TOLERANSI DAN ETIKA PERGAULAN
1.
KAJIAN QS. AL-KAFIRUN : 1-6
A.
KANDUNGAN QS. AL-KAFIRUN : 1-6
Surat
Al-Kafirun ini pada dasarnya menjelaskan kepada manusia bahwa ada perbedaan
yang asasi dalam hal yang disembah dan cara beribadah. Jadi maksud dari ayat
ini sesuai dengan asbabun nuzulnya, yang disembah olehku bukanlah batu, dan
caranyapun berbeda. Benda yang kusembah itu tidak ada yang menyamai-Nya, tidak
berbentuk seperti orang, tidak hanya cinta kepada satu bangsa, dan tidak hanya
mencintai seseorang. Sedang sesembahan kalian itu sangat berbeda dengan
sifat-sifat tuhanku.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS. AL-KAFIRUN :1-6
1.
Memiliki kemantapan iman dalam hatinya, sehingga tidak terpengaruh oleh
ajakan dan rayuan untuk memeluk dan menganut keyakinan lain..
2.
Meyakini dengan sepenuhnya bahwa Tuhan yang disembahnya dan agama yang
dipeluknya adalah yang paling benar dan paling baik baginya.
3.
Menghormati pemeluk agama dan penganut keyakinan lain.
4.
Menghargai perbedaan pandangn dengan kelompok Islam yang lainya.
5.
Tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang tujuannya untuk mengganggu
penganut agama lin maupun kelompok Islam lain.
C.
MENERAPKAN PRILAKU BERTOLERANSI DAN BERETIKA
1.
Menjalankan ibadah sesuai aturan agama dengan sebaik-baiknya.
2.
Tidak saling mengejek dan mencela penganut agama lain.
3.
Menghormati penganut agama lain yang sedang merayakan hari besar
agamanya.
4.
Menghormati dan menghargai sesame muslim yang berbeda tata cara
ibadahnya.
5.
Menghormai dan menghargai perbedaan pendapat antar kelompok Islam.
6.
Tidak menganggap remeh kelompok Islam lain dan penganut agama lain.
2.
KAJIAN QS. YUNUS : 40-41
A.
KANDUNGAN QS. YUNUS : 40-41
Ayat ini membuktikan bahwa betapa Islam
merupakan agama dan ajaran yang sangat toleran dan demokratis. Karena ia tidak
memaksakan nilai-nilainya bagi siapapun, tetapi justru member kebebasan kepada
setiap orang untuk memilih agama dan kepercayaan yang berkenan di hatinya.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS YUNUS : 40-41.
1.
Tidak suka mencemooh penganut agama lain maupun kelompok Islam lain
dengan mengatakan bahwa dirinyalah yang paling benar.
2.
Menghormati dan menghargai
pendapat penganut agama lain maupun kelompok Islam lain dalam suatu masalah.
3.
Bersungguh-sungguh dalam menjalankan syariat Islam.
4.
Meyakini dalam hatinya bahwa setiap orang akam bertanggung jawab
terhadap apa yang ia lakukan.
C.
MENERAPKAN PRILAKU BERTOLERANSI DAN BERETIKA DALAM PERGAULAN
1.
Jika kita bertetangga dengan penganut agama lain, maka jangan
sekali-kali mengejek mereka atas keyakinan yang mereka anut.
2.
Sedikit-sedikit boleh ajarkan mereka tentang keindahan islam.
3.
Jika mereka tidak tertarik untuk mengikuti ajaran Islam, maka tidak ada
hak bagi kita untuk memaksakan kehendak.
4.
Mengundang mereka ketika kita mengadakan suatu acara, serta menerima
dan menghadiri undangan mereka.
5.
Jika saudara kita dari kelompok Islam lain atau pun dari penganut agama
lain sedang tertimpa musibah, kita wajib menolong, mendampingi serta mendoakan
mereka.
KAJIAN QS. AL-KAHFI : 29
A.
KANDUNGAN QS AL-KAHFI : 29
Dalam QS.
Al-Kahfi : 29 diterangkan bahwa siapa saja yang ingin beriman maka hendaklah ia
beriman. Namun, jika seseorang memilih untuk tidak beriman maka itu pilihan
seseorang yang tidak boleh dipaksakan. Sebenarnya makna ayat ini adalah
perintah kepada nabi Muhammad SAW untuk memberikan peringatan kepada
orang-orang yang lalai dan mengikuti hawa nafsunya. Bahwa sesungguhnya
kebenaran adalah dari Allah dan kesesatan pula ada di dalam kekuasaan-Nya.
Siapa saja yang ingin beriman maka hendaklah ia beriman dan siapa saja yang
ingin dalam kesesatan maka hendaklah ia kufur.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS AL-KAHFI : 29
Orang
yang mengamalkan ayat ini adalah orang yang berpegang teguh terhadap
nilai-nilai agama yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Mereka tetap beriman
dan berpegang teguh terhadap aturan Allah walaupun godaan dan rayuan untuk
melepaskan keyakinan datang silih berganti. Karena mereka menyadari bahwa
keputusan yang diambil pasti akan menerima konsekuensi dari apa yang
dipilihnya. Keimanan yang diambil akan mendapatkan ridho Allah, begitu pula
kekufuran yang diambil akan mendapatkan ganjarannya.
C.
PENERAPAN SIKAP TOLERANSI DAN ETIKA PERGAULAN SESUAI QS. AL-KAHFI:29
Setiap orang,
siapapun tidak boleh memaksakan keyakinan yang ia percayai kepada orang lain,
begitu pula sebaliknya. Keyakinan merupakan hak yang sangat asasi dan
fundamental dalam kehidupan seseorang. Pemaksaan terhadap keyakinan adalah
dilarang dan tidak diperbolehkan oleh aturan agama Islam, serta pelanggaran
terhadap hak asasi seseorang dalam beragama.
KAJIAN QS. AL-HUJURAT :
10-13
A.
KANDUNGAN AYAT :
Ayat ini
mengisyaratkan dengan jelas bahwa persatuan dan kesatuan, serta hubungan harmonis antar anggota masyarakat kecil atau
besar, akan melahirkan limpahan rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya perpecahan
dan keretakan hubungan mengundang lahirnya bencana buat mereka, yang pada
puncaknya dapat melahirkan pertumpahan darah dan perang saudara.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS. AL-HUJURAT : 10-13
Diantaranya
adalah :
1.
Selalu menjaga persaudaraan.
2.
Bersikap saling menyayangi dan menghormati terhadap sesame.
3.
Membantu mendamaikan perselisihan yang terjadi diantara saudaranya.
4.
Menjauhkan diri dari sikap-sikap yang dapat merusak pergaulan dan
menimbulkan perselisihan.
5.
Tidak merasa dirinya paling baik dan paling benar daripada orang lain.
C.
PENERAPAN SIKAP SESUAI QS. AL-HUJURAT : 10-13
Diantaranya
adalah :
1.
Menyayangi, menghormati, dan memperlakukan saudaranya dengan baik.
2.
Bersabar dan tenang ketika terjadi perselisihan dengan sesamanya.
3.
Tidak bersikap gegabah dengan emosi yang meluap-luap dalam
menyelesaikan suatu masalah.
4.
Mengklarifikasi suatu masalah/mencari informasi yang lebih jelas
sebelum mengambil tindakan, mungkin terdapat kesalahpahaman.
5.
Tidak merendahkan, mengolok-olok atau mengejek orang lain.
6.
Tidak memanggil seseorang dengan sebutan yang buruk dan tidak pantas.
KAJIAN QS. ALI IMRAN : 103
A.
KANDUNGAN AYAT :
Ayat ini
memerintahkan seluruh kaum muslimin untuk bersatu di atas jalan Allah dan
melarang kita untuk berpecah belah. Disebutkan dalam ayat ini, bahwa persatuan
yang diperintahkan adalah persatuan di atas tali Allah, yaitu agama Allah
(Islam), yang berlandaskan kepada Al Quran dan Sunnah. barang siapa yang
melepaskan diri atau mengambil jalan lain yang tidak bersumber dari Al Quran
dan Hadits RasulullahSAw, maka dia telah keluar dari jalan Allah SWT.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS. ALI IMRAN : 103
1.
Ia akan selalu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.
2.
Ia akan menyikapi segala perbedaan dengan bijaksana.
3.
Menghargai dan menghormati perbedaan pendapat di kalangan kaum
muslimin, terutama pada pendapat2 yang bukan masalah pokok.
4.
Saling menyanyangi dan mencintai sesame muslim.
5.
Mementingkan urusan persatuan dan persaudaraan Islam di atas
segala-galanya, dengan tidak mementingkan pendapat pribadinya yang dapat
menimbulkan perpecahan.
C.
PENERAPAN SIKAP QS. ALI IMRAN : 103.
1.
Tidak menuding satu kelompok yang melakukan kegiatan-kegiatan dan
perayaan-perayaan hari besar Islam sebagai bukti dan ungkapan kecintaan mereka
kepada Islam, sebagai aliran yang salah dan mengatakan sebagai bid’ah yang
sesat, karena tidak dilakukan pada zaman rasulullah. Sebab jelas sangat jauh
berbeda dengan pola hidup Rasulullah 14 abad yang lalu, semuanya dapat
dikatakan bid’ah, dengan demikian kita semua berarti sesat. Pendapat ini tentu
tidak dapat diterima.
2.
Begitu pula sebaliknya, kaum muslimin yang cultural tidak menjatuhkan
kaum muslimin yang fanatic dengan celaan-celaan yang dapat menimbulkan
percekcokan di atara mereka.
3.
Atau juga dalam perbedaan tata cara ibadah karena perbedaan mazhab atau
perbedaan penafsiran hadits Rasulullah, mestinya tidak membuat satu sama lain
menghujat dan merasa dirinya yang paling benar.
ETIKA DALAM MAJLIS
KAJIAN QS AL-MUJADILAH :
11,
A.
KANDUNGAN AYAT,
Ayat ini menjelaskan tentang etika (sopan santun)
ketika berada di dalm suatu majlis, serta kedudukan orang-orang yang beriman
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan.
Etika
di dalam majlis adalah bahwa ketika kita terlebih dahulu berada dalam suatu
majelis, hendaklah memberikan kelapangan tempat duduk bagi yang baru datang.
Jika ada yang mengatakan bahwa tempatnya sempit, sehingga tidak memberikan
tempat duduk untuk yang lainnya maka sesungguhnya yang sempit itu bukanlah
tempatnya, melainkan hatinya.
Selanjutnya,
orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan menunjukkan sikap yang arif dan
bijaksana. Iman dan ilmu tersebut akan membuat orang mantap dan terhormat.
Tentu saja yang dimaksud dengan ulul ilmi adalah orang-orang beriman yang
diberi pengetahuan. Hal ini berarti ayat tersebut membagi kaum beriman kepada
dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal saleh, adapun yang
kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok
kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya,
tetapi juga amal dan penerapanya kepada pihak lain, baik secara lisan, tulisan,
maupun dengan keteladanan.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS. AL-MUJADILAH : 11.
1.
Berprilaku disiplin serta mentaati peraturan dan tata tertib majelis,
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, baik diri sendiri maupun orang lain.
2.
Menghormati hak dan kewajiban orang lain, sebab pada dasarnya semua
orang ingin dihargai dan dihormati kewibawaannya.
3.
Saling menghargai dan menyayangi antar sesame anggota majelis.
4.
Tidak berprilaku sombong dan keji, yang dapat memicu pertikaian dengan
sesame anggota majelis.
5.
Menjaga kemuliaan dan kesucian majelis dengan berusaha menjaga diri
dari perbuatan-perbuatan dosa ketika berada di dalamnya.
6.
Bersungguh-sungguh dan rajin dalam mengikuti kegiatan majelis.
C.
MEMBIASAKAN BERETIKA SESUAI QS. AL-MUJADILAH : 11.
1.
Mengucapkan salam kepada para jama’ah yang hadir dalam majelis ketika
baru sampai di majelis.
2.
Duduk di tempat yang masih tersisa baginya, yaitu di tempat yang
masih kosong.
3.
Tidak menggeser mereka yang datang terlebih dahulu, kecuali jika memang
dipersilahkan.
4.
Tidak boleh memisahkan dua orang yang sedang duduk, kecuali dengan
seizinnya.
5.
Tidak boleh duduk diantara orang tua dan anaknya dan suatu majelis.
6.
Tidak duduk di tengah-tengah halaqoh (lingkaran majelis).
7.
Tidak boleh menempati tempat duduk orang lain yang keluar sementara
waktu utnuk suatu keperluan.
8.
Tidak berbisik berduaan dengan meninggalkan orang ketiga.
9.
Tidak melakukan fitnah, gibah (membicarakan orang lain), riya’ (pamer),
dan namimah (mengadu domba).
10.
Para anggota majelis hendaknya tidak banyak tertawa.
11.
Anggota majelis hendaknya tidak melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan perasaan
orang lain, seperti menguap tanpa menutup mulutnya, membuang ingus, atau
membuang gas di tengah-tengah anggota majelis, ataupun bersendawa dengan suara
keras di dalam majelis.
12.
Menghormati guru dan para pengajar di majelis dengan mendengarkan
penjelasan mereka secara seksama dan tidak melakukan keributan.
ETOS KERJA
KAJIAN QS. AL-JUMU’AH : 9-11
A.
KANDUNGAN AYAT :
Ayat
ini mengisyaratkan kewajiban shalat jumat bagi kaum muslimin dan etika
berbisnis. Menurut perspektif Al Quran, tanggungjawab individual sangat penting
dalam sebuah transaksi bisnis. Setiap individu bertanggung jawab terhadap semua
transaksi yang telah dilakukannya. Tidak seorangpun yang memiliki privilege
tertentu atau imunitas untuk menghadapi konsekuensi terhadap apa yang
dilakukannya.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS. AL-JUMUAH : 9-11,
1.
Menjalankan perintah Allah, baik yang berhubungan dengan duniawi (dalm
hal ini mencari nafkah) apalagi ukhrawi (menjalankan ibadah).
2.
Selalu bersegera melaksanakan perintah salat (dalam hal ini terutama
salat jumat) ketika mendengar azan .
3.
Tidak menjadikan usaha (pekerjaan mencari nafkah) yang dilakukannya
sebagai penghalang dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.
4.
Bersemangat, rajin, ulet, dan tidak berputus asa dalam mencari nafkah
dan bekerja.
C.
PENERAPAN QS. AL-JUMUAH : 9-11,
Orang
yang mengamalkan ayat ini, bekerja baginya adalah suatu keharusan dan ia tidak
akan mau memperoleh sesuatu secara Cuma-Cuma dan yang bukan merupakan hasil
jerih payahnya. Apalagi berpangku tangan dan meminta-minta kepada orang lain,
baginya hal tersebut adalah suatu perbuatan yang hina dan manjatuhkan harga
diri.
KAJIAN QS. AL-QASAS :77.
A.
KANDUNGAN AYAT QS AL-QASAS : 77
Hidup
duniawi dan ukhrawi merupakan satu kesatuan. Dunia adalah tempat menanam dan
akhirat adalah tempat menuai. Segala sesuatu yang kita tanam selama di dunia,
akan kita peroleh buahnya di akheratb kelak. Islam pada hakikatnya tidak
mengenal amal dunia dan akhirat.
Ayat ini
menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pandangan kepada akherat sebagai tujuan
dan kepada dunia sebagai sarana mencapai tujuan.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS AL-QASAS : 77,
1.
Giat dalam bekerja dan mencari rezeki.
2.
Selalu melakukan pekerjaan dengan niat yang tulus untuk mendapatkan
ridha Allah.
3.
Yakin dalam hatinya, bahwa kebaikan yang kita lakukan dengan ikhlas
akan berbuah manis.
4.
Menjadikan pekerjaan duniawi sebagai sarana untuk mencapai tujuan
ukhrawi.
C.
PENERAPAN PRILAKU SESUAI QS. AL-QASAS : 77
Dalam
kehidupan sehari-hari, orang yang mengamalkan ayat ini akan senantiasa ikhlas
dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. misalnya dalam
mencari nafkah, ia tidak akan terbebani dengan pekerjaan yang dilakukannya,
karena dalam hatinya ia selalu berharap mendapatkan ridho Allah SWT, dan tidak
memikirkan pandangan manusia.
MAKANAN YANG HALAL DAN BAIK
KAJIAN QS. AL-BAQARAH :
168-169
A.
KADUNGAN AYAT :
Ayat ini
menjelaskan bahwa makanan yag halal dan baik menjadi syarat utama bagi kesucian
amal yang akan diterima oleh Allah. Penjelasan mengenai segala sesuatu yang
halal dan haram telah dijabarkan dalam Al Quran dan Hadits. orang yang beriman
diperintahkan agar segala amalnya bersih, jiwa dan hatinya digerakkan oleh
kekuatan darah yang bersih, sumber makannanyapun harus yang halal. selain itu
tidak mengenakan pakaian dan perhiasan apapun yang bersumberkan dari sesuatu
yang haram.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS. AL-BAQARAH 168-169.
1.
Berhati-hati dalam mengonsumsi makanan dan minuman.
2.
Berusaha mempelajari dan membedakan makanan yang halal dan haram.
3.
Mencari nafkah dengan melakukan pekerjaan yang halal.
4.
Tidak menghalalkan berbagai cara untuk memperoleh uang untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
KAJIAN QS. AL-BAQARAH :
172-173.
A.
KANDUNGAN AYAT :
Ayat ini
menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar menikmati rezeki
Allah yang bermanfaat dan diarahkannya untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah.
selain itu, dijelaskan pula kepada mereka apa yang diharamkan atas mereka,
yaitu apa-apa yang tidak baik dan tidak
dihalalkan bagi mereka.
Pelarangan
tentang sesuatu yang tidak baik ini bukan karena Allah menginginkan agar mereka
mengalami kesulitan dan kesempitan mencari rezeki, sebab Allah sendirilah yang
melimpahkan rezeki kepada mereka. Allah menginginkan mereka agar bisa
mensyukuri apa saja yang berasal dari Allah, serta agar mereka betul-betul
beribadah semata-mata kepada Allah, tanpa ada penyekutuan.
B.
PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS. AL-BAQARAH : 172-173
1.
Menjalankan perintah Allah untuk selalu mengkonsumsi makanan yang halal
saja.
2.
Berusaha untuk mensyukuri segala nikmat Allah.
3.
Ikhlas dalam menerima segala sesuatu yang dianugerahkan Allah
kepadanya, dengan menjalani ibadah dan ketaatan sebagai manifestasi dari rasa
ikhlas dan syukur tersebut.
4.
Memahami tuntunan Allah dalam Al Quran tentang makanan yang halal dan
haram.
5.
Menjauhi makanan yang diharamkan, seperti yang disebutkan dalam ayat
dengan penuh keikhlasan, kecuali dakam kondisi yang sangat terpaksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar