah ibn Umar ibn Khaththab (10 SH – 73 H)
Beliau
bernama Abdullah ibnu Umar ibn al-Khaththab ibn Nufail al-Quraisyi al-‘Adawi
Abu Abdurrahman al-Makki. Hadis yang dihafalkannya sebanyak 2.630 hadis. Selain
dari Rasulallah saw beliau menerima hadis antara lain dari; Abu Bakar
al-Shiddiq, Umar ibn Khaththab, Usman ibn Affan, Abu Dzar, Mu’adz ibn Jabal,
‘Aisyah, Zaid, dan Hafsah binti Umar. Para sahabat dan tabi’in yang
meriwayatkan hadisnya antara lain; Bilal, Jabir ibn Abdillah, Abdullah ibn
Abbas, Nafi’, Sa’id ibn Al-Musayyab, ‘Alqamah ibn Waqqash, Abdullah ibn Dinar,
‘Urwah ibn Zubair, ‘Atha’, Mujahid, dan Muhammad ibn Sirin.
3. Anas bin Malik (10 SH – 93 H)
Beliau
bernama Anas ibn Malik ibn Al-Nadhr ibn Dhamdham al-Anshari al-Khazraji
al-Najjari. Hadis yang dihafalnya sebanyak 2.286 hadis. Selain dari Rasulallah
saw, beliau menerima hadis antara lain dari; Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn
Khaththab, Usman ibn Affan, Abdullah ib Mas’ud, Abdullah ibn Rawahah, Fathimah
al-Zahra, dan Abdurrahman ibn ‘Auf. Para tabi’in
yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Al-Hasan, Abu Qalabah, Abu Majaz,
Muhammad ibn Sirin, dan Ibnu Syihab al-Zuhri.
4. ‘Aisyah Ummul Mukminin (9 SH – 58 H)
Beliau
bernama ‘Aisyah binti Abu Bakar al-Shiddiq. Hadis yang dihafalnya sebanyak
2.210 hadis. Selain dari Rasulallah saw, beliau menerima hadis antara lain dari;
Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn Khaththab, Sa’ad ibn Abi Waqqash, dan Usaid ibn
Khudhair. Para sahabat yang meriwayatkan
hadisnya antara lain; Abu Hurairah, Abu Musa Al-Asy’ari, Zaid ibn Khalid
al-Juhni, dan Shafiah binti Syaibah. Para tabi’in yang meriwayatkan hadis
antara lain; Sa’id ibn al-Musayyab, ‘Alqamah ibn Qais, Masruq ibn al-Ajda’,
‘Aisyah binti Thalhah, ‘Amrah binti Abdurrahman, dan Hafsah binti Sirin.
5. Abdullah ibn Abbas (3 SH – 68 H)
Beliau
bernama Abu al-‘Abbas Abdullah ibn Abbas ibn Abdul Muthalib ibn Hasyim ibn
Abdil Manaf al-Quraisyi al-Hasyimi. Hadis yang dihafalnya sebanyak 1.660 hadis.
Selain dari Rasulallah saw, beliau menerima hadis antara lain dari; ayahnya
Abbas ibn Abdul Muthalib, ibunya Ummu al-Fadhal. Istri Nabi saw Maimunah binti
Al-Haris, Abu Bakar, Umar ibn Khaththab, Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib,
Abdurrahman ibn ‘Auf, Mu’adz bin Jabal, Abu Dzar al-Ghifari, Ubay ibn Ka’ab,
Tamim al-Dari, Khalid ibn al-Walid, Usamah ibn Zaid, Abu Sa’id al-Khudri, Abu
Hurairah, dan Mu’awiyah ibn Abu Syufyan. Para
sahabat yang meriwayatkanhadisnya antara lain; Abdullah ibn ‘Amr ibn Tsa’labah
ibn al-Hakam al-Laitsi, Al-Mansur ibn Makhramah, dan Abu al-Thufail. Para
Tabi’in antara lain; Sa’id ibn al-Musayyab, Abdullah ibn al-Harits ibn Naufal,
Abu Salamah ibn Abdurrahman, Al-Qasim ibn Muhammad, Ikrimah, ‘Atha’, Thawus,
Kuraib, Sa’id ibn Jubair, Mujahid, dan ‘Amr ibn Dinar.
6. Jabir ibn Abdullah (16 SH – 78 H)
Beliau
bernama Jabir ibn Abdillah ibn ‘Amr ibn Haram ibn Tsa’labah al-Khazraji al-Salami
al-Anshari Abu Abdillah. Hadis yang dihafalnya sebanyak 1.540 hadis. Selain
dari Rasulallah saw, beliau menerima hadis antara lain dari; Abu Bakar, Umar
ibn Khaththab, Ali ibn Abi Thalib, Abu ‘Ubaidah, Thalhah, Mu’adz ibn Jabal,
‘Ammar ibn Yasir, Khalid ibn Walid, Abu Hurairah, Abu Sa’id, dan Abdullah ibn
Unais. Para sahabat dan tabi’in yang meriwayatkanhadisnya antara lain;
Abdurrahman ibn Jabir, Uqail ibn Jabir, Muhammad ibn Jabir, Sa’id ibn
Al-Musayyab, Mahmud ibn Lubaid, ‘Amr ibn Dinar, dan Abu Ja’far al-Baqir.
7. Abu Sa’id Al-Khudri (12 SH – 74 H)
Beliau
bernama Sa’ad ibn Malik ibn Sinan al-Khudri al-Khazraji al-Anshari. Hadis yang
dihafalnya sebanyak 1.170 hadis. Selain dari Rasulallah saw, beliau menerima
hadis antara lain dari; Malik ibn Sinan, Qatadah ibn Nu’man, Abu Bakar
al-Shiddiq, Umar ibn Khaththab, Usman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Zaid ibn
Tsabit, Abu Qatadah al-Anshari, Abdullah ibn Salam, Ibnu Abbas, Abu Musa
al-Asy’ari, Mu’awiyah ibn Abi Syufyan, dan Jabir ibn Abdillah. Para sahabat dan
tabi’in yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Abdurrahman ibn Sa’id, Zainab
binti Ka’ab ibn “Ajrah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Jabir bin Abdullah, Zaid bin
Tsabit, Abu Umamah ibn Sahal, Ibnu Musayyab, dan Tharib ibn Syihab.
B.
PELOPOR
PENGKODIFIKASIAN HADIS DAN ILMU HADIS
1. Umar bin Abdul Aziz (61 – 101 H)
Beliau
bernama Umar ibn Abdul Aziz ibn Marwan ibn al-Hakam ibn Abi al-‘Ash ibn Umayyah
ibn ‘Abdi al-Syams al-Quraisyi al-Umawi Abu Hafsh al-Madani al-Dimasyqi, Amiril
Mukminin. Beliau menerima hadis antara lain dari; Anas, Al-Sa’ib ibn Yazid,
Abdullah ibn Ja’far, Yusuf ibn Abdillah ibn Salam, dan Khaulah binti Hakim.
Para perawi yang meriwayatkan hadisnya antara lain; Abu Salamah ibn
Abdirrahman, Abdullah ibn Umar ibn Abdul Aziz, Abdul Aziz ibn Umar ibn Abdul
Aziz, Zuban ibn Abdil Aziz, Maslamah ibn Abdil Malik ibn Marwan, Abu Bakar
Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm, ibnu Syihab al-Zuhri, dan Anbasah ibn Sa’id ibn
al-‘Ash.
2. Abu Bakar ibn Muhammad ibn Hazm (w. 117 H)
Beliau
bernama Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm al-Anshari al-Khazraji
al-Najjari al-Madani al-Qadhi. Beliau menerima hadis antara lain dari; Abdullah
ibn Zaid ibn Abd Rabbah al-Anshari, Amrah binti Abdurrahman, Abu Hayyah
al-Badari, Khaldiah binti Anas, Ubadah ibn Tamim, Salman Al-Agari, Abdullah ibn
Qais ibn Mahramah, Abdullah ibn Umar ibn Usman, Amr ibn Salim al-Zarqa, Umar
ibn Abdul Aziz, dan Abu Salamah ibn Abdurrahman. Para muridnya antara lain;
Abdullah ibn Abu Bakar ibn Hazm, Muhammad ibn Ammarah ibn Muhammad ibn Hazm,
Amr ibn Dinar, Ibnu Syihab al-Zuhri, Yahya ibn Al-Hadi, Abdullah ibn
Abdurrahman, Abdurrahman ibn Abdillah al-Mas’udi, Aflah ibn Humaid, Ubaiy ibn
Abbas, Abu Hisain, dan Sa’id ibn Abu Hilal.
3. Muhammad ibn Syihab al-Zuhri (50 – 124 H)
Beliau
bernama Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn ‘Ubaidillah ibn Syihab ibn Abdillah
ibn al-Harits ibn Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah al-Quraisyi al-Zuhri al-Madani. Beliau
dikenal ulama yang tangkas, setia, berpendirian kuat, dan sangat kuat
hafalannya, beliau mampu menghafal Al-Qur’an dalam tempo 80 hari saja. Beliau
adalah pendiri Ilmu Hadis Riwayah dan merupakan tokoh kunci kodifikasi hadis. Beliau
menerima hadis antara lain dari; Anas bin Malik, Abdullah ibn Umar, Jabir ibn
Abdullah, Sahal ibn Sa’ad, Abu Thufail, Al-Mansur ibn Makhramah, Abu Idris
al-Khaulani, Abdullah ibn al-Haris ibn Naufal, Al-Hasan ibn Muhammad ibn
al-Hanafiyah, Abdullah ibn Muhammad ibn al-Hanafiyah, Harmalah mawla Usamah ibn
Zaid, Abdullah – Ubaidillah – Salim (ibn Umar ibn Abdul Aziz), Abdul Aziz ibn
Marwan, Kharijah ibn Zaid ibn Tsabit, dan Sa’id ibn al-Musayyab.
4. Al-Ramahurmuzi (265 – 360 H)
Beliau
bernama Abu Muhammad al-Hasan ibn Abdurrahman ibn Khallad al-Ramahurmuzi. Beliau
adalah pendiri Ilmu Hadis Dirayah. Para gurunya antara lain; Abdurrahman ibn
Khallad al-Ramahurmuzi, Abu Hushain Muhammad ibn al-Husain al-Wadi’iy, Abu
Ja’far Muhammad ibn Abdullah al-Hadhramy, Abu Ja’far Muhammad ibn al-Husain
al-Khats’ami, dan Abu Ja’far Umar ibn Ayyub al-Saqthi. Para
muridnya antara lain; Abu al-Husain Muhammad ibn Ahmad al-Shaidawi, Al-Hasan
ibn al-Laits al-Syirazi, Abu Bakar Muhammad ibn Musa ibn Mardawaih, dan
Abdullah ibn Ahmad ibn Ali al-Baghdadi.
5. Imam Malik bin Anas (93 – 179 H)
Beliau
bernama Imam Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abu Amir ibn Amir ibn
al-Harits. Beliau seorang faqih dan pendiri mazhab Maliki. Karya monumentalnya
adalah “Al-Muwaththa’” Para gurunya antara
lain; Nafi ibn Nu’aim, dan Ibnu Syihab al-Zuhri. Para
muridnya antara lain; Al-Auza’iy, Syufyan al-Tsauri, Syufyan ibn Uyainah, Ibnu
al-Mubarak, dan Imam As-Syafi’iy.
6. Imam Syafi’iy (150 – 204 H)
Beliau
bernama Abu Abdillah Muhammad ibn Idris al-Abbas ibn Usman ibn Syafi’iy ibn
Saib al-Hasyimy al-Muthaliby al-Quraisyi. Beliau seorang pendiri mazhab
Syafi’iy yang banyak diikuti oleh umat Islam di dunia. Karya monumental beliau
adalah “Al-Umm” dan “al-Risalah”. Kumpulan fatwa beliau ketika berada di Baghdad disebut “Qaul
Qadim”, sementara kumpulan fatwa ketika beliau berada di Mesir disebut “Qaul
Jadid”. Beliau berguru di bidang Hadis antara lain pada; Imam Malik ibn Anas,
Muslim Khalid, Ibnu Uyainah, dan Ibrahim ibn Sa’d. Para
ulama yang pernah berguru pada beliau antara lain; Imam Ahmad ibn Hanbal
(pendiri mazhab Hambali), Al-Humaidi, Abu al-Tahir ibn Al-Buwaithy, dan
Muhammad ibn Abdul Hakam.
7. Imam Ahmad ibn Hanbal (164 – 241 H)
Beliau
bernama Abu Abdillah ibn Muhammad ibn Hanbal al-Marwazy. Beliau seorang pendiri
mazhab Hambali. Karya monumentalnya adalah “Musnad Ahmad ibn Hanbal” yang
memuat 40.000 hadis, dan merupakan kitab musnad yang terbaik dan terbesar dari
kitab-kitab musnad yang pernah ada. Diantara para gurunya adalah; Imam
Syafi’iy, Syufyan ibn Uyainah, Ibrahim ibn Sa’ad, dan Yahya ibn Qaththan. Para
ulama yang pernah berguru padanya antara lain; Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Ibnu Abdi Dunya, dan Ahmad ibn Abi Al-Hawarimy.
8. Imam Al-Bukhari (194
– 256 H)
Beliau
bernama Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn
Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari. Beliau mempelajari hadis berikut perawinya sejak
sebelum usia 10 tahun. Karya monumentalnya adalah “Al-Jami’ al-Shahih li al-Bukhari”
yang disusun selama 16 tahun yang beliau dengar dari lebih 70.000 orang perawi
hadis, dan berisikan kurang lebih 7.397 hadis. Beliau hafal 100.000 hadis
shahih dan 200.000 hadis tidak shahih. Beliau berguru hadis antara lain kepada;
Ubaidillah ibn Musa, Muhammad ibn Abdillah AL-Anshari, Affan, Abi ‘Ashim
al-Nabil, Makki ibn Ibrahim, Ali Al-Madini, dan Imam Ahmad ibn Hanbal.
9. Imam Muslim (204 – 261 H)
Beliau
bernama Abu Husain Muslim ibn Al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi. Karya
monumental beliau adalah “”Shahih Muslim” yang disusunnya selama 12 tahun yang
berisi kurang lebih 4.000 hadis. Para gurunya antara lain; Yahya ibn Yahya,
Ishaq ibn Rahawaih, Muhammad ibn Mahran, Ahmad ibn Hanbal, Abdullah ibn Maslamah,
Qatadah ibn Sa’id, Muhammad ibn Al-Mutsanna, dan Imam Muslim. Para muridnya
antara lain; Abu Hatim, Musa ibn Haran, Abu Isa al-Tirmizi, Yahya ibn Sa’id,
Ibnu Khuzaimah, ‘Awwanah, dan Ahmad ibn Al-Mubarak.
10. Imam Abu Dawud (202 – 275 H)
Beliau
bernama Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Asy’ats ibn Ishaq al-Sijistani. Para gurunya antara lain; Abdullah ibn Maslamah
Al-Qa’nabi, Abu al-Walid al-Thayalisi, Abu Amar Al-Hawdhi, Ibrahim ibn Musa
al-Farra’, Abu Bakar ibn Abu Syaibah, dan Ahmad ibn Hanbal. Para
muridnya antara lain; al-Tirmizi, al-Nasa’iy, Abu ‘Awanah, Ya’qub ibn Ishaq
al-Isfirayini, dan Ahmad ibn Muhammad ibn Harun. Karya monumentalnya adalah
“Sunan Abi Dawud” yang berisi kurang lebih 4.800 hadis.
11. Imam At-Tirmizi (200 – 279 H)
Beliau
bernama Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Tsurah ibn Musa ibn Dhahak al-Sulami
al-Bughi al-Tirmizi. Para gurunya antara lain;
Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn Musa, Al-Bukhari, dan Muslim. Diantara para
muridnya Muhammad ibn Ahmad ibn Mahbub. Karya monumentalnya adalah “Jami’
al-Tirmizi” atau dikenal dengan nama “Sunan al-Tirmizi”.
12. Imam An-Nasa’iy (215 – 303 H)
Beliau
bernama Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr
al-Khurasani al-Nasa’iy. Para gurunya antara
lain; Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn Ibrahim, dan Abu Dawud. Para
muridnya antara lain; Abu Nasher al-Dhalaby, Abdul Qasim al-Thabari dan Abdul
Karim al-Nasa’iy. Karya monumentalnya adalah “Sunan al-Kubra” yang dikenal
dengan nama “Sunan al-Nasa’iy”.
13. Imam Ibnu Majah (207 – 273 H)
Beliau
bernama Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini. Lahir di Qazwin salah satu kota di Iran,
belajar hadis di beberapa kota
antara lain; Irak, Hijaz, Mesir dan Syam. Karya monumentalnya adalah “Sunan
Ibnu Majah” yang berisikan kurang lebih 4.341 hadis.
14. Imam At-Thabrani
Beliau
bernama Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad al-Syami. Lahir di Thabariyah sebuah kota di Palestina. Karya
terbesarnya adalah “Al-Mu’jam al-kabir” yang berjumlah 12 jilid.
15. Imam Ad-Daruquthni
Beliau
bernama Abu al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad al-Daruquthni al-Baghdadi. Lahir di
Daruquthni sebuah kota di Baghdad. Karya besarnya adalah “As-Sunan”
yang dikenal dengan nama “Sunan al-Daruquthni”.
16. Imam Ibnu Khuzaimah
Beliau
bernama Abu Bakar Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah As-Salam An-Naisaburi. Lahir
di Naisabur. Karya terbesarnya adalah “Shahih Ibn Khuzaimah”
17. Imam Ibnu Hibban
Beliau
bernama Abu Hatim Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad At-Tamimi Al-Busti. Lahir di
Busti daerah di Sijistan. Karya terbesarnya adalah “Shahih ibnu Hibban”.
SOAL LATIHAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban yang Dianggap Paling Benar
diantara A, B, C, D, atau E !
1.
Abdurrahman ibn
Sakhr al-Dausi al-Yamani adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang dikenal
dengan nama ……………………..
A.
Ibnu Umar
B.
Ibnu Abbas
C.
Ibnu ‘Amr
D.
Abu Hurairah
E.
Ibnu Musayyab
2.
Abu al-Qasim
Sulaiman ibn Ahmad al-Syami adalah seorang perawi hadis yang dikenal dengan
nama ………………………..
A.
Imam
Al-Daruquthni
B.
Imam Ibnu Hibban
C.
Imam ibnu
Khuzaimah
D.
Imam Al-Thabrani
E.
Imam Ibnu majah
3.
Tokoh pendiri
Ilmu Hadis Riwayah adalah ……………………
A.
Imam Bukhari
B.
Imam Muslim
C.
Al-Ramahurmuzi
D.
Ibnu Syihab
al-Zuhri
E.
Khalifah Umar
bin Abdul Aziz
4.
Tokoh pendiri
Ilmu Hadis Dirayah adalah ………………………
A.
Imam Bukhari
B.
Imam Muslim
C.
Al-Ramahurmuzi
D.
Ibnu Syihab
al-Zuhri
E.
Khalifah Umar
bin Abdul Aziz
5.
Abu Hatim
Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad At-Tamimi Al-Busti adalah seorang perawi hadis
yang dikenal dengan nama ……………………..
A.
Imam
Al-Daruquthni
B.
Imam Ibnu Hibban
C.
Imam ibnu
Khuzaimah
D.
Imam Al-Thabrani
E.
Imam Ibnu majah
6.
Abu Bakar
Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah As-Salam An-Naisaburi adalah seorang perawi
hadis yang lebih dikenal dengan nama ………………..
A.
Imam
Al-Daruquthni
B.
Imam Ibnu Hibban
C.
Imam ibnu
Khuzaimah
D.
Imam Al-Thabrani
E.
Imam Ibnu majah
7.
Abu al-Hasan Ali
ibn Umar ibn Ahmad al-Daruquthni al-Baghdadi adalah perawi hadis yang dikenal
dengan nama ………………………………
A.
Imam
Al-Daruquthni
B.
Imam Ibnu Hibban
C.
Imam ibnu
Khuzaimah
D.
Imam Al-Thabrani
E.
Imam Ibnu majah
8.
Abu Abdullah
Muhammad ibn Yazid al-Qazwini adalah seorang ulama hadis yang dikenal dengan
nama …………………..
A.
Imam
Al-Daruquthni
B.
Imam Ibnu Hibban
C.
Imam ibnu
Khuzaimah
D.
Imam Al-Thabrani
E.
Imam Ibnu majah
9.
Abu Abdurrahman
Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr al-Khurasani adalah seorang perawi
hadis yang dikenal dengan nama …………………………
A.
Imam
Al-Daruquthni
B.
Imam Ibnu Hibban
C.
Imam Al-Nasa’iy
D.
Imam Al-Thabrani
E.
Imam Ibnu majah
10. Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Tsurah ibn Musa ibn Dhahak
al-Sulami al-Bughi adalah seorang perawi hadis yang dikenal dengan nama
………………………………..
A.
Imam Al-Tirmizi
B.
Imam Ibnu Hibban
C.
Imam Al-Nasa’iy
D.
Imam Al-Thabrani
E.
Imam Ibnu majah
11. Abu Dawud Sulaiman ibn Al-Asy’ats ibn Ishaq al-Sijistani,
lebih dikenal dengan nama ……………………..
A.
Imam Al-Tirmizi
B.
Imam Abu Dawud
C.
Imam Al-Nasa’iy
D.
Imam Al-Thabrani
E.
Imam Ibnu majah
12. Abu Husain Muslim ibn Al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi,
lebih dikanal dengan nama …………………
A.
Imam Bukhari
B.
Imam Muslim
C.
Al-Ramahurmuzi
D.
Ibnu Syihab
al-Zuhri
E.
Khalifah Umar
bin Abdul Aziz
13. Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah
ibn Bardizbah al-Ju’fi, lebih dikenal dengan nama ……………………….
A.
Imam Bukhari
B.
Imam Muslim
C.
Al-Ramahurmuzi
D.
Ibnu Syihab
al-Zuhri
E.
Khalifah Umar
bin Abdul Aziz
14. Abu Abdillah ibn Muhammad ibn Hanbal al-Marwazy, lebih
dikenal dengan nama …………………….
A.
Imam Bukhari
B.
Imam Muslim
C.
Al-Ramahurmuzi
D.
Ibnu Syihab
al-Zuhri
E.
Ahmad ibn Hanbal
15. Abu Abdillah Muhammad ibn Idris al-Abbas ibn Usman ibn
Syafi’iy ibn Saib al-Hasyimy al-Muthaliby al-Quraisyi adalah seorang ulama
fuqaha dan hadis yang lebih dikenal dengan nama …………….
A.
Imam Bukhari
B.
Imam Muslim
C.
Imam Syafi’iy
D.
Ibnu Syihab
al-Zuhri
E.
Ahmad ibn Hanbal
terima kasih sudah posting. sangat bermanfaat. ijin ngunduh njih. barakallah fikum
BalasHapusJaya selalu pondok ku....barakallahu lakum 😊
BalasHapusJaya selalu pondok ku....barakallahu lakum 😊
BalasHapus